Suku Penderita Kanker serviks Pendidikan Penderita Kanker Serviks

5.2.2. Agama Penderita Kanker Serviks

Berdasarkan persentasi dari 176 penderita kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2009 persentasi agama terbanyak ditemukan adalah agama Islam 64,2, diikuti agama Kristen 33,5, Budha 1,7 dan terkecil adalah agama Hindu yaitu 0,6. Hal ini bukan menyimpulkan bahwa yang beragama Islam lebih berisiko terhadap terjadinya kanker serviks dan yang beragama hindu tidak berisiko, namun hal ini berkaitan dengan penderita yang datang berobat ke rumah sakit tersebut adalah lebih banyak pada masyarakat yang beragama Islam. Ditinjau dari segi lain, peneliti melihat hal ini bertentangan dengan beberapa teori yaitu, pada ummat yang beragama Islam, buat kaum Adam atau pria mewajibkan untuk melakukan sirkumsisi, dimana literatur menyebutkan sirkumsisi pada pasangan seksual juga merupakan tindak pencegahan primer karena mampu menurunkan risiko kanker serviks Castellsagué, 2002.

5.2.3. Suku Penderita Kanker serviks

Proporsi suku penderita kanker serviks terbesar adalah suku Batak yaitu 49,4, diikuti suku Jawa 27,8, suku Aceh 14,2, lain-lain Minang dan Melayu 6,3 dan terkecil adalah suku Nias yaitu 2,3. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hibridawati 2001 tentang karakteristik distribusi penderita kanker leher rahim yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 1998–2000, dimana ditemukan penderita kanker serviks terbesar pada suku Batak sebanyak 47,47 dan Hasil Penelitian Ginting 2003 di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2000–2002 juga ditemukan penderita kanker serviks terbesar pada suku batak sebesar 48,9. Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2005–2008 dilakukan penelitian tentang karakteristik individu penderita kanker serviks dengan hasil suku terbanyak yaitu suku Batak 66,7 Handayani, 2009 Hal ini bukan berarti bahwa suku Batak berisiko tinggi terhadap penyakit kanker serviks, tetapi kemungkinan disebabkan penderita yang datang berobat ke rumah sakit tersebut lebih banyak masyarakat yang suku Batak. Universitas Sumatera Utara

5.2.4. Pendidikan Penderita Kanker Serviks

Persentasi pendidikan penderita kanker serviks yang terbesar adalah pendidikan dasar yaitu 44,5, diikuti Penderita dengan Pendidikan menengah sebesar 34,6, tidak sekolahtidak tamat SD sebesar 13,6 dan pendidikan terkecil adalah pendidikan tinggi yaitu 6,3. Hal ini sejalan dengan penelitian Zai 2009 tentang Karakteristik individu penderita kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2003-2007 menunjukkan bahwa persentasi pendidikan penderita kanker serviks yang terbesar adalah pendidikan dasar yaitu 50,5. Demikian juga hasil penelitian oleh Irianti 2003 ditemukan bahwa penderita kanker leher rahim di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 1998–2002 yang terbesar adalah Sekolah Dasar SD sebesar 60,7 dan yang terkecil adalah Pendidikan Tinggi 3,6. Di Indonesia khususnya daerah Sumatera Utara, mayoritas penduduknya masih berpendidikan rendah, data Badan Pusat Statistik BPS 2002 menunjukkan bahwa proporsi penduduk sumatera utara tahun 2001 yang berpendidikan rendah sebesar 38,59. Dari hal ini diasumsikan bahwa kurangnya tingkat pengetahuan seseorang mempengaruhi terhadap penyakit yang dialaminya, karena ia kurang mengetahui apa saja yang menjadi faktor risiko terhadap terjadinya kanker serviks dan juga kurangnya rasa ingin tahu tentang berbagai penyakit dikarenakan kurangnya tingkat pengetahuannya.

5.2.5. Pekerjaan Penderita Kanker Serviks