Namun apabila upaya itu telah dilaksanakan secara optimal, tetapi kehendak Tuhan tidak mengijinkan, sehingga kemandulan pun tetap terjadi; maka
langkah yang paling bijak adalah berserah diri kepada-Nya dan mencarikan jalan keluar yang terbaik melalui musyawarah yang benar.
Demikian beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya konflik yang harus diwaspadai, utamanya oleh para suami. Sebenarnya masih banyak masalah
yang dapat menimbulkan konflik antara suami-isteri. Namun dengan beberapa yang telah diisebutkan di atas, kiranya cukup memberikan gambaran yang
memadai. Rona kehidupan beristeri tidak selamanya manis dan tidak selamanya
getir. Maka yang manis harus terus diupayakan dan yang getir sedini mungkin diwaspadai agar tidak sampai terjadi. Kalaupun telah terlanjur terjadi, maka mesti
diupayakan agar tidak berlarut-larut dan dapat segera di atasi, hingga keberadaannya menjadi bumbu penyedap yang cukup berarti.
22
C. Akibat Perceraian
Dalam Kompilasi Hukum Islam disebutkan akibat putusnya perkawinan, dari segi timbulnya masa iddah :
1. Karena talak adalah timbulnya masa iddah dan selama masa iddah, isteri boleh
dirujuk.
22
Ibid, hal 140-142
2. KHI pasal 153 1 : Bagi seorang isteri yang putus perkawinannya berlaku
masa iddah, kecuali qobla al-dukhul dan perkawinannya putus buka karena kematian suami.
3. KHI pasal 155 : Waktu iddah bagi wanita yang putus perkawinannya karena
khuluk, fasakh dan lian berlaku iddah talak.
23
Dari segi nafkah, KHI pasal 149 menyebutkan : 1.
Memberikan mutah yang layak kepada bekas isterinya baik berupa uang atau benda, kecuali bekas isteri tersebut qobla al-dukhul.
2. Memberi nafkah, maskan dan kiswah kepada bekas isteri selama dalam iddah,
kecuali bekas isteri telah dijatuhi talak bain atau nusyuz dan dalam keadaan hamil.
3. Melunasi mahar yang masih terhutang seluruhnya, dan separuh apabila qobla
al-dukhul. 4.
Memberikan biaya hadhanah untuk anak-anaknya yang belum mencapai umur 21 tahun.
24
Jika perceraian tersebut karena khuluk maka, seperti yang tertera dalam KHI pasal 161, akan mengurangi jumlah talak dan tidak dapat rujuk. Dan apabila
karena lian maka perkawinan itu putus untuk selamanya dan anak yang di kandung dinasabkan kepada ibunya, sedang suaminya terbebas dari kewajiban
memberi nafkah KHI pasal 162. Dari Segi Pemeliharaan anak, KHI pasal 156 menyebutkan :
23
A. Rahman I. Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah, 1, h. 225
24
Kompilasi Hukum Islam KHI, h. 69
1. Anak yang belum mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dari ibunya,
kecuali bila ibunya telah meninggal dunia, maka kedudukannya digantikan oleh :
a. Wanita-wanita dalam garis lurus keatas dari ibu
b. Ayah
c. Wanita-wanita dalam garis lurus keatas dari ayah
d. Saudara perempuan dari anak yang bersangkutan
e. Wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ayah.
2. Anak yang sudah mumayyiz berhak memilih untuk mendapatkan hadhanah
dari ayah atau ibunya. 3.
Apabila pemegang hadhanah ternyata tidak dapat menjamin keselamatan jasmani dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah di
cukupi, maka atas permintaan kerabat yang bersangkutan Pengadilan Agama dapat memindahkan hak hadhanah kepada kerabat lain yang mempunyai hak
hadhanah pula. 4.
Semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah menurut kemampuannya, sekurang-kurangnya sampai anak tersebut dewasa
dapat mengurus diri sendiri 21 tahun. 5.
Bilamana terjadi perselisihan mengenai hadhanah dan nafkah anal, Pengadilan Agama memberikan putusnya berdasarkan huruf a, b, c, d.
6. Pengadilan dapat pula dengan mengingat kemampuan ayahnya menetapkan
jumlah biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak yang tidak turut padanya.
D. Solusi dan Pencegahan Terjadinya Perceraian