A. 3. Tahapan Persahabatan A. 4. Aturan Dalam Persahabatan

kepribadian Stevens, dkk, dalam Hogg Vaughan, 2002, sosiabilitas, minat, dan aktivitas waktu luang yang cocok akan semakin memudahkan untuk saling tertarik Sprecher, dalam Hogg Vaughan, 2002. e. Kebutuhan melengkapi Need Complementary Winch dalam Hogg Vaughan, 2002, mengungkapkan bahwa individu akan menilai orang lain atau yang berlawanan bisa memuaskan kebutuhannya dengan baik. Menurut Myers 1996, saling melengkapi merupakan konsep dasar bahwa adanya perbedaan antar individu bisa dijadikan dasar untuk saling melengkapi satu sama lain. f. Pengaruh Keterbukaan Effect of Self-disclosure Keterbukaan diri self-disclosure adalah berbagi informasi tentang perasaan dan pikiran pribadi kepada orang lain. Keterbukaan diri penting dalam keintiman jangka panjang sebuah hubungan. Menurut Social Penetration Model Taylor Hogg Vaughan, 2002, bahwa individu akan berbagi topik yang lebih pribadi dengan sahabatnya daripada dengan teman biasa atau orang asing.

II. A. 3. Tahapan Persahabatan

Selman dalam Papalia, 2007 menyatakan bahwa perkembangan persahabaatn melalui 5 lima tahap yang overlap, yaitu: 1. Stage 0: momentary playmateship usia 3 – 7 tahun Undifferentiated level, dimana anak bersifat egosentris dan memiliki masalah dalam memahami sudut pandang orang lain. Mereka cenderung hanya memikrkan apa yang mereka inginkan dari suatu hubungan. Universitas Sumatera Utara 2. Stage 1: one-way assistance usia 4 – 9 tahun Unilateral level, dimana “good friend” melakukan apa yang diinginkan oleh anak. 3. Stage 2: two-way fair-weather cooperation usia 6 – 12 tahun Reciprocal level, dimana dalam tahap ini melibatkan proses “memberi dan menerima”, tapi tetap dengan ketertarikan yang saling berbeda. 4. Stage 3: intimate, mutually shared relationship usia 9 – 15 tahun Mutual level, dimana anak melihat persahabatan sebagai kepemilikan terhadap kehidupannya sendiri. Hubungan yang ada menjadi posesif dan eksklusif. 5. Stage 4: autonomous interdependence dimulai sejak usia 12 tahun Interdependent level, dimana anak perduli dengan kebutuhan sahabat, baik untuk mandiri, ataupun bergantung. Hubungan dibangun atas dasar rasa saling percaya.

II. A. 4. Aturan Dalam Persahabatan

Argyle dan Henderson dalam Fraser, Colin Burchell, 2004 mengidentifikasi aturan-aturan yang harus dimiliki dalam suatu persahabatan. Aturan-aturan tersebut dapat dijadikan dasar dalam menjaling hubungan persahabatan yang ada. Aturan-aturan tersebut yaitu: a. Pertukaran exchange, dengan aspek-aspeknya yaitu: 1 Berusaha membalas setiap hal yang diberikan sahabat 2 Berbagi hal-hal yang menyenangkan dengan sahabat Universitas Sumatera Utara 3 Menunjukkan dukungan emosional kepada sahabat 4 Memberikan bantuan saat sahabat membutuhkannya 5 Berusaha membuat sahabat senang saat mereka merasa sedih b. Keintiman intimacy, dengan aspek-aspeknya, yaitu: 1 Saling percaya satu sama lain c. Koordinasi coordination, dengan aspek-aspeknya, yaitu: 1 Menghargai privacy sahabat 2 Tidak mengganggu sahabat saat mereka tidak ingin diganggu d. Pihak ketiga, dengan aspeknya yaitu: 1 Tidak mengomel kepada sahabat di depan orang lain 2 Menjaga kepercayaan yang diberikan sahabat 3 Tetap bertindak sebagai sahabat, baik ketika teman tersebut ada maupun tidak ada. 4 Toleransi terhadap sahabat 5 Tidak merasa cemburu terhadap teman-teman sahabat. Aturan-aturan tersebut tidak harus dimiliki keseluruhannya. Namun ketika tidak dimiliki dapat menyebabkan kemunduran dalam hubungan persahabatan. Selain itu aturan-aturan tersebut juga akan menentukan bagaimana pihak luar harus berperilaku terhadap hubungan persahabatan.

II. A. 5. Fungsi Persahabatan