Stadium Klinis Kanker Serviks Pencegahan Kanker Serviks

terlihat putih acetowhite. Pemeriksaan ini disebut positif bila terdapat area putih di sekitar porsio serviks Carr, 2004. b. Pemeriksaan Pap smear, merupakan pemeriksaan sitologi untuk mendeteksi kanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil contoh sel epitel serviks melalui kerokan dengan spatula khusus, kemudian hasil kerokan diapuskan pada kaca objek. Apusan sel pada kaca objek tersebut selanjutnya diamati di bawah mikroskop oleh ahli patologi American Cancer Society, 2008. c. Kolposkopi merupakan pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop binokuler dengan sumber cahaya yang terang untuk memperbesar gambaran visual serviks, sehingga dapat membantu diagnosa neoplasia serviks Rasjidi, 2008. d. Pemeriksaan DNA HPV ini dilakukan berupa pengambilan sampel untuk mengetahui adanya infeksi HPV dengan menggunakan lidi kapas atau sikat. Tes ini lebih berguna bila dikombinasikan dengan pemeriksaan sitologi Rasjidi, 2008. Menurut Menkes, masalah utama dalam penanggulangan kanker di Indonesia adalah besarnya biaya perawatan dan pelayanan yang lama. Hal ini tidak hanya menimbulkan kerugian ekonomi economic loss bagi penderita tetapi juga bagi keluarga dan pemerintah. Selain itu, hingga kini masih dirasakan terbatasnya tenaga kesehatan yang profesional serta sarana dan prasarana pendukungnya Depkes, 2008.

2.1.7. Stadium Klinis Kanker Serviks

Penentuan stadium kanker serviks menurut FIGO Federation of Gynecology and Obsetrics masih berdasarkan pemeriksaan klinis praoperatif ditambah dengan foto toraks dan sistoskopi serta erktoskopi Edianto, 2006. Tabel 2.1. Stadium kanker serviks menurut FIGO 2000 Edianto, 2006 Stadium 0 Karsinoma in situ, karsinoma intraepithelial Stadium I Karsinoma masih terbatas di serviks penyebaran ke korpus uteri diabaikan Stadium Ia Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara Universitas Sumatera Utara mikroskopik, lesi yang dapat dilihat secara langsung walau dengan invasi yang sangat superfisial dikelompokkan sebagai stadium Ib. Kedalaman invasi stroma tidak lebih dari 5 mm dan lebarnya tidak lebih dari 7 mm Stadium Ia1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm Stadium Ia2 Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3 mm tapi kurang dari 5 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm Stadium Ib Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis lebih dari Ia Stadium Ib1 Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4 cm Stadium Ib2 Besar lesi secara klinis lebih dari 4 cm Stadium II Telah melibatkan vagina, tetapi belum melibatkan parametrium Stadium IIb Infiltrasi ke parametrium, tetapi belum mencapai dinding panggul Stadium III Telah melibatkan 13 bawah vagina atau adanya perluasan sampai dinding panggul. Kasus dengan hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal dimasukkan dalam stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain. Stadium IIIa Keterlibatan 13 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum mencapai dinding panggul Stadium IIIb Perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal Stadium IV Perluasan ke luar organ reproduksi Stadium IVa Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rektum Stadium IVb Metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul

2.1.8. Pencegahan Kanker Serviks

Pencegahan kanker serviks terdiri atas pencegahan primer, dan sekunder. Pencegahan primer berupa menunda onset aktivitas seksual sampai usia 20 tahun dan berhubungan secara monogami akan mengurangi risiko kanker serviks secara signnifikan; penggunaan kontrasepsi barier kondom, diafragma, dan spermisida ang berperan untuk proteksi terhadap agen virus. Penggunaan lateks lebih dianjurkan daripada kondom yang dibuat dari kulit kambing; penggunaan vaksinasi HPV yang diberikan kepada pasien dapat mengurangi infeksi HPV karena mempunyai kemampuan proteksi 90 Rasjidi, 2008. Vaksinasi ini Universitas Sumatera Utara lebih bermanfaat bila diberikan pada wanita yang belum pernah terinfeksi HPV Mayrand, 2007. Kemudian Stanley 2008 mengatakan bahwa sekarang ini telah tersedia dua vaksin terbaru HPV L1, yaitu produk kuadrivalen HPV 6111618 dan bivalen HPV 1618. Proteksi vaksin ini bertahan sampai 5 tahun. Vaksin ini akan menurunkan tetapi tidak mengeliminasi resiko untuk mengalami kanker serviks. Kedua vaksin ini sangat imunogenik dan ditoleransi dengan baik. Pencegahan Sekunder terdiri untuk pasien dengan risiko sedang dan pasien risiko tinggi. Hasil tes Pap’s yang negatif sebanyak tiga kali berturut-turut dengan selisih waktu antar pemeriksaan satu tahun dan atas petunjuk dokter sangat dianjurkan. Untuk pasien pasangan hubungan seksual yang level aktivitasnya tidak diketahui, dianjurkan untuk melakukan tes Pap setiap tahun pada pasien dengan risiko sedang. Sedangkan pada pasien risiko tinggi yatiu pasien yang memulai hubngan seksual pada usia 18 tahun dan wanita yang mempunyai banyak pasangan seksual seharusnya melakukan tes Pap tiap tahun, dimulai dari onset seksual intercourse aktif. Interval sekarang ini dapat diturunkan menjadi setiap 6 bulan untuk pasien dengan risiko khusus, seperti mereka yang mempunyai riwayat penyakit seksual berulang Rasjidi, 2008 Sirkumsisi pada pasangan seksual juga merupakan tindak pencegahan primer karena mampu menurunkan risiko kanker serviks Castellsagué, 2002. Selain itu, sekarang telah tersedia vaksin imunisasi HPV untuk pencegahan kanker serviks. Namun, bagaimanapun juga vaksinasi tidak dapat menggeser tindakan deteksi dini dan tidak semua wanita dianjurkan melakukan imunisasi ini. Imunisasi ini lebih bermanfaat bila diberikan pada wanita yang belum pernah terinfeksi HPV Mayrand, 2007. Kemudian, Stanley 2008 mengatakan bahwa sekarang ini telah tersedia dua vaksin terbaru HPV L1, yaitu produk kuadrivalen HPV 6111618 dan bivalen HPV 1618. Proteksi vaksin ini bertahan sampai 5 tahun. Vaksin ini akan menurunkan tetapi tidak mengeliminasi risiko untuk mengalami karsinoma serviks uteri. Kedua vaksin ini sangat imunogenik dan ditoleransi dengat baik. Kemudian, bila seorang wanita telah mengalami lesi prakanker maka tindak pencegahan yang dapat dilakukannya adalah tindak pencegahan sekunder, Universitas Sumatera Utara yaitu upaya mencegah timbulnya kerusakan lebih lanjut dengan melakukan pengobatan segera. Sedangkan tindak pencegahan tersier diperuntukkan bagi wanita yang mengalami kanker serviks. Tindak pencegahan terakhir ini bertujuan untuk mencegah munculnya komplikasi akibat penyakit ini Sukardja, 2000. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL