Kode Etik Notaris BENTUK PELANGGARAN HUKUM PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH

BAB II BENTUK PELANGGARAN HUKUM PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH

NOTARIS DALAM MEMBUAT AKTA OTENTIK

A. Kode Etik Notaris

Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan hubungan dengan manusia lain. Dalam hubungan tersebut, setiap manusia berpegang pada nilai-nilai dan norma- norma moral sebagai acuan perilakunya. Nilai-nilai dan norma-norma moral ini merupakan sistem nilai yang kemudian dijelmakan ke dalam norma-norma sosial yang menjadi cermin setiap perbuatan bermasyarakat, yang disebut hukum kebiasaan. Dalam hubungan dengan manusia lain itu, manusia memenuhi apa yang seharusnya dilakukan kewajiban dan memperoleh apa yang seharusnya didapati hak sesuai dengan hukum kebiasaan. Setiap manusia mempunyai hak-hak yang diperolehnya sejak lahir hak asasi, dan hak-hak yang diperoleh karena diberikan oleh undang- undang. Namun karena manusia mempunyai kelemahan, seperti berbuat khilaf, keliru maka tidak mustahil suatu ketika terjadi penyimpangan atau pelanggaran norma- norma sosial yang menimbulkan keadaan tidak tertib, tidak stabil yang perlu dipulihkan kembali. Untuk memulihkan ketertiban dan menciptakan kestabilan diperlukan sarana pendukung, yaitu organisasi masyarakat. Dalam bidang hukum organisasi masyarakat itu dapat berupa organisasi profesi hukum yang berpedoman pada kode etik. Dalam bidang masyarakat, organisasi masyarakat itu berupa negara yang berpedoman pada 31 Universitas Sumatera Utara hukum positif. Hukum positif merupakan bentuk konkret dari sistem nilai yang hidup dalam masyarakat. 81 Hukum positif adalah bagian dari hukum manusia yang dibentuk oleh penguasa Negara atau kelompok masyarakat untuk menjamin keberlakuan hukum kodrat dan hukum wahyu dalam kehidupan manusia. 82 Franz Magnis Suseno mengemukakan lima kriteria nilai moral yang kuat mendasari kepribadian profesional hukum, antara lain : 1. Kejujuran; merupakan dasar utama. Tanpa kejujuran maka profesioal hukum mengingkari misi profesinya, sehingga dia menjadi munafik, licik, penuh tipu diri. Dua sikap yang terdapat dalam kejujuran, yaitu 1 sikap terbuka, yang berkenaan dengan pelayanan klien, kerelaan melayani secara bayaran atau secara cuma-cuma 2 sikap wajar berkenaan dengan perbuatan yang tidak berlebihan, tidak otoriter, tidak sok kuasa, tidak kasar, tidak menindas, dan tidak memeras. 2. Autentik ; artinya menghayati dan menunjukkan diri sesuai dengan keasliannya, kepribadian yang sebenarnya. Autentik pribadi profesional hukum antara lain : 1 tidak menyalahgunaan wewenang; 2 tidak melakukan perbuatan yang merendahkan martabat perbuatan tercela; 3 mendahulukan kepentingan klien; 4 berani berinisiatif dan berbuat sendiri dengan bijaksana, tidak semata-mata menunggu perintah atasan; 5 tidak mengisolasi diri dari pergaulan. 3. Bertanggung jawab. Dalam menjalankan tugasnya, profesional hukum wajib bertanggung jawab, artinya 1 kesediaan melakukan dengan sebaik mungkin 81 Abdulkadir, Op. cit, halaman 11. 82 Ibid, halaman 11-12. Universitas Sumatera Utara tugas apa saja yang termasuk lingkup profesinya; 2 bertindak secara profesional, tanpa membedakan perkara bayaran dan perkara cuma-cuma prodeo; 3 kesediaan memberikan laporan pertanggung jawaban atas pelaksanaan kewajibannya. 83 4. Kemandirian moral, artinya tidak mudah terpengaruh atau tidak mudah mengikuti pandangan moral yang terjadi di sekitarnya, melainkan membentuk penilaian sendiri. Mandiri secara moral berarti tidak dapat dibeli oleh pendapat mayoritas, tidak terpengaruh oleh pertimbangan untung rugi pamrih, menyesuaikan diri dengan nilai kesusilaan agama. 5. Keberanian moral, adalah kesetiaan terhadap suatu hati nurani yang menyatakan kesediaan untuk menaggung resiko konflik. Keberanian tersebut antara lain : 1 menolak segala bentuk korupsi, kolusi, suap, pungli; 2 menolak tawaran damai di tempat atas tilang karena pelanggaran lalu lintas jalan raya; 3 menolak segala bentuk cara penyelesaian melalui jalan belakang yang tidak sah. 84 Sedangkan tiga nilai moral yang dituntut dari pengemban profesi, yaitu : 85 1. Berani berbuat untuk memenuhi tuntutan profesi. 2. Menyadari kewajiban yang harus dipenuhi selama menjalankan profesi. 3. Idealisme sebagai perwujudan makna misi organisasi profesi. 83 Abdulkadir, Op. cit, halaman 63. 84 Supriadi, Etika Tanggung Jawab Profesi Hukum Di Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika, 2006, halaman 19-20. 85 Abdulkadir Muhammad, Op.cit, halaman 61. Universitas Sumatera Utara Atas dasar ini setiap profesi dituntut bertindak sesuai dengan cita-cita dan tuntutan profesi serta memiliki nilai moral yang kuat. Dalam melakukan tugas profesi, profesional harus bertindak objektif, artinya bebas dari rasa malu, sentiment, benci, sikap malas, dan enggan bertindak. Masalah etika akhir-akhir ini banyak dipersoalkan, tidak hanya di Indonesia saja. Akan tetapi mengenai etika ini dan permasalahannya telah lama dan selalu diusahakan agar etika ini betul-betul dapat berkembang dan melekat pada setiap profesi. Etika adalah filsafat moral, atau ilmu yang membahas dan mengkaji secara kritis persoalan benar dan salah secara moral, tentang bagaimana harus bertindak dalam situasi konkret. 86 Adapun empat alasan yang melatar belakanginya yaitu 87 : 1. Etika dapat membantu dalam menggali rasionalitas dari moral agama, seperti mengapa Tuhan memerintahkan ini, bukan itu. 2. Etika membantu dalam menginterprestasikan ajaran agama yang saling bertentangan. 3. Etika dapat membantu menerapkan ajaran moral agama terhadap masalah- masalah baru dalam kehidupan manusia, seperti soal bayi tabung dan euthanasia, yaitu tindakan mengakhiri hidup dengan sengaja kehidupan makhluk. 4. Etika dapat membantu mengadakan dialog antar agama karena etika mendasarkan diri pada argumentasi rasional belaka, bukan pada wahyu. Peranan etika termasuk kode etik bagi seorang yang berprofesi, oleh Talcot Parson dijelaskan sebagai berikut 88 : “Manusia adalah sosialisasi animal, artinya binatang yang tersosialisasi atau juga bisa diartikan secara bebas binatang yang bermasyarakat. Masyarakat adalah suatu sistem yang dibangun di atas sekumpulan nilai-nilai umum yang dilindungi oleh anggota- anggotanya dalam suatu proses sosialisasi. Melalui proses sosialisasi inilah, maka 86 A. Sonny Keraf, Etika Lingkungan, Kompas, Jakarta, 2002, halaman 4-5. 87 Ibid 88 Ignatius Ridwan Widyadharma Etika Profesi Hukum, semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 1996, halaman 9. Universitas Sumatera Utara seorang individu belajar tentang bagaimana dia harus bertindak sesuai dengan norma- norma yang berlaku dalam lingkungan sosialnya, bagaimana dia harus memberikan aksi dan reaksi terhadap aturan-aturan dan nilai-nilai yang berlaku dalam lingkungannya, dan semua itu merupakan bagian dari pada proses pembentukan mentalnya. Jadi individu selalu membentuk suatu interaksi tertentu dengan tata aturan sosial yang menjadi lingkungannya. Aturan-aturan sosial tidak hanya dibentuk oleh faktor-faktor internal melalui tindakan atau perilaku-perilaku dari anggota-anggota masyarakatnya. Selain itu aturan-aturan sosial tidak bersifat individual, tetapi ditujukan kepada seluruh individu yang ada dalam masyarakat di mana aturan-aturan sosial itu berlaku, hal itu dibuktikan dengan terbentuknya aturan-aturan sosial itu menjadi sekumpulan konsep-konsep tentang peran, norma, dan status yang memberikan arah tertentu terhadap kehidupan sosial dalam masyarakat”. Kesimpulan yang dapat diperoleh dari semua itu adalah bahwa etika termasuk kode etik menjadikan landasan akan perlunya kesadaran akan tanggung jawab. Disinilah kemudian dilahirkan suatu dimensi bahwa menjalankan suatu profesi dalam masyarakat bukan ditentukan oleh pertimbangan untung rugi akan tetapi justru dengan pertimbangan untuk demi masyarakat. 89 Kode etik adalah suatu profesi yang bertujuan kepada pengabdian bagi sesama manusia, sehingga etika profesi menegaskan agar seorang profesional menjalankan profesinya dengan selalu memiliki idealisme, agar tuntutan etika profesi dijalankan dengan tekad semangat berkepribadian dan bertanggung jawab. Kemampuan sedemikian itu membawa pribadi si profesional untuk bersikap kritis dan rasional baik dalam melahirkan pendapatnya sendiri maupun bertindak sesuai dengan apa yang dipertanggung jawabkan 90 . Notaris merupakan suatu pekerjaan yang memiliki keahlian khusus yang menuntut pengetahuan luas, serta tanggung jawab yang berat untuk melayani 89 Ibid, halaman 10 90 Ibid, halaman 11. Universitas Sumatera Utara kepentingan umum. Dalam menjalankan tugasnya, seorang notaris harus berpegang teguh kepada kode etik jabatan notaris. Kode etik notaris sangat berbeda dengan kode etik organisasi-organisasi profesi lainnya, karena telah diatur dan ditetapkan secara hukum melalui UUJN. Sebagai profesi hukum, notaris harus profesional dalam melayani masyarakat yang membutuhkan jasanya. Notaris sebagai Pejabat Umum yang diberikan kepercayaan, baik oleh Negara melalui peraturan perundang- undangan maupun oleh masyarakat yang membutuhkan jasanya, harus berpegang teguh tidak hanya pada undang-undang, tetapi juga pada kode etik profesinya, karena tanpa adanya kode etik, harkat dan martabat dari profesinya akan hilang. Notaris sebelum menjalankan jabatannya sebagai pejabat umum wajib mengucapkan sumpahatau janji menurut agamanya dihadapan Menteri atau pejabat yang ditunjuk, demikian juga halnya pemberhentian notaris dilakukan olen Menteri. Adapun syarat-syarat untuk diangkat menjadi notaris dalam Pasal 4 Undang-Undang Jabatan Notaris, yang menyebutkan : 1. Warga Negara Indonesia. 2. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 3. Berumur serendah-rendahnya 27 dua puluh tujuh tahun. 4. Berijazah Sarjana Hukum dan pendidikan kenotariatan. 5. Telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan sekurang-kurangnya 1 satu tahun berturut-turut pada kantor notaris setelah lulus pendidikan kenotariatan. 6. Mendapat rekomendasi dari Organisasi Profesi Notaris. Universitas Sumatera Utara Setelah memenuhi syarat untuk diangkat menjadi notaris maka notaris tersebut berkewajiban mengucapkan sumpahatau janji sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 6 ayat 2 Undang-Undang Jabatan Notaris. Apabila pelaksanaan pengangkatan notaris telah selesai dilakukan, maka notaris juga tidak terlepas dari kode etik jabatannya yaitu kode etik notaris. Kode etik notaris adalah suatu sikap seorang notaris yang merupakan suatu kepribadian yang mencakup sikap dan moral terhadap organisasi profesi, terhadap sesama rekan dan terhadap pelaksanaan tugas jabatan. Ada beberapa alasan bahwa diperlukannya kode etik profesi, yaitu : 91 1. Kode etik profesi dipakai sebagai saran kontrol sosial. 2. Kode etik profesi mencegah pengawasan ataupun campur tangan dari luar terhadap intern perilaku anggota-anggota kelompok profesi tersebut, karena nilai- nilai etika. 3. Kode etik profesi penting untuk pengembangan patokan kehendak yang tinggi dari para anggota kelompok profesi tersebut yakni meningkatkan tingkat profesionalismenya guna peningkatan mutu pelayanan yang baik dan bermutu kepada masyarakat umum yang membutuhkan jasa pelayanan mereka. Adanya hubungan antara kode etik dengan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 menghendaki agar notaris dalam menjalankan tugas jabatannya sebagai pejabat umum, selain harus taat kepada undang-undang, harus taat juga kepada kode etik profesi serta harus bertanggung jawab terhadap masyarakat dan negara. Terhadap 91 Hardjo Gunawan, Jurnal Renvoi, Nomor : 3.15.11, tanggal 3 Agustus 2004, halaman 33. Universitas Sumatera Utara notaris yang mengabaikan keluhuran dan martabat jabatannya selain dapat dikenakan sanksi moril, ditegur dan dipecat dari keanggotaan profesinya, juga dapat dipecat dari jabatannya sebagai notaris. Oleh karena itu, dalam menjalankan tugas jabatannya : 92 1. Notaris dituntut melakukan pembuatan akta dengan baik dan benar. Artinya akta yang dibuat itu memenuhi kehendak hukum dan permintaan pihak-pihak yang berkepentingan karena jabatannya. 2. Notaris dituntut menghasilkan akta yang bermutu. Artinya akta yang dibuatnya itu sesuai dengan aturan hukum dan kehendak pihak-pihak yang berkepentingan dalam arti sebenarnya, bukan mengada-ada. Notaris harus menjelaskan kepada pihak-pihak yang berkepentingan akan kebenaran isi dan prosedur akta yang dibuatnya itu. 3. Berdampak positif, artinya siapapun akan mengakui akta notaris itu mempunyai kekuatan bukti sempurna. Menurut Ismail Saleh, notaris perlu memperhatikan apa yang disebut sebagai perilaku profesi yang memiliki unsur-unsur sebagai berikut 93 : 1. Mempunyai integritas moral yang mantap. 2. Harus jujur terhadap klien maupun diri sendiri kejujuran intelektual. 5. Sadar akan batas-batas kewenangannya. 6. Tidak semata-mata berdasarkan uang. Bertens menyatakan bahwa kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi, yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu moral profesi itu di mata masyarakat. Untuk melaksanakan profesi yang luhur 92 Nico, Tanggung Jawab Notaris Selaku Pejabat Umum, Yogyakarta: Center for Documentation and Studies of Business Law CDSBL, 2003, halaman 269-270. 93 Lilian Tedjosaputro, Etika Profesi dan Profesi Hukum, Semarang : Aneka Ilmu, 2003, halaman 86. Universitas Sumatera Utara secara baik, dituntut moralitas yang tinggi dari pelakunya. Tiga ciri moralitas yang tinggi adalah : 1. Berani berbuat dengan tekad untuk bertindak sesuai dengan tuntutan profesi. 2. Sadar akan kewajibannya. 3. Memiliki idealisme yang tinggi. 94 Dalam kode etik notaris Indonesia telah ditetapkan beberapa kaidah yang harus dipegang oleh notaris, diantaranya adalah: 95 1. Kepribadian notaris, hal ini dijabarkan kepada : a. Dalam melaksanakan tugasnya dijiwai pancasila, sadar dan taat kepada hukum peraturan jabatan notaris, sumpah jabatan, kode etik notaris dan berbahasa Indonesia yang baik. b. Memiliki perilaku profesional dan ikut serta dalam pembangunan nasional, terutama sekali dalam bidang hukum. c. Berkepribadian baik dan menjunjung tinggi martabat dan kehormatan notaris, baik di dalam maupun di luar tugas jabatannya. 2. Dalam menjalankan tugas, notaris harus : a. Menyadari kewajibannya, bekerja mandiri, jujur tidak berpihak dan dengan penuh rasa tanggung jawab. 94 Liliana Tedjosaputra, Ibid., halaman 36. 95 Supriadi, Op. cit., halaman 52-54. Universitas Sumatera Utara b. Menggunakan satu kantor sesuai dengan yang ditetapkan oleh undang- undang, dan tidak membuka kantor cabang dan perwakilan dan tidak menggunakan perantara. c. Tidak menggunakan media massa yang bersifat promosi. 3. Hubungan notaris dengan klien harus berlandaskan : a. Notaris memberikan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan jasanya dengan sebaik-baiknya. b. Notaris memberikan penyuluhan hukum untuk mencapai kesadaran hukum yang tinggi, agar anggota masyarakat menyadari hak dan kewajibannnya. c. Notaris harus memberikan pelayanan kepada anggota masyarakat yang kurang mampu. 4. Notaris dengan sesama rekan notaris haruslah : a. Hormat menghormati dalam suasana kekeluargaan. b. Tidak melakukan perbuatan ataupun persaingan yang merugikan sesama. c. Saling menjaga dan membela kehormatan dan korps notaris atas dasar solidaritas dan sifat tolong menolong secara konstruktif. Dalam menjalankan tugas jabatan sebagai notaris, semua ketentuan, termasuk kewenangan, kewajiban dan larangan bagi notaris yang terdapat dalam undang- undang maupun kode etik notaris, bahwa semua pasal yang tertuang dalam ketentuan itu, baik langsung maupun tidak langsung mengatur berbagai sanksi hukuman kepada notaris yang melakukan kesalahan atau pelanggaran di dalam menjalankan tugas jabatannya. Universitas Sumatera Utara Adapun unsur dan ciri yang harus dipenuhi oleh seorang notaris profesional dan ideal, antara lain dan terutama adalah : 1. Tidak pernah melakukan pelanggaran hukum, termasuk dan terutama ketentuan- ketentuan yang berlaku bagi seorang notaris, teristimewa ketentuan sebagaimana termaksud dalam Peraturan Jabatan Notaris. 2. Di dalam menjalankan tugas jabatannya dan profesinya senantiasa mentaati kode etik yang ditentukanditetapkan oleh organisasiperkumpulan kelompok profesinya, demikian pula etika profesi pada umumnya termasuk ketentuan etika profesijabatan yang telah diatur dalam peraturan perundangan. 3. Loyal terhadap organisasiperkumpulan dari kelompok profesinya dan senantiasa turut aktif di dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi profesinya. 4. Memenuhi semua persyaratan yang menjalankan tugasprofesinya. Berkaitan dengan hal diatas, Notaris dalam melaksanakan tugasnya tetap menghormati dan menjunjung tinggi hukum yang berlaku. Notaris dalam menjalankan tugasnya sebagai pejabat umum harus memiliki 4 empat sikap, yaitu : 1. Terampil, yaitu notaris dituntut untuk memiliki kemampuan profesional dalam menjalankan tugasnya. 2. Tanggap, yaitu notaris harus memiliki kemampuan menyelami perkembangan hukum dan perubahan nilai yang ada dalam masyarakat. 3. Tangguh, yaitu notaris harus memiliki ketangguhan mental, kokoh dalam pendirian dan memiliki kepribadian yang jujur dan berwibawa. 4. Cekatan dalam arti profesional, cepat, proaktif, antisipatif dan kreatif. Universitas Sumatera Utara

B. Kewenangan Notaris