Ruang Lingkup Harta Bersama

dari kitab-kitab tersebut adalah orang Arab, sedangkan adat Arab tidak mengenal adanya adat harta bersama, tetapi di sana ada dibicarakan mengenai masalah perkongsian yang dalam bahasa Arab disebut syirkah atau syarikhah. Oleh karena itu masalah pencaharian bersama suami istri ini adalah termasuk pengkongsian atau syarikah maka untuk mengetahui hukumnya, perlu kita bahas dahulu pengertian perkongsian atau syirkah dan macam-macam perkongsian serta hukumnya menurut empat mazhab. Syirkah menurut bahasa adalah percampuran harta dengan harta lain sehingga tidak dapat dibedakan lagi satu dari yang lain. 31 Menurut istilah Hukum Islam adalah adanya hak dua orang atau lebih terhadap sesuatu. 32

B. Ruang Lingkup Harta Bersama

Dalam realita kehidupan masyarakat selama ini, banyak yang menganggap bahwa seluruh harta kekayaan yang ada dalam perkawinan secara otomatis menjadi harta bersama. Karena akad nikah yang telah diucapkan dianggap dapat mempersatukan segala sesuatu yang dimiliki oleh suami isteri, termasuk masalah harta kekayaan. Padahal, harta kekayaan dalam perkawinan meliputi harta bawaan, harta pribadi dan harta bersama yang satu sama lain memiliki status yang berbeda untuk dimiliki dan dikuasai. Mengenai harta bersama sendiri, masih perlu pengkategorian yang jelas mana yang termasuk objek harta bersama dan mana yang bukan. Oleh karena itu, 31 Abdul Rahman al-Jaziri, Kitab Fiqh ala Madzahib al-Arbaah Beirut : Dar al-Fikr, 1991, Jilid 4, h. 61 32 Ismuha, Pencaharian Bersama Suami Istri, Ditinjau Dari Sudut Undang-undang Perkawinan 1974 dan Hukum Adat., h. 283 untuk mengetahui bagaimana cara menentukan objek harta bersama suami isteri dalam perkawinan, diperlukan gambaran mengenai ruang lingkup harta bersama. Menurut hukum Islam, ruang lingkup harta bersama syirkah sebatas penghasilan yang diperoleh selama perkawinan berlangsung. Demikian juga dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 ditegaskan bahwa harta benda yang diperoleh selama dalam perkawinan menjadi harta bersama. KHI juga menegaskan bahwa harta bersama adalah harta yang diperoleh baik sendiri-sendiri atau bersama suami isteri selama dalam ikatan perkawinan berlangsung dan selanjutnya disebut harta bersama, tanpa mempersoalkan terdaftar atas nama siapapun. Jadi, secara garis besar ruang lingkup harta bersama terbatas pada penghasilan suami isteri selama masa perkawinan berlangsung. Ini yang difahami oleh kebanyakan orang. Tetapi menurut Yahya Harahap, untuk menentukan objek harta bersama tidak sesederhana itu. Menurutnya, ruang lingkup harta bersama sebagai berikut : 1. Harta yang dibeli selama perkawinan Setiap barang yang dibeli selama perkawinan maka secara otomatis menurut hukum, harta tersebut menjadi objek harta bersama suami isteri, tanpa mempersoalkan siapa yang membeli, terdaftar atas nama siapa dan harta tersebut terletak dimana. Hal ini berdasarkan putusan Mahkamah Agung tanggal 5 Mei 1971 No. 803 KSip1970. Dalam putusan ini dijelaskan bahwa harta yang dibeli atau isteri ditempat yang jauh dari tempat mereka adalah termasuk harta bersama suami isteri jika pembelian dilakukan selama perkawinan. 33 Lain halnya jika uang pembeli barang berasal dari harta pribadi suami atau isteri, maka barang tersebut tidak menjadi objek harta bersama melainkan menjadi milik pribadi. Hal ini dapat dilihat pada kaidah yang tertuang dalam putusan Mahkamah Agung tanggal 16 Desember 1975 No. 151 KSip1974. 34 terdapat pula dalam KHI pasal 86 ayat 2 yang menyatakan bahwa harta isteri tetap menjadi hak milik isteri dan dikuasai penuh olehnya, demikian juga harta suami tetap menjadi hak suami dan dikuasai penuh olehnya. 2. Harta yang dibeli dan dibangun sesudah perceraian yang dibiayai dari harta bersama Untuk menentukan sesuatu barang termasuk objek harta bersama dapat ditentukan oleh asal-usul uang biaya pembelian atau pembangunan barang yang bersangkutan, meskipun barang tersebut dibeli atau dibangun sesudah terjadi perceraian. Praktek ini sesuai dengan putusan Mahkamah Agung tanggal 5 Mei 1970 No. 803 KSip1970 yakni apa saja yang dibeli, jika uang pembelinya berasal dari harta bersama maka dalam barang tersebut melekat harta bersama meskipun telah berubah wujudnya. 3. Harta yang dapat dibuktikan diperoleh selama perkawinan Apabila dalam sengketa harta bersama terdapat perbedaan pendapat tentang suatu harta, apakah termasuk objek harta bersama atau bukan. Maka 33 M. Yahya Harahap, Mengambil sumber dari Yurisprudensi Jawa Barat 1969-1972, h. 31, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Peradilan Agama Undang-undang No 7 Tahun 1989.,Jakarta : Pustaka Kartini, 1997, Cet ke-3.,h.303 34 Ibid, h. 80 ditentukan oleh kemampuan dan keberhasilan penggugat membuktikan bahwa harta-harta yang digugat benar-benar diperoleh selama perkawinan berlangsung dan uang pembelinya tidak berasal dari uang pribadi. Dalam putusan Mahkamah Agung tanggal 10 Juli 1974 No. 808 KSip1974 ditentukan bahwa masalah atas nama siapa harta terdaftar bukan faktor yang menggugurkan keabsahan suatu harta menjadi objek harta bersama, asal dapat dibuktikan tersebut diperoleh selama perkawinan berlangsung dan pembiayaannya berasal dari harta bersama. 4. Penghasilan harta bersama dan harta bawaan Penghasilan yang tumbuh dan berasal dari harta bersama sudah pasti menjadi harta bersama. Akan tetapi bukan hanya penghasilan yang tumbuh dalam harta bersama, penghasilan yang tumbuh dari harta pribadi juga menjadi objek harta bersama. Dengan demikian, fungsi harta pribadi dalam perkawinan ikut menopang dan meningkatkan kesahteraan keluarga. Barang pokoknya memang tidak boleh diganggu gugat, tetapi hasil yang tumbuh dari padanya jatuh menjadi objek harta bersama. Tentu saja apabila tidak ditemukan lain dalam perjanjian. 5. Segala penghasilan pribadi suami isteri Segala penghasilan pribadi suami isteri baik dari keuntungan yang diperoleh dari perdagangan masing-masing ataupun hasil perolehan masing-masing pribadi sebagai pegawai jatuh menjadi harta bersama suami isteri. Penegasan ini berdasarkan putusan Mahkamah Agung tanggal 11 Maret 1971 No. 454 KSip1970. Penggabungan penghasilan pribadi dengan sendirinya terjadi menurut hukum Islam, sepanjang suami isteri tidak menentukan lain dalam perjanjian perkawinan. Dengan demikian, objek harta bersama dapat diketahui bukan hanya sebatas penghasilan yang diperoleh suami isteri selama perkawinan berlangsung, tetapi dapat ditentukan lain dengan cara-cara tersebut di atas.

C. Terbentuknya Harta Bersama