2.5. Kerangka Konseptual
Pedesaan dicirikan oleh kemiskinan dan keterbelakangan. Kemiskinan tersebut secara jelas terlihat dari rendahnya tingkat pendapatan, tidak meratanya
distribusi pendapatan dan pemilikan faktor produksi antar kelompok masyarakat. Faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat miskin sangat terbatas sekali
sebagaimana ditunjukkan oleh luas lahan yang sempit, rendahnya tingkat teknologi, rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya tingkat kesehatan, rendahnya aksesibilitas
terhadap kelembagaan dan kurangnya mata pencaharian alternatif. Rendahnya faktor tersebut mengakibatkan sangat terbatasnya kegiatan ekonomi yang dapat dilakukan
oleh rumah tangga miskin untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya. Terbatasnya faktor produksi yang dimiliki masyarakat miskin pada umumnya
hanya melakukan kegiatan ekonomi yang memiliki produktivitas rendah. dengan demikian, masyarakat miskin kurang akses dalam memanfaatkan peluang ekonomi
yang ada, akibatnya mereka hanya sekedar bertahan untuk hidup dan sangat kecil peluang bagi mereka untuk keluar dari kondisi kemiskinan tersebut.
Untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga miskin, masyarakat desa cenderung melakukan kegiatan nafkah ganda pencaharian alternatif apalagi
masyarakat miskin. Dengan pola nafkah ganda rumah tangga miskin akan dapat menutupi kekurangan penghasilannya. Di sisi lain pola nafkah ganda juga akan
berpengaruh terhadap distribusi pendapatan, karena produktivitas usaha, yang dilakukan di luar bertani pada umumnya bervariasi. Demikian pula dengan tingkat
pendapatannya. Dengan demikian, rumah tangga miskin yang memiliki mata
Universitas Sumatera Utara
pencaharian alternatif akan memiliki distribusi pendapatan relatif timpang jika dibandingkan dengan rumah tangga miskin yang tidak memiliki mata pencaharian
alternatif. Kemiskinan relatif di pedesaan berhubungan erat dengan tidak meratanya
distribusi penguasaan lahan dan pendapatan. Secara konkrit kemiskinan relatif akan dapat dideteksi dengan melihat tingkat pemerataan antar kelompok masyarakat
dengan menggunakan Koefisien Gini. Ketidakmerataan distribusi penguasaan lahan akan berpengaruh pula terhadap distribusi pendapatan. Semakin merata penguasaan
lahan akan merata pula distribusi pendapatan, karena lahan pertanian bagi masyarakat desa merupakan faktor produksi utama dan sebagai sumber penghasilan bagi rumah
tangga miskin. Rumah tangga yang memiliki lahan luas, akan dapat melakukan usaha tani
relatif lebih besar dengan investasi yang cukup besar, sementara rumah tangga miskin yang memiliki lahan sempit hanya dapat melakukan kegiatan usaha tani relatif kecil
dengan cara yang amat sederhana. Perbedaan skala usaha tersebut akan menyebabkan terjadinya perbedaan produktivitas demikian juga dengan penghasilan yang diterima
oleh masing-masing rumah tangga miskin. Rumah tangga miskin ditandai dengan luas lahan yang sempit, tapi
distribusinya lebih merata, demikian juga dengan pendapatan yang diterimanya. Meratanya distribusi pendapatan pada rumah tangga miskin disebabkan oleh dua
faktor: a distribusi penguasaan lahannya yang merata; b penggunaan tenaga kerja dalam usaha pertanian cenderung tidak dibayar karena ada pertukaran tenaga kerja
Universitas Sumatera Utara
di antara mereka secara resiprokal. Berbeda dengan rumah tangga yang bukan miskin dengan lahan yang relatif luas, teknologi dan modal yang mencukupi akan dapat
memilih kegiatan usaha tani yang relatif lebih menguntungkan. Lahan adalah sumber pendapatan utama bagi masyarakat desa, karena pada
umumnya mereka adalah sebagai petani. Rumah tangga miskin cenderung memiliki lahan yang sempit akibatnya pendapatannya relatif rendah tetapi distribusinya relatif
merata. Demikian pula sebaliknya bagi rumah tangga yang bukan berstatus miskin cenderung memiliki lahan relatif luas tetapi distribusi pendapatannya cenderung tidak
merata. Dalam penelitian ini secara empiris akan dicoba membuktikan kebenaran
pernyataan di atas bahwa distribusi penguasaan lahan dan distribusi pendapatan pada rumah tangga miskin cenderung lebih merata jika dibandingkan dengan rumah tangga
yang tidak berstatus miskin. Saat ini pendapatan sebagian masyarakat desa tidak hanya berasal dari satu
sumber pendapatan dari petani. Sebagai akibat kemajuan di berbagai bidang sudah banyak rumah tangga miskin yang memiliki pekerjaan alternatif seperti sebagai
pedagang, buruh pabrik, buruh tani, tukang dan sebagainya menyebabkan terjadinya peningkatan pendapatan.
Namun pekerjaan alternatif yang dilakukan oleh masing-masing rumah tangga miskin cenderung berbeda demikian juga dengan penghasilan yang diterimanya. Oleh
karena itu pada kelompok rumah tangga miskin yang memiliki pekerjaan alternatif akan terjadi ketimpangan pendapatan antar rumah tangga miskin sementara bagi
Universitas Sumatera Utara
rumah tangga miskin yang tidak mempunyai pekerjaan alternatif distribusi pendapatannya cenderung lebih merata karena pendapatannya hanya berasal dari satu
sumber. Dalam penelitian ini akan dibuktikan apakah benar distribusi pendapatan pada mereka yang tidak mempunyai mata pencaharian alternatif lebih merata dari
pendapatan rumah tangga miskin yang memiliki mata pencaharian alternatif. Bagi sebagian besar masyarakat desa bertani adalah pekerjaan utama mereka.
Oleh karena itu keberadaan lahan amat menentukan variasi pendapatan yang mereka terima kasih, jika lahan terdistribusi secara merata maka pendapatannya akan
cenderung terdistribusi secara merata pula, demikian pula sebaliknya, karena lahan merupakan sumber pendapatan utama bagi masyarakat desa. Dengan demikian secara
empiris akan dibuktikan apakah benar distribusi penguasaan lahan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap distribusi pendapatan rumah tangga miskin.
Berdasarkan uraian di atas dapat dibuat kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3. Kerangka Konseptual Penelitian
Luas lahan Tingkat
Teknologi Tingkat
Pendidikan Tingkat
Kesehatan Akses terhadap
kelembagaan Mata
Pencaharian Alternatif
Kemiskinan Kebijakan
Pengentasan Kemiskinan
Universitas Sumatera Utara
2.6. Hipotesis