2. Komponen Komunikasi
Komponen Komunikasi yang terdapat di Rumah Tahfidz Kiai Marogan adalah sebagai berikut:
a. Sumber: Strategi Komunikasi yang telah ditetapkan pengasuh
Rumah Tahfidz Kiai Marogan b.
Komunikator: Pengasuh, termasuk juga para instruktur tahfidz ustadz
c. Pesan: Diantaranya nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an
dan kiat-kiat bersahabat dengan al- Qur’an
d. Saluran: Pengasuh Rumah Tahfidz Kiai Marogan banyak
memanfaatkan media komunikasi, baik itu koran, majalah buku dan televisi
Di masjid Kyai Marogan kita dapat melihat beberapa orang remaja sedang menghafalkan al-Qur`an, di bawah bimbingan beberapa orang guru.
Mereka adalah murid kelas IV dan kelas V Rumah Tahfidz. Dengan suara mereka yang lembut, mereka menghafal ayat demi ayat al-Qur`an, sambil
kepala mereka bergoyang-goyang mengikuti irama bacaan. Sungguh pemandangan yang sangat sedap dipandang. Sementara itu, dengan mata
terpejam, seorang laki-laki berwajah jernih, berkumis dan berjenggot tebal, memakai peci, menyimak hafalan murid-muridnya. Tentu saja semuanya
dilakukan di luar kepala. Pemandangan menarik di dalam masjid ketika jam tahfizh masuk
anak-anak secara teratur kumpul di kelompoknya masing-masing membentuk
sebuah lingkaran. Seluruhnya berjumlah 2 kelompok putera dan 2 kelompok puteri. Satu kelompok terdiri dari 5 hingga 5 orang anak.
Ketika “menyetorkan” hafalan, seorang murid duduk bersila di hadapan gurunya yang duduk bersila sambil bersandar di tiang masjid. Lutut
mereka saling bersentuhan, dan dengan suara pelan tetapi sangat jelas, sang murid membacakan ayat demi ayat yang sudah dihafalnya di rumah.
Anak-anak yang berusia belasan tahun terlihat baru memulai hafalan mereka. Dari bibir mereka meluncur ayat-ayat al-Qur`an dengan makhraj
yang bagus. Panjang-pendeknya lafal, mereka ucapkan dengan tepat, sehingga membentuk irama yang muncul bagaikan air mengalir, alamiah, dan
tidak dibuat-buat. Makhraj dan tajwid, memang merupakan syarat utama yang harus dikuasai terlebih dahulu sebelum seorang anak memulai kegiatan
menghafalal-Qur`an. Untuk itu, terdapat beberapa orang guru yang secara khusus mengajar tahsin Qur`ani.
Seorang murid memperoleh bimbingan tiga kali dalam sehari, dilakukan antara waktu Maghrib dan Isya
’, Subuh hingga terbit fajar, dan ba’da Zuhur. Bimbingan di masjid Kyai Marogan itu, biasanya hanya
merupakan pengecekan terhadap Hafalan para murid. Sebab, pada hari sebelumnya, guru memberikan tugas kepada mereka untuk menghafalkan
sekian ayat, yang kemu dian mereka “setorkan” kepada gurunya di masjid
pada waktu yang telah ditetapkan. Artinya, kegiatan menghafal al-Qur`an itu sendiri mereka lakukan di kamar, di atas perahu Ketek, dan taman, sedangkan
yang di masjid hanya “setoran”.