Sadar lingkungan sejalan dengan perkembangan pengetahuan tentang pengaruh timbal balik antara manusia dan lingkungan. Menurut Dubos 1968 masih
ada segi-segi penting dari timbal balik ini yang belum diketahui atau belum didalami secara tuntas. Hampiran apa pun yang dipilih, ilmiah atau praktikal, perbaikan
lingkungan harus memperhatikan kedua-duanya akibat lingkungan, yaitu pelonggaran permissive dan pemolaan formative kehidupan, tidak saja untuk masa kini akan
tetapi untuk masa depan. Oleh karena masalah lingkungan itu mengenai segala gatra kehidupan maka
pembedaan disiplin menjadi dua golongan, yaitu ilmu alam dan ilmu sosial, tidak bermanfaat dalam menyelesaikan persoalan lingkungan. Diperlukan ‘kecendekiaan
terpadu’ intregative scholarship yang mampu mengenali persoalan berat yang dihadapi manusia dan menggarapnya dengan pemikiran rasional yang paling
tanggung dan canggih tanpa membeda-bedakan apa yang dikenal sebutan dengan sebutan ‘disiplin ilmu’ Fenner, 1976.
2.3. Landasan Pendidikan Lingkungan Hidup
Mengingat adanya peningkatan kerusakan global pada lingkungan hidup, yang ditandai dengan kemerosotan ekologis seperti : kemerosotan sumber daya alam,
pencemaran air, tanah dan udara yang pada akhirnya menyebabkan daya dukung lingkungan terganggu serta kualitas hidup semakin menurun, maka msyarakat perlu
mengadakan upaya pelestarian Chiras, 1985.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Chiras, 1985 :“ Kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini lebih banyak disebabkan oleh mentalitas frontier ini didasarkan atas sikap manusia, yaitu :
1 melihat dunia sebagai sumber yang tidak terbatas, 2 berpandangan bahwa manusia terlepas dari alam, 3 berpandangan bahwa alam sebagai suatu yang perlu dikuasai”.
Sikap merupakan faktor berpengaruh dalam kerusakan lingkungan hidup, oleh karenanya sikap harus diubah kearah positif melalui jalur pendidikan, untuk
mendapatkan manusia yang bersikap dan berwawasan lingkungan hidup. Pendidikan lingkungan secara rasional didasarkan pada amanah : Garis – Garis Besar Haluan
Negara GBHN tahun 1993, Bab. III, E4 :“ Tercapainya kemampuan nasional dalam pemanfaatan, pembangunan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dibutuhkan bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan peradaban, serta ketangguhan dan daya saing bangsa yang diperlukan memacu pembangunan yang berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan “. Pada UUPLH No 23, Tahun 1997, Bab IV. Pasal 9, ayat 2. Tentang
pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan : “Pengelolaan lingkungan hidup, dilaksanakan secara terpadu oleh instansi pemerintah sesuai dengan bidang tugas dan
tanggung jawab masing – masing serta pelaku pembangunan lain dengan memperhatikan keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kebijakan nasional
pengelolaan lingkungan hidup “. Selanjutnya Memorandum Of Understanding MOU antara Men Neg. LH
dengan Mendiknas : No 0142U1996 dan No, kep : 89MenKLH51996 : Dengan ruang lingkup memorandum bersama meliputi :
Universitas Sumatera Utara
“ a. Pengembangan materi pendidikan dan pelatihan di bidang lingkungan hidup b. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dibidang lingkungan hidup
c. Penelitian, pengembangan dan pengabdian kepada masyarakat dibidang lingkungn hidup
d. Pembinaan pendidikan dan pelatihan dibidang lingkungan hidup e. Program lain yang berkaitan dengan lingkungan hidup “.
Pendidikan harus membuka mata terhadap pentingnya perlindungan lingkungan hidup sehingga pembangunan dapat berlanjut untuk generasi kini dan
yang akan datang. Menurut Soerjani 1987 :“Kegiatan manusia pada lingkungan akan menimbulkan dampak, dampak ini akan dikoreksi alam sendiri, dan oleh
lembaga berwawasan lingkungan seperti Bapedal dan lembaga pelatihan mengoreksi sikap dan koreksi teknologi. Koreksi sikap untuk membentuk manusia berwawasan
likungan, sedangkan koreksi teknologi untuk penerapan teknologi yang efisien dan efektif. Untuk ketahanan dan kelestarian lingkungan hidup”.
2.4. Hakikat Pendidikan Lingkungan Hidup