2.1.2. Lingkungan
Lingkungan mencakup segala hal di sekeliling kita, yang kita terkait kepadanya secara langsung atau tidak langsung, yang hidup dan kegiatan kita
berhubungan dengannya dan bergantung padanya. Dapat juga dikatakan bahwa lingkungan adalah keseluruhan faktor, kakas forces, atau keadaan yang
mempengaruhi atau berperan atas hidup dan kehidupan kita. Boleh juga disebutkan, lingkungan adalah segala gatra ekologi ditinjau dari segi manusia Ananichev, 1976.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dikatakan bahwa Lingkungan
Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
2.2 Lingkungan sebagai Subyek Pendidikan
Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman belajar di berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi
perkembangan individu. Pendidikan dalam arti sempit dalam prakteknya identik dengan penyekolahan schooling, yaitu pengajaran formal di bawah kondisi-kondisi
yang terkontrol, jadi pendidikan hanya berlangsung bagi mereka yang menjadi siswa pada suatu sekolah atau mahasiswa pada suatu perguruan tinggi Wahidin, 2008.
Pendidikan dan latihan dalam masalah lingkungan menghadapi keadaan yang memerlukan tindakan darurat. Masyarakat sekarang baru terbangunkan kalau bahaya
Universitas Sumatera Utara
telah mengancam, yang dibangkitkan oleh teknologi yang diterapkan secara tidak berdisiplin dan pertumbuhan penduduk yang meledak, sedang bahaya itu sebetulnya
telah dapat diramalkan beberapa puluh tahun sebelumnya Dubos, 1968. Proses belajar mengajar sebaiknya dilakukan dengan Pendekatan Lingkungan
Alam Sekitar PLAS. Dasar filosofis mengajar dengan mengimplementasikan pendekatan lingkungan alam sekitar adalah dari Rousseau dan Pestalozzi. Jean
Jacques Rousseau 1712-1788, mengatakan bahwa kesehatan dan aktivitas fisik adalah factor utama dalam pendidikan anak-anak. Rousseau percaya bahwa “anak
harus belajar langsung dari pengalaman sendiri, dari pada harus mendengarkan dari penjelasan buku”. Disini lingkungan sangat berperan penting dalam proses
pembelajaran Wahidin, 2008. John Heinrich Pestalozzi 1716-1827, seorang pendidik berkebangsaan
Swiss, dengan konsep “Home School”nya, menjadikan lingkungan alam sekitar sebagai objek nyata untuk memberikan pengalaman pertama bagi anak-anak.
Pestalozzi juga mangajarkan ilmu bumi dan alam sekitar kepada anak didiknya dengan fasilitas yang ada di lingkungan sekitarnya dan menanamkan rasa tanggung
jawab pada diri anak akan dirinya sendiri juga lingkungan agar tetap seimbang Wahidin, 2008. Selanjutnya Dubos 1968 mengatakan bahwa yang disebut
“perbaikan lingkungan“ sebenarnya tidak lain dari pada upaya tambal sulam sekedar untuk memperlambat pengurasan sumberdaya alam, pemerkosaan alam dan
kehilangan nilai-nilai kemanusiaan.
Universitas Sumatera Utara
Sadar lingkungan sejalan dengan perkembangan pengetahuan tentang pengaruh timbal balik antara manusia dan lingkungan. Menurut Dubos 1968 masih
ada segi-segi penting dari timbal balik ini yang belum diketahui atau belum didalami secara tuntas. Hampiran apa pun yang dipilih, ilmiah atau praktikal, perbaikan
lingkungan harus memperhatikan kedua-duanya akibat lingkungan, yaitu pelonggaran permissive dan pemolaan formative kehidupan, tidak saja untuk masa kini akan
tetapi untuk masa depan. Oleh karena masalah lingkungan itu mengenai segala gatra kehidupan maka
pembedaan disiplin menjadi dua golongan, yaitu ilmu alam dan ilmu sosial, tidak bermanfaat dalam menyelesaikan persoalan lingkungan. Diperlukan ‘kecendekiaan
terpadu’ intregative scholarship yang mampu mengenali persoalan berat yang dihadapi manusia dan menggarapnya dengan pemikiran rasional yang paling
tanggung dan canggih tanpa membeda-bedakan apa yang dikenal sebutan dengan sebutan ‘disiplin ilmu’ Fenner, 1976.
2.3. Landasan Pendidikan Lingkungan Hidup