BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA BERSAMA
E. Pengertian dan Dasar Hukum Harta Bersama
Sebelum membahas tentang harta bersama, ada baiknya kita mengenal tentang definisi harta perkawinan, karena harta bersama merupakan dampak atau
bagian dari perkawinan itu sendiri. Harta perkawinan yaitu kesatuan harta yang dikuasai dan dimiliki oleh
suatu keluarga selama perkawinannya. Selanjutnya dikenal pula istilah harta kekayaan suami istri atau harta
suami istri. Yang dimaksud harta suami istri adalah harta kepunyaan suami istri yang diperoleh masing-masing sebelum perkawinan harta bawaan, maupun harta
yang diperoleh mereka selama dalam perkawinan.
26
Pengertian harta bersama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kesatuan harta yang dikuasai dan dimiliki oleh suatu keluarga selama
perkawinan.
27
Menurut Thalib,
28
harta perkawinan suami isteri apabila dilihat dari sudut asal usulnya dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Harta masing-masing suami istri yang telah dimilikinya sebelum mereka
kawin baik berasal dari warisan, hibah atau usaha mereka sendiri-sendiri atau disebut harta bawaan.
26
Bakri A. Rahman dan Ahmad Sukardja, Hukum Perkawinan Menurut Islam, Undang- undang Perkawinan dan Hukum Perdata
Jakarta : PT Hidakarya Agung, 1981, h. 15
27
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia
Jakarta : Balai Pustaka, 1990, Cet. Ke-IV, h. 299
28
Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Jakarta : UI Press, 1986, Cet. V, h. 83
2. Harta masing-masing suami istri yang dimiliki sesudah mereka berada dalam
hubungan perkawinan, tetapi diperolehnya bukan dari usaha mereka baik seorang-seorang atau bersama-sama, tetapi merupakan hibah, wasiat atau
warisan untuk masing-masing. 3.
Harta yang diperoleh sesudah mereka berada dalam hubungan perkawinan atas usaha mereka berdua atau salah seorang, inilah yang disebut harta bersama.
Di dalam al-Quran dan Hadits tidak diatur tentang harta bersama dalam perkawinan. Harta kekayaan istri tetap menjadi milik istri dan dikuasai penuh
olehnya demikian pula sebaliknya, harta suami menjadi milik suami dan dikuasai sepenuhnya. Dalam kitab-kitab hukum fiqh pun tidak ada yang membicarakan.
Seolah-olah masalah harta bersama kosong atau vakum dalam hukum Islam. Sedangkan dalam kesadaran kehidupan sehari-hari masyarakat Islam di
Indonesia sejak dari dulu hukum adat mengenalnya dan diterapkan terus-menerus sebagai hukum yang hidup. Apakah kenyataan ini dibuang dari kehidupan
masyarakat? tentu tidak mungkin, dari pengamatan lembaga harta bersama lebih besar maslahatnya dari mudharatnya. Atas dasar metodologi maslahah mursalah.
29
Urf dan kaidah al-Adatu al-Muhakamat. Para ulama melakukan pendekatan kompromistis kepada hukum adapt. Selain pendekatan kompromistis, Prof Ismuha
dalam disertasinya.
30
Telah mengembangkan pendapat pencaharian bersama suami istri mestinya masuk dalam Rubu Muamalah tetapi ternyata secara khusus
tidak dibicarakan, mungkin hal ini disebabkan karena pada umumnya pengarang
29
Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh, Jakarta : Maktabah al-Dakwah al-Islamiyah, 1990, h. 84
30
Ismuha, Pencaharian Bersama Suami Istri, Ditinjau Dari Sudut Undang-undang Perkawinan
1974 dan Hukum Adat Jakarta : Bulan Bintang, 1986, h. 282
dari kitab-kitab tersebut adalah orang Arab, sedangkan adat Arab tidak mengenal adanya adat harta bersama, tetapi di sana ada dibicarakan mengenai masalah
perkongsian yang dalam bahasa Arab disebut syirkah atau syarikhah. Oleh karena itu masalah pencaharian bersama suami istri ini adalah
termasuk pengkongsian atau syarikah maka untuk mengetahui hukumnya, perlu kita bahas dahulu pengertian perkongsian atau syirkah dan macam-macam
perkongsian serta hukumnya menurut empat mazhab. Syirkah menurut bahasa adalah percampuran harta dengan harta lain
sehingga tidak dapat dibedakan lagi satu dari yang lain.
31
Menurut istilah Hukum Islam adalah adanya hak dua orang atau lebih terhadap sesuatu.
32
B. Ruang Lingkup Harta Bersama