Kerangka Teori Kerangka Teori dan Konsepsi

3. Edi Natasari Sembiring 077011016, ` Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul “ Kewenangan Notaris Dalam Status Tersangka Menjalankan Tugas Sebagai Pejabat Umum Membuat Akta Otentik”. 4. Putri A.R 087011091, Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul “ Analisis Yuridis Legalitas Notaris Sebagai Tersangka Atas Akta Yang Dibuatnya.” Dengan demikian jika diperhadapkan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu, penulis berkeyakinan bahwa judul tesis ini dan permasalahan yang diajukan belum pernah diteliti dan dibahas, sehingga dapat dikatakan asli.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian hukum sangat diperlukan untuk membuat jelas nilai-nilai oleh postulat-postulat hukum sampai kepada landasan filosofisnya yang tertinggi. 5 Teori hukum sendiri boleh disebut sebagai kelanjutan dari mempelajari hukum positif, setidak-tidaknya dalam urutan yang demikian itulah kita merekonstruksikan kehadiran teori hukum secara jelas. 6 Berdasarkan hal tersebut, maka kerangka teori dapat diartikan sebagai kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis si penulis mengenai sesuatu kasus ataupun permasalahan problem, yang menjadi bahan perbandingan, pegangan 5 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1991, halaman 254. 6 Ibid, halaman 253. Universitas Sumatera Utara yang mungkin disetujui atau tidak disetujui, yang merupakan masukan eksternal dalam penelitian ini. 7 Dengan lahirnya beberapa peraturan hukum positif di luar KUHPerdata sebagai konsekuensi dari asas-asas hukum yang terdapat lapangan hukum kekayaan dan hukum perikatan inilah diperlukan kerangka teori yang akan dibahas dalam penelitian ini dengan aliran hukum positif yang analitis dari Jhon Austin, yang mengartikan : Hukum itu sebagai a command of the lawgiver perintah dari pembentuk undang-undang atau penguasa, yaitu suatu perintah mereka yang memegang kekuasaan tertinggi atau yang memegang kedaulatan, hukum dianggap sebagai suatu sistem yang logis, tetap, dan bersifat tertutup closed logical system. Hukum secara tegas dipisahkan dari moral dan keadilan tidak didasarkan pada penilaian baik-buruk. 8 Hukum adalah suatu tata perbuatan manusia. Tata perbuatan mengandung arti suatu sistem aturan. Hukum bukan satu peraturan semata, tetapi hukum adalah seperangkat peraturan yang kita pahami dalam satu kesatuan yang sistematik. Pernyataan bahwa hukum adalah tata perbuatan manusia, tidak berarti tata hukum hanya berkenaan dengan perbuatan manusia saja, bahwa tidak ada hal lain kecuali perbuatan manusia yang membentuk isi peraturan hukum. Dalam rangka menganalisis masalah perlu memulainya dengan mengemukakan sistem hukum. sistem adalah keseluruhan bangunan hukum yang didukung oleh sejumlah asas. Asas-asas tersebut bertingkat-tingkat mulai dari 7 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung : CV. Mandar Maju, 1994, halaman 80. 8 Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, Bandung: Mandar Maju, 2002, halaman 55. Universitas Sumatera Utara grundnorm yaitu pancasila sebagai asas filosofis kemudian Undang-Undang Dasar 1945 sebagai asas konstitusional, dan akhirnya Undang-Undang sebagai asas operasional. 9 Hukum tidak dapat dipisahkan dari kultur, selanjutnya M. Solly Lubis menyatakan bahwa melalui pendekatan kultur, pembinaan hukum dilihat bukan sekedar pergeseran waktu dari zaman kolonial ke zaman kemerdekaan lalu perlunya perubahan hukum, tetapi adalah juga pergeseran nilai yang ingin menjabarkan sistem nilai yang dianut ke dalam konstruksi hukum nasional. 10 Wiener mendefinisikan hukum sebagai suatu sistem pengawasan perilaku ethical control yang diterapkan terhadap sistem komunikasi. Wujud hukum adalah norma dan norma itu merupakan produk dari suatu pusat kekuasaan yang memiliki kewenangan untuk menciptakan dan menerapkan hukum. 11 Menciptakan dan menerapkan hukum, notaris haruslah senantiasa berpedoman pada nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Nilai-nilai ini merupakan sumber dari norma bagi penegak hukum dalam menjalankan fungsinya sebagai aparatur negara. Yang dimaksudkan disini adalah norma-norma atau kaidah- kaidah yang wajib ditaati oleh para penegak hukum atau pemelihara hukum, norma- norma tersebut perlu ditaati terutama dalam menegakkan hukum, menyusun serta memelihara hukum. Menurut O. Notohamidjojo, ada empat norma yang penting dalam penegakan hukum yaitu: 12 9 Bismar Nasution, dkk, Perilaku Hukum Dan Moral Di Indonesia, USU Press, Medan, 2004, halaman 29 10 M. Solly Lubis, Serba serbi Politik dan Hukum, Mandar maju, Bandung, halaman 49. 11 Lili Rasjidi, Hukum Sebagai Suatu Sistem, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, halaman 94. 12 E. Sumaryono, Etika Profesi Hukum Norma-norma Bagi Penegak Hukum, Yogyakarta: Kanisius, 1995, halaman 115. Universitas Sumatera Utara 1. Kemanusiaan. Norma kemanusiaan menuntut supaya dalam penegakan hukum, manusia senantiasa diperlakukan sebagai manusia, sebab ia memiliki keluhuran pribadi. 2. Keadilan. Keadilan adalah kehendak yang kekal untuk memberikan kepada orang lain apa saja yang menjadi haknya. 3. Kepatutan. Kepatutan adalah hal yang wajib dipelihara dalam pemberlakuan undang-undang dengan maksud untuk menghilangkan ketajamannya. Kepatutan ini perlu diperhatikan terutama dalam pergaulan hidup manusia dalam masyarakat. 4. Kejujuran. Pemeliharaan hukum atau penegak hukum harus bersikap jujur dalam mengurus atau menangani hukum, serta dalam melayani justitiable yang berupaya untuk mencari hukum dan keadilan. Atau dengan kata lain, setiap yurist diharapkan sedapat mungkin memelihara kejujuran dalam dirinya dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang curang dalam mengurus perkara. Kualitas hukum sebagian besar ditentukan oleh mutu moral, karena itu hukum harus diukur dengan norma moral. Sebaliknya moral membutuhkan hukum yang bisa meningkatkan dampak sosial dari moralitas. Pada hakekat moral itu berkaitan erat dengan etika, yang mempunyai 2 dua makna yaitu : 13 1. Sebagai suatu kumpulan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia. 2. Bersifat etik yang digunakan untuk membedakan perbuatan-perbuatan manusia mengenai nilai-nilai dan norma-norma etis yang bersifat susila dan harus ditunjang oleh integritas moral yang tinggi. Norma moral merupakan tolok ukur untuk menentukan benar salahnya tindakan manusia dilihat dari segi baik buruknya sebagai manusia. Profesi hukum notaris sangat membutuhkan moral dan hukum yang tak terpisahkan agar dapat menjalankan tugas profesinya secara profesional tanpa cela dari masyarakat. Oleh 13 http:www.adln.lib.unair.ac.idgo.php?id=gdlhub-gdl-s3-2007-kusumawati-5091 PHPSESSI =633b, tanggal 26 April 2010. Universitas Sumatera Utara karenanya, profesi hukum mengalami perubahan dan perkembangan yang berwujud dalam proses pengilmiahan, memasyarakatkan dan memanusiakan profesi. Profesi notaris berlandaskan pada nilai moral, sehingga pekerjaannya harus berdasarkan kewajiban, yaitu ada kemauan baik pada dirinya sendiri, tidak bergantung pada tujuan atau hasil yang dicapai. Sikap moral penunjang etika profesi notaris adalah bertindak atas dasar tekad, adanya kesadaran berkewajiban untuk menjunjung tinggi etika profesi, menciptakan idealisme dalam mempraktikan profesi, yaitu bekerja bukan untuk mencari keuntungan, mengabdi kepada sesama. Jadi hubungan etika dan moral adalah bahwa etika sebagai refleksi kritis terhadap masalah moralitas dan membantu dalam mencari orientasi terhadap norma-norma dan nilai- nilai yang ada. 14 Menurut Abdulkadir Muhammad, agar suatu pekerjaan dapat disebut suatu profesi ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain : 15 a. Adanya spesialisasi pekerjaan. b. Berdasarkan keahlian dan keterampilan. c. Bersifat tetap dan terus menerus. d. Lebih mendahulukan pelayanan dari pada imbalan. e. Mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi. f. Terkelompok dalam suatu organisasi profesi. Menurut C.S.T Kansil, menjelaskan kaidah-kaidah pokok yang berlaku bagi suatu profesi adalah sebagai berikut : 16 a. Profesi merupakan pelayan, karena itu mereka harus bekerja tanpa pamrih, terutama bagi klien yang tidak mampu. 14 Ibid. 15 Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2001, halaman 58. 16 C.S.T. Kansil, Pokok-Pokok Etika Profesi Hukum, Jakarta : Pradnya Paramita, 2003, halaman 5. Universitas Sumatera Utara b. Pelaksanaan pelayanan jasa profesional mengacu pada nilai-nilai luhur. c. Pelaksanaan profesi berorientasi kepada masyarakat secara keseluruhan. d. Pola persaingan dalam 1 satu profesi haruslah sehat. Sedangkan menurut E.Y. Kanter menyatakan bahwa sebuah profesi terdiri dari kelompok terbatas orang-orang yang memiliki keahlian khusus dan dengan keahlian itu mereka dapat berfungsi di dalam masyarakat dengan lebih baik dibandingkan dengan warga masyarakat lain pada umumnya atau dalam pengertian yang lain, sebuah profesi adalah sebutan atau jabatan dimana orang yang menyandangnya memiliki pengetahuan khusus yang diperolehnya melalui training atau pengalaman orang lain dalam bidangnya sendiri. 17 Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa notaris merupakan profesi terhormat, karena notaris dalam melaksanakan jabatannya dituntut serba profesional, ini terlihat dalam melaksanakan tugasnya notaris tidak boleh menguntungkan salah satu pihak. Dalam hal ini notaris berbeda dengan profesi advokat, yang mana notaris harus bersifat netral bagi para pihak meski ia diminta bantuan hukum oleh salah satu pihak. Selain hal tersebut di atas, dalam melaksanakan tugas jabatannya, seorang notaris harus berpegang teguh pada kode etik jabatan notaris. Kode etik profesi merupakan produk etika terapan, karena dihasilkan berdasarkan penerapan pemikiran etis atas suatu profesi, dimana dapat berubah dan dirubah seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga anggota kelompok tidak 17 E.Y. Kanter, Etika Profesi Hukum Sebuah Pendekatan Sosio-Religius, Jakarta : Storia Grafika, 2001, halaman 63. Universitas Sumatera Utara ketinggalan jaman. 18 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seorang notaris merupakan suatu profesi yang dalam melaksanakan tugasnya harus didasarkan pada pengaturan dalam undang-undang maupun kode etik yang menjadi pengaturan internalnya. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris UUJN menyatakan bahwa yang disebut sebagai Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk membuat akta otentik mengenai suatu perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya dan memberikan grosse, salinan dan kutipannya, semuanya sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat atau orang lain. Dalam melakukan berbagai aktifitas sehari-hari kita sering melakukan perbuatan hukum, seperti melakukan sewa menyewa, jual beli dan lain-lain. Disebut perbuatan hukum karena tindakan tersebut mempunyai akibat yang dapat dipertanggung jawabkan secara hukum atau diakui oleh negara sebagai pembuat dan penegak hukum. 19 Untuk mendapatkan pengakuan dari Negara, dalam melakukan tindakan hukum diperlukan syarat-syarat yang bersifat administratif misalnya dalam 18 http:rikisusantotan.blogspot.com200912tanggung-jawab-profesi-notaris-dalam.html, tanggal 26 April 2010. 19 www. H:Notaris.htm, tanggal 27 Mei 2010, pukul 12.30 Wib. Universitas Sumatera Utara melakukan jual beli tanah, agar dianggap sah maka diperlukan bukti-bukti berupa akta jual beli berikut kwitansi pembayaran. Ini penting untuk mencegah terjadinya tindakan sepihak atau wanprestasi salah satu pihak di kemudian hari. Selain dari syarat administratif tersebut diatas, juga harus memenuhi syarat- syarat sahnya perjanjian yang terdapat Pasal 1320 BW yaitu terdiri dari : 1. syarat subjektif yaitu syarat yang berkaitan dengan subjek yang mengadakan atau membuat perjanjian yang terdiri dari kata sepakat dan cakap bertindak untuk melakukan suatu perbuatan hukum. 2. syarat objektif yaitu syarat yang berkaitan dengan perjanjian itu sendiri atau berkaitan dengan objek yang dijadikan perbuatan hukum oleh para pihak, yang terdiri dari suatu hal tertentu dan sebab yang tidak dilarang. 20 Dalam hal pelaksanaan notaris sebagai jabatan kepercayaan dimulai ketika calon notaris disumpah atau mengucapkan janji berdasarkan agama masing-masing sebagai notaris. Sumpah atau janji sebagai notaris mengandung makna yang sangat dalam harus dijalankan dan mengikat selama menjalankan tugas jabatan sebagai notaris. Sumpah atau janji tersebut mengandung dua hal yang harus dipahami yaitu: 21 1. Notaris wajib bertanggung jawab kepada Tuhan, karena sumpah atau janji yang diucapkan berdasarkan agama masing-masing, dengan demikian artinya segala sesuatu yang dilakukan notaris dalam menjalankan tugas jabatannya akan diminta pertanggungjawabannya dalam bentuk yang dikehendaki Tuhan. 2. Notaris wajib bertanggungjawab kepada negara dan masyarakat, artinya negara telah memberi kepercayaan untuk menjalankan sebagai tugas negara dalam bidang hukum perdata yaitu, dalam pembuatan alat bukti berupa akta yang mempunyai kekuatan pembuktian sempurna, dan kepada masyarakat yang telah percaya bahwa notaris mampu memformulasikan kehendaknya ke dalam bentuk 20 Suatu persetujuan tanpa sebab, atau yang telah dibuat karena sesuatu sebab yang palsu atau terlarang, maka persetujuan tersebut tidak mempunyai kekuatan Pasal 1335 BW. Jika tidak dinyatakan suatu sebab, tetapi ada sebab yang halal tidak dilarang, ataupun jika ada suatu sebab lain, dari pada yang dinyatakan, maka persetujuan tetap sah Pasal 1336 BW. 21 Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia, Bandung : PT. Refika Aditama, 2009, halaman 35. Universitas Sumatera Utara akta notaris, dan percaya bahwa notaris mampu menyimpan merahasiakan segala keterangan atau ucapan yang diberikan di hadapan notaris. Notaris wajib untuk merahasikan segala sesuatu yang dipercayakan kepadanya dan tidak boleh menyerahkan salinan-salinan dari akta-akta kepada orang- orang yang tidak berkepentingan. Pasal 1868 KUHPerdata menyebutkan: Suatu akta otentik ialah suatu akta yang didalam bentuknya ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat mana akta dibuatnya. Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 1868 KUHPerdata adalah sebagai berikut: 1. Bahwa akta itu dibuat dan diresmikan dalam bentuk menurut hukum. 2. Bahwa akta itu dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum. 3. Bahwa akta itu dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang berwenang untuk membuatnya ditempat dimana akta itu dibuat. Maka jelas sudah bahwa salah satu tugas dan tanggung jawab notaris adalah membuat akta autentik, baik yang ditentukan peraturan perundang-undangan maupun oleh keinginan orang tertentu dan badan hukum yang memerlukannya. Menurut Habib Adjie, Notaris merupakan suatu jabatan publik yang mempunyai karakteristik : 1. Sebagai jabatan, artinya UUJN merupakan unifikasi di bidang pengaturan jabatan notaris, sehingga UUJN merupakan satu-satunya aturan hukum dalam bentuk undang-undang yang mengatur jabatan notaris di Indonesia. 2. Notaris mempunyai kewenangan tertentu, artinya setiap wewenang yang diberikan harus dilandasi aturan hukumnya sebagai batasan agar jabatan dapat berjalan dengan baik dan tidak bertabrakan dengan wewenang jabatan lainnya. Wewenang tersebut mencakup dalam Pasal 15 ayat 1 UUJN yang menyebutkan antara lain membuat akta bukan membuat surat, seperti Surat Kuasa Universitas Sumatera Utara Membebankan Hak Tanggungan SKMHT atau membuat surat lain, seperti Surat Keterangan Waris SKW. 3. Diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah, artinya Notaris dalam melakukan tugasnya diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Hukum dan HAM. Walaupun notaris secara administratif diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah, tidak berarti notaris menjadi subordinatif bawahan dari pemerintah. Akan tetapi, notaris dalam menjalankan tugasnya harus bersifat mandiri autonomous, tidak memihak siapapun impartial, tidak tergantung kepada siapapun independent. 4. Tidak menerima gaji atau pensiun dari yang mengangkatnya. 5. Akuntabilitas atas pekerjaannya kepada masyarakat. 22 Hukum Acara Perdata menenal adanya alat bukti yang sah atau yang diakui oleh hukum, yang terdiri dari : 1. Bukti tulisan 2. Bukti dengan saksi-saksi 3. Persangkaan-Persangkaan 4. Pengakuan 5. Sumpah 23 Pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan-tulisan otentik akta notaris maupun dengan tulisan-tulisan di bawah tangan akta di bawah tangan. 24 Perbedaan antara kedua akta tersebut dapat lebih diperinci lagi dengan melihat tabel di bawah ini yaitu : 22 Habib Adjie, Sanksi Perdata Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, Bandung : PT. Refika Aditama, 2009, halaman 32-36. 23 Ibid, halaman 47. 24 Pasal 1867 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata BW. Universitas Sumatera Utara Tabel 1 : Akta di Bawah Tangan dan Akta Notaris Keterangan Akta di Bawah Tangan Akta Notaris Bentuk Dibuat dalam bentuk yang tidak ditentukan oleh undang-undang, tanpa perantara atau tidak di hadapan Pejabat Umum yang berwenang Dibuat dalam bentuk yang sudah ditentukan oleh undang-undang Pasal 38 UUJN, dibuat di hadapan pejabat-pejabat pegawai umum yang diberi wewenang dan di tempat dimana akta tersebut dibuat Kekuatannilai pembuktian Mempunyai kekuatan pembuktian sepanjang para pihak mengakuinya atau tidak ada penyangkalan dari salah satu pihak. jika ada salah satu pihak tidak mengakuinya, beban pembuktian diserahkan kepada pihak yang menyangkal akta tersebut, dan penilaian penyangkalan atas bukti tersebut diserahkan kepada hakim Mempunyai pembuktian yang sempurna. Kesempurnaan akta notaris sebagai alat bukti, maka akta tersebut harus dilihat apa adanya, tidak perlu dinilai atau ditafsirkan lain, selain yang tertulis dalam akta tersebut Dalam konstruksi hukum kenotariatan, salah satu tugas jabatan notaris yaitu “memformulasikan keinginantindakan penghadappara penghadap kedalam bentuk akta otentik, dengan memperhatikan aturan hukum yang berlaku,“ hal ini dapat dilihat dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia, yaitu “...Notaris fungsinya hanya mencatatkan menuliskan apa-apa yang dikehendaki dan dikemukakan oleh para pihak yang menghadap notaris tersebut. Tidak ada kewajiban bagi notaris untuk menyelidiki secara materil apa-apa hal-hal yang dikemukakan oleh penghadap di hadapan notaris tersebut” Putusan Mahkamah Agung Nomor : 702 KSip1973, 5 September 1973. 25 25 Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia, ibid, halaman 21. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan substansi atau makna Putusan Mahkamah Agung tersebut, jika akta yang dibuat dihadapan notaris bermasalah oleh para pihak sendiri, maka hal tersebut menjadi urusan para pihak sendiri, notaris tidak perlu dilibatkan, dan notaris bukan pihak dalam akta. Jika dalam posisi kasus seperti ini, yaitu akta dipermasalahkan oleh para pihak sendiri, dan jika akta tidak bermasalah dari aspek lahir, formal dan materil, maka sangat bertentangan dengan kaidah hukum tersebut diatas, dalam praktik pengadilan Indonesia : 26 1. Notaris yang bersangkutan diajukan dan dipanggil sebagai saksi di pengadilan menyangkut akta yang dibuat di hadapan atau oleh notaris yang dijadikan alat bukti dalam suatu perkara. 2. Notaris yang dijadikan sebagai tergugat di pengadilan menyangkut akta yang dibuatnya dan dianggap merugikan bagi pihak penggugat, di peradilan umum perkara perdata. Ruang lingkup tugas pelaksanaan jabatan notaris dapat dilihat dalam membuat alat bukti yang diinginkan oleh para pihak untuk tindakan hukum tertentu. Alat bukti tersebut berada dalam tataran hukum perdata, dan notaris membuat akta karena ada permintaan dari para pihak yang menghadap, yang berdasarkan alat bukti atau keterangan ataupun pernyataan para pihak yang diterangkan atau diperlihatkan dihadapan notaris, dan selanjutnya notaris membuatnya secara lahiriah, formil dan materil dalam bentuk akta notaris, dengan tetap berpijak pada aturan hukum atau prosedur pembuatan akta. Selain membuat akta, notaris juga mempunyai peran dalam hal memberikan nasehat hukum yang sesuai dengan permasalahan yang ada, apapun nasehat hukum yang diberikan kepada para pihak dan kemudian dituangkan kedalam akta yang bersangkutan tetap sebagaimana keinginan atau keterangan para pihak yang bersangkutan, tdak dan bukan sebagai keterangan atau pernyataan notaris. 26 Paulus Effendi Lotulung, Beberapa Sistem Tentang Kontrol Segi Hukum Terhadap Pemerintah-Seri Ke-1 : Perbandingan Hukum Administrasi dan Sistem Peradilan Administrasi edisi II dengan revisi, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1993, halaman 5. Universitas Sumatera Utara Jika dalam hal pembuatan akta terdapat adanya unsur tindak pidana yang dilakukan oleh notaris, maka pelanggaran tersebut dapat dikenakan sanksi sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 85 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Selain sanksi-sanksi tersebut, terdapat juga akibat hukum lainnya bagi notaris yang melakukan pelanggaran, yang mana akibatnya akan berpengaruh terhadap kepentingan klien. Akibat hukum lain yang dimaksud antara lain adalah bahwa akta yang dibuat hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan atau suatu akta menjadi batal demi hukum. Adapun perbedaan dengan kedua akta tersebut dapat dilihat : Tabel 2: Akta Notaris Yang Dapat Dibatalkan dan Batal Demi Hukum Ditinjau dari Ketentuan Pasal 38 UUJN 27 Keterangan Akta Notaris Yang Dapat Dibatalkan Akta Notaris Batal Demi Hukum Alasan Melanggar unsur subjektif, yaitu: 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya de toetsemmimg van degenen die zich verbinden. 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikaran de bekwaamheid om eene verbindtenis aan te gaan. Melanggar unsur objektif, yaitu: 1. Suatu hal tertentu een bepaald onderwerp. 2. Suatu sebab yang tidak terlarang eene geoorloofde oorzaak. Mulai berlakuterjadinya pembatalan -Akta tetap mengikat selama belum ada putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. - Akta menjadi tidak mengikat sejak ada putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Sejak saat akta tersebut ditandatangani dan tindakan hukum yang tersebut dalam akta dianggap tidak pernah terjadi, dan tanpa perlu ada putusan pengadilan. 27 Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik., Ibid, halaman 55. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian pemidanaan terhadap notaris dapat saja dilakukan dengan batasan jika : 28 1. Ada tindakan hukum dari notaris terhadap aspek lahir, formal, materil, dan materil akta yang sengaja, penuh kesadaran dan keinsyafan serta direncanakan, bahwa akta yang dibuat dihadapan notaris atau oleh notaris bersama-sama sepakat para penghadap untuk dijadikan dasar untuk melakukan suatu tindakan pidana. 2. Ada tindakan hukum dari notaris dalam membuat akta dihadapan atau oleh notaris yang jika diukur berdasarkan UUJN tidak sesuai dengan UUJN. 3. Tindakan notaris tersebut juga tidak sesuai menurut instansi yang berwenang untuk menilai tindakan suatu notaris, dalam hal ini majelis pengawasan notaris. Penjatuhan sanksi pidana terhadap notaris dapat dilakukan sepanjang batas-batas sebagaimana tersebut diatas dilanggar artinya disamping memenuhi rumusan pelanggaran yang tersebut dalam UUJN, Kode Etik Jabatan Notaris juga harus memenuhi rumusan yang tersebut dalam KUHP. 29 Terkait dengan hal diatas, akta otentik yang dibuat oleh notaris memiliki kekuatan alat bukti terkuat dan penuh mempunyai peranan penting dalam hubungan hukum dalam kehidupan masyarakat. Melalui akta otentik yang menentukan secara jelas hak dan kewajiban, menjamin kepastian hukum, dan sekaligus diharapkan pula 28 Habib Adjie, Ibid, halaman 30. 29 Notaris sebagai jabatan kepercayaan wajib untuk menyimpan rahasia mengenai akta yang dibuat dan keteranganpernyataan para pihak yang diperoleh dalam pembuatan akta, kecuali Undang- Undang memerintahkannya untuk membuka rahasia dan memberikan keteranganpernyataan tersebut kepada pihak yang memintanya. Tindakan seperti ini merupakan suatu kewajiban notaris berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat 2 UUJN dan Pasal 16 ayat 1 huruf e UUJN. Jika ternyata notaris sebagai saksi atau tersangka, tergugat ataupun dalam pemeriksaan oleh Majelis Pengawasan Notaris MPN membuka rahasia dan memberikan keteranganpernyataan yang seharusnya wajib dirahasiakan, sedangkan undang-undang tidak memerintahkannya maka atas pengaduan pihak yang merasa dirugikan kepada pihak yang berwajib, terhadap notaris tersebut dapat diambil suatu tindakan. Notaris yang membuka rahasia tersebut dapat dikenakan Pasal 322 ayat 1 dan 2 KUHP, yaitu membongkar rahasia, padahal notaris berkewajiban untuk menyimpannya. Dalam kedudukan sebagai saksi perkara perdata notaris dapat minta di bebaskan dari kewajiban untuk memberikan kesaksian, karena jabatannya menurut undang-undang diwajibkan untuk merahasiakannya Pasal 1909 ayat 3 BW. Universitas Sumatera Utara dapat dihindari sengketa. Akan tetapi ada juga notaris dalam membuat suatu akta justru mengakibatkan akta tersebut menimbulkan tindak pidana. Seperti dapat dilihat dalam Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 1673Pid.B2008PN. Mdn, yang dilakukan oleh Notaris Drs. Ade Rachman Maksudi, SH, MH dalam membuat perubahan-perubahan pada akta otentik Nomor 132 tanggal 26 Desember 1990 tersebut dengan cara mengurangi, menghilangkan isi yang ada dalam minuta akta Yayasan Trie Argo Mulyo tersebut, sehingga mengakibatkan suatu kerugian berupa : a. PT. Pancing Businness Centre Medan tidak dapat melakukan transaksi penjualan ruko-ruko, yang telah dibangun diatas lahan seluas 47,7 empat puluh tujuh koma tujuh Ha. Yang terletak di Jalan Williem Iskandar dahulu jalan pancing Kec. Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. b. PT. Pancing Businness Centre Medan tidak dapat melakukan proses balik nama terhadap ruko-ruko maupun lahan kosong yang telah dijual kepada konsumen di kantor Badan Pertanahan nasional BPN Kabupaten Deli Serdang. c. Mengakibatkan keuangan perusahaan PT. Pancing Businness Centre Medan terganggu terutama dalam hal membayar kredit uang di Bank. d. Nama baik saksi selaku Direktur Operasional PT. Pancing Businness Centre Medan secara pribadi dan juga perusahaan PT. Pancing Businness Centre Medan menjadi tidak dipercaya lagi oleh pihak konsumen sehingga transaksi pembayaran menjadi tidak terlaksana sehingga sangat merugikan perusahaan PT. Pancing Businness Centre Medan. Universitas Sumatera Utara e. PT. Pancing Businness Centre Medan telah mengalami kerugian materi sebesar Rp. 1.154.242.000.- satu milyar seratus lima puluh empat puluh ribu rupiah untuk setiap bulan, sehingga kerugian materi yang dialami PT. Pancing Businness Centre Medan hingga saat sekarang ini adalah sekitar Rp. 10.000.000.000.- sepuluh milyar rupiah. Dalam undang-undang pidana kadang-kadang menentukan bahwa perbuatan atau kelalaian orang baru dapat dihukum kalau dilakukan dalam keadaan tertentu, umpama melawan tindakan pegawai negeri itu dapat dihukum kalau perlawanan itu dilakukan dengan ancaman kekerasan atau dengan kekerasan dan jika pegawai negeri itu sedang melakukan kewajibannya. Ataupun pelanggaran terhadap kehormatan orang lain dapat dihukum kalau dilakukan ditempat umum, tempat umum itu ialah keadaan. Syarat yang perlu untuk pengertian umum tentang delik ialah sifatnya yang bertentangan dengan keharusan atau larangan yang ditentukan oleh undang-undang. Bahwa notaris tersebut dalam menjalankan tugasnya sebagai pejabat umum tidak berpegang pada kode etik notaris dan Undang-undang Jabatan Notaris serta kurangnya moralitas. 30 Moralitas akan tercapai apabila kita menaati hukum lahiriah bukan lantaran hal itu membawa akibat yang menguntungkan kita atau lantaran takut pada kuasa sang pemberi hukum melainkan kita sendiri menyadari bahwa hukum itu merupakan kewajiban kita. 31 30 Moralitas adalah kesesuaian sikap dan perbuatan kita dengan norma atau hukum batiniah kita, yakni apa yang kita pandang sebagai kewajiban kita. 31 S.P. Lili Tjahjadi, Hukum Moral, Yogyakarta: Kanisius, 1991, halaman 47. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian notaris harus memiliki perilaku profesional yang unsur- unsurnya adalah sebagai berikut : 32 a. Harus menunjuk pada keahlian yang didukung oleh pengetahuan dan pengalaman yang tinggi. b. Memiliki integritas moral, dalam arti segala pertimbangan moral harus melandasi tugas-tugas professional. Pertimbangan moral profesional ini harus diselaraskan dengan nilai-nilai kemasyarakatan, nilai-nilai sopan santun dan agama. c. Menunjuk pada kejujuran, tidak saja pada pihak kedua atau ketiga, tetapi juga pada dirinya sendiri. d. Dalam melakukan tugas jabatannya, notaris tidak boleh semata-mata didorong oleh pertimbangan uang, tidak boleh diskriminatif. e. Notaris profesional harus memegang teguh kode etik profesi.

2. Konsepsional