andil yang besar bagi siswa dalam memberikan pengertian tentang lingkungan terhadap siswa-siswa. Seorang guru harus memiliki pengetahuan tentang lingkungan
karena institusi pengajaran melalui pendidikan formal merupakan cara yang paling tepat dalam membangkitkan kesadaran dan kecintaan terhadap lingkungan hidup,
oleh sebab itu seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan berwawasan lingkungan, meningkatkan kemampuan kritis, meningkatkan kemampuan berfikir
kreatif dan mengaplikasikan nilai-nilai yang dimilikinya berhubungan dengan masalah lingkungan. Seorang guru yang memiliki pengetahuan yang baik tentang
lingkungan diduga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap konservasi lingkungan hidup serta pembangunan yang berkelanjutan untuk menjaga perusakan
sumberdaya alam. Namun sebaliknya seorang guru yang tidak memiliki pengetahuan tentang lingkungan atau tidak berwawasan lingkungan tidak akan mampu melakukan
konservasi sumberdaya alam untuk menjaga perusakan lingkungan.
4.4. Perilaku Siswa dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup di SD di Kabupaten Batu Bara
Dalam penelitian ini, ada 234 siswa yang dijadikan sebagai sampel penelitian untuk mengetahui perubahan perilaku mereka setelah adanya peningkatan
persepsi guru tentang pengelolaan lingkungan. Berdasarkan analisis deskriptif yang dilakukan terhadap jawaban.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 15. Karakteristik Perilaku Siswa No
Perilaku Jumlah
Persentase
1 Baik
143 61.1
2 Cukup
17 7.3
3 Kurang
74 31.6
Total 234
100.00 Sumber : Data Penelitian diolah, 2011.
Tabel 15 memperlihatkan bahwa, dari 234 sampel siswa, 143 61.1 berperilaku baik tentang pengelolaan lingkungan, 17 7.3 berperilaku cukup dan
74 31.6 berperilaku kurang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas sampel penelitian memiliki perilaku yang baik terhadap lingkungan
61.1 Anak-anak usia 10-12 tahun, umumnya berada pada lapisan atas usia sekolah
dasar, pada umumnya mereka telah memahami bahan bacaan yang dibaca sehari-hari. Berbeda dengan anak usia dibawahnya harus berusaha agak sedikit keras untuk
memahami bahan bacaannya, anak-anak kelas paling tinggi VI di Sekolah Dasar, merasa paling tua dan kadang kala cukup efektif sebagai mediator antara sekolah dan
rumah, sehingga kadangkala memberikan informasi terhadap orang tua dan anggota lainnya. Dengan demikian kunci awal untuk memberikan informasi akan efektif bila
pethatian lebih dititik beratkan pada anak-anak usia 10-12 tahun, dengan memberikan materi dasar yang mudah dicerna Waryono, 2008.
Sistem belajar yang digunakan adalah active learning dan contextual. Artinya, siswa tak menjadi objek, melainkan menjadi subjek yang aktif. Selain itu guru
berperan aktif sebagai fasilitator, observer dan desainer yang akan mengakomodasi
Universitas Sumatera Utara
kebutuha siswa. Sistem sekolah tidak hanya konvergen tapi konvergen dan divergen, dimana jawaban tidak harus selalu sama dengan apa yang di berikan guru tapi
dimungkinkan murit memiliki jawaban berbeda. Guru menjadi aktor penentu keberhasilan anak didik dengan sentuhan kreativitas dan dinamis. Dengan paradigma
pembelajaran yang visioner dan wawasan yang luas dan gelobal, guru akan menjadi sosok pembangkit potensi dan pemadu perubahan yang di sinari dengan nilai-nilai
kearifan,relijius,dan intelektual tingkat tinggi Asmani, 2009. Kemampuan seorang siswa dalam mengetahui pentingnya pengelolaan
lingkungan tergantung pada keberhasilan guru dalam menyampaikan dan memberikan pengertian tentang manfaat kebersihan lingkungan dan pengelolaan
lingkungan. Berdasarkan hal-hal tersebut diduga adanya hubungan positif antara pengaruh persepsi guru tentang lingkungan terhadap perilaku siswa dalam
pengelolaan lingkungan hidup di sekolah dasar Kabupaten Batubara. Hal ini seperti yang dikatakan dalam Thaha 2002 bahwa persepsi dengan
motivasi seseorang adalah dua hal yang saling berkaitan yang mempengaruhi perilaku seseorang. Motivasi memerankan peranan yang amat penting di dalam
mengembangkan rangkaian persepsi. Seorang siswa akan memiliki dan mampu mengambil sikap secara langsung dalam pemeliharaan dan menjaga kebersihan
lingkungan hidup di sekolah. Adanya pengarahan dan pengertian dari guru secara berkesinambungan menjadi motivasi yang positif bagi siswa-siswa Sekolah Dasar
Negeri di Kabupaten Batubara.
Universitas Sumatera Utara
Belajar pada tingkat pendidikan dasar menurut Tillar 2000, bukan sekedar transmisi ilmu pengetahuan sebagai fakta, tetapi lebih dari itu, yakni peserta didik
mengolah dengan penalaran sebagai bekal dasar bagi setiap warganegara yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, ia menekankan bahwa proses pembelajaran pada
pendidikan dasar, menuntut integrasi dengan lingkungan. Dari tabel 15 terlihat bahwa dari 234 sampel siswa, 143 61.1 berperilaku
baik dalam pengelolaan lingkungan hidup bahwa perilaku siswa terhadap lingkungan sangat baik dalam menjaga serta melestarikan lingkungan. Para siswa telah mengerti
dan memahami arti penting kebersihan lingkungan sekolah bagi kehidupan. Sehingga banyak dari siswa sudah dengan kesadaran penuh menjaga lingkungan hidup di
sekolah tanpa ada perintah atau pengawasan guru maupun pihak sekolah.
4.5. Pengaruh Persepsi Guru tentang Lingkungan terhadap Perilaku Siswa dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup di SD di Kabupaten Batu Bara
Berdasarkan analisis multivariate yang dilakukan dengan menggunakan regressi linier sederhana yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara variable
persepsi guru dengan perilaku siswa dengan hasil sebagai berikut:
A. Uji-F Secara Simultan
Uji F secara simultan terhadap pengaruh persepsi guru terhadap perilaku siswa memberi hasil sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 16. Hasil Uji-F Secara Simultan
Tabel 16 memperlihatkan bahwa nilai F-
hitung
= 15.919 dan p-value = 0.000. Jika dibandingkan dengan nilai F-
tabel
= 3.11 yang diperoleh dari nilai kritis uji F untuk n=84 atau df=83, diketahui bahwa F-
hitung
15.919 F-
Tabel
3.29 dan p-value 0.000 sig-
α0.05. Hasil analisis ini memenuhi persyaratan penerimaan hipotesis regresi, sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi guru berpengaruh secara
signifikan terhadap perilaku siswa jika analisis dilakukan secara simultan Uji-F.
B. Uji-t secara Parsial
Uji-t secara parsial terhadap pengaruh persepsi guru terhadap perilaku siswa memberi hasil sebagai berikut :
Tabel 17. Hasil Uji-F Secara Parsial
ANOVA
b
19.316 1
19.316 15.919
.000
a
99.494 82
1.213 118.810
83 Regressi
Residual Total
Model 1
Jumlah Kuadrat
df Kuadrat Rata2
F Sig.
Prediksi: Konstan, Persepsi Guru a.
Variabel Terikat : Perilaku Siswa b.
Koefisien
a
.401 .633
.634 .528
.914 .229
.403 3.990
.000 Konstan
Persepsi Guru Model
1 B
Std. Error Koefisien
Tidak Baku Beta
Koefisien Baku
t Sig.
Variabel Terikat : Perilaku Siswa a.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 17 memperlihatkan bahwa nilai p-value 0.000 sig- α 0.05. Hasil
analisis ini memenuhi persyaratan penerimaan hipotesis regresi, sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi guru berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku
siswa jika analisis dilakukan secara parsial uji-t.
C. Uji Determinasi R
Selanjutnya, untuk mengetahui besarnya pengaruhi persepsi guru terhadap perilaku siswa, dapat dilihat dari uji determinasi R berikut :
Tabel 18. Hasil Uji Determinasi R
Dari Tabel 18 terlihat bahwa nilai R-square = 0.563, sehingga besarnya pengaruh persepsi terhadap perilaku =
K = Rsquare x 100 = 0.563 x 100 = 56.3 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa besarnya pengaruh persepsi guru
terhadap perilaku siswa adalah sebesar 56.3. Dengan kata lain, 56.3 faktor perilaku dapat dijelaskan oleh faktor persepsi sedangkan selebihnya, 43.6
dipengaruhi oleh faktor faktor lain yang tidak diteliti.
Model Summary
b
.403
a
.563 .152
1.10152 Model
1 R
R Kuadrat Adjusted
R Square Perkiraan
Kesalahan Baku Prediksi: Konstan, Persepsi Guru
a. Variabel Terikat: Perilaku Siswa
b.
Universitas Sumatera Utara
D. Persamaan Regresi
Persamaan regresi yang menggambarkan hubungan antara persepsi guru terhadap perilaku siswa dapat disusun sebagai berikut:
Y = a + bX1 + e
Y = .401 + 0.941X1 + 0.633
Persamaan ini memberi makna bahwa jika faktor lain dianggap tetap, maka setiap peningkatan persepsi guru tentang lingkungan sebesar 1, akan
meningkatkan perilaku siswa sebesar 0.941 bagian. Mengingat adanya peningkatan kerusakan global pada lingkungan hidup,
yang ditandai dengan kemerosotan ekologis seperti : kemerosotan sumber daya alam, pencemaran air, tanah dan udara yang pada akhirnya menyebabkan daya dukung
lingkungan terganggu serta kualitas hidup semakin menurun, maka masyarakat perlu mengadakan upaya pelestarian Chiras, 1985.
Dalam kehidupan manusia terdapat banyak macam tingkah laku yang dilatarbelakangi oleh berbagai macam motif yang melatarbelakangi berbagai macam
motif juga Ada penggolongan motif yang mendasarkan pada reaksi seseorang terhadap rangsangan penggerak motifasi yang datang, ada yang mendasarkan pada
asal-usul tingkah laku, ada pula yang mendasarkan pada tingkat kesadaran seseorang bertingkah laku, serta masih banyak dasar lain Handoko, 1992.
Pada tingkat sekolah, sebagai salah satu bentuk kerjasama dalam pendidikan misalnya, terdapat tujuan sekolah. Untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah itu
perlukan kerja sama di antara semu personil sekolah guru, murid, kepala sekolah dan
Universitas Sumatera Utara
staf tata usaha dan orang yang ada di luar sekolah yang ada kaitannya dengan sekolah orang tua, kepala kantor Dinas Pendidikan, dokter puskesmas, dan lain-lain.
Kerja sama dalam menyelenggarakan sekolah harus di bina sehingga semua yang terlibat dalam urusan sekolah memberikan sumbangannya secara maksimal. Kerja
sama untuk mencapai tujuan perndidikan dengan berbagai aspeknya ini dapat di pandang sebagai menejemen pendidikan Tirtarahardja dan Sulo, 2005.
Keberadaan Sekolah Dasar yang mengembangkan wawasan lingkungan dan budaya masih sangat minim. Di tengah arus globalisasi yang melanda dunia,
diperlukan filter untuk menyeimbanginya. Salah satunya, memperkuat pengetahuan siswa tentang lingkungan hidup serta manfaat dan cara melestarikannya. Guna
menghadapi tantangan ke depan yang semakin keras, tenaga pengajar di SD Negeri Kabupaten Batubara harus lebih peka dalam memotivasi para siswa untuk lebih
mengerti dan memahami pentingnya kelestarian lingkungan hidup. Agar pendidikan berbasis lingkungan ini mengena di hati masyarakat, harus dilahirkan sekolah dengan
kualitas lulusan yang lebih unggul dibandingkan dengan sekolah-sekolah biasa. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan Sekolah Berbudaya Lingkungan. Dalam
penerapannya, untuk menjadikan sebuah sekolah memiliki budaya lingkungan maka diperlukan beberapa unsur penting yaitu ; a Pengembangan Kebijakan Sekolah, b
Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan, dan c Pengelolaan Sarana dan Prasarana.
Universitas Sumatera Utara
a Pengembangan Kebijakan Sekolah
Pendidikan lingkungan yang akhir-akhir ini menjadi pembicaran dibanyak media merupakan sebuah cermin dari kegalauan akan permasalahan lingkungan yang
sangat mengkhawatirkan. Kegalauan tersebut akan logis ketika masalah lingkungan sudah samapai pada tahap menunggu. Perlu adanya penanganan yang serius dan
sesegera mungkin untuk mencegah kerusakan lingkungan yang lebih parah. Penerapan tentang pentingnya menjaga lingkungan harus diterapkan sejak dini, disini
perlu adanya peranserta sekolah dan guru dalam memberikan motivasi dan dorongan secara nyata terhadap siswa-siawa sekolah dasar agar pengetahuan dan pengertian
tentang lingkungan sudah mendasar pada diri para siswa sejak dini Setiawan, 2010. Beberapa SD Negeri di Kabupaten Batu Bara sudah mengembangkan
beberapa kebijakan sekolah yang mendukung konsep sekolah berbudaya lingkungan antara lain : memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar langsung dari
lingkungan seperti pentingnya menyiram tanaman serta membuang sampah pada tempatnya, menyediakan sarana dan prasarana sekolah seperti pengadaan tempat
sampah pada setiap ruang kelas. b
Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan Kurikulum adalah segala pengalaman pendidikan yang diberikan oleh sekolah
kepada seluruh anak didiknya, baik dilakukan dalam sekolah maupun di luar sekolah. Pengalaman anak didik sekolah dapat diperoleh melalui berbagai kegiatan pendidikan
antara lain ; mengikuti pelajaran dikelas, keterampilan, latihan-latihan olah raga dan kesenian dan kegiatan praktek laboraturium Suryosubroto, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Adanya suatu kurikulum berbasis lingkungan akan memberikan suatu pola atau penyusunan bahan pelajaran mengenai pentingnya lingkungan hidup yang akan
disampaikan kepada murid-murid. Lingkungan mencakup segala hal di sekeliling kita, yang kita terkait kepadanya secara langsung atau tidak langsung, yang hidup dan
kegiatan kita berhubungan dengannya dan bergantung padanya. Dapat juga dikatakan bahwa lingkungan adalah keadaan yang mempengaruhi atau berperan atas hidup dan
kehidupan. Boleh juga disebutkan, lingkungan adalah segala gatra ekologi ditinjau dari segi manusia Ananichev, 1976.
c Pengelolaan Sarana dan Prasarana
Pencapaian hasil belajar siswa yang rendah kerapkali bukan disebabkan oleh pengetahuan dan penguasaan ilmu pengetahuan guru yang rendah, tetapi masih
banyak guru yang menitik beratkan pada praktik pendidikan pada segi pengajaran yang ditandai dengan peran guru yang dominant dan siswa hanya bersikap pasif
dalam menghapalkan pelajaran, sehingga kualitas pendidikan pun cendrung memperoleh hasil yang kurang memadai. Masih banyak guru yang belum profesional
sehingga cendrung memperoleh hasil belajar siswa yang rendah. Profesional guru perlu adanya perilaku yang kratif Tangyong, 1969.
Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki pengetahuan, kemampuan dan keterampilan. Namun guru juga dituntut untuk mampu bersikap kreatif untuk
meningkatkan minat belajar siswa Agung, 2010. Guru diharuskan mampu menyampaikan materi dengan sekreatif mungkin salah satunya dengan menggunakan
alat peraga. Alat peraga merupakan saran untuk menciptakan metode baru dalam
Universitas Sumatera Utara
pembelajaran. Selain itu guru juga dituntut untuk mampu mengembangkan pola pikir para siswa dalam mengembangkan, menjaga serta merawat sarana dan prasarana yang
disediakan oleh pihak sekolah. Karena sarana dan prasarana adalah fasilitas umum yang membantu dan mendorong siswa kearah pembelajaran yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan tentang pengaruh persepsi terhadap perilaku, dapat disimpulkan bahwa :
1. Mayoritas persepsi guru tentang lingkungan di Sekolah Dasar di Kabupaten
Batu Bara adalah baik 75.0, sedangkan mayoritas perilaku siswa dalam pengelolaan lingkungan hidup di Sekolah Dasar di Kabupaten Batu Bara adalah
baik 61.1. 2.
Persepsi guru berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku siswa. Besarnya pengaruh total persepsi terhadap perilaku adalah sebesar 56.3.
5.2. S a r a n
1. Disarankan agar pihak Sekolah Dasar di Kabupaten Batubara terus
meningkatkan perilaku siswa melalui perbaikan tingkat pemahaman dan persepsi guru tentang pengelolaan lingkungan.
2. Diharapkan agar penelitian sejenis dapat dilakukan mahasiswa lain untuk
mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat dan komprehensif. 3.
Perlu adanya sarana dan prasarana yang lebih lengkap untuk mendukung proses belajar dan mengajar khususnya untuk mendekatkan kepada pentingnya
kebersihan lingkungan di sekolah.
Universitas Sumatera Utara