BAB V PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Penjual Makanan
Faktor pendukung perilaku manusia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Notoatmodjo, 2003:
1. Faktor internal, yaitu karakteristik orang yang bersangkutan, misalnya : tingkat
kecedasan, emosinal, jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan sebagainya. 2.
Faktor eksternal, yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, politik dan sebagainya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 55,3 dan sisanya adalah laki-laki sebanyak 44,7 sesuai
dengan jumlah sampel yang telah ditentukan oleh peneliti. Berdasarkan umur, terlihat bahwa penjual makanan yang paling banyak
adalah berumur 20-29 tahun yaitu sebanyak 51,1, sedangkan yang paling sedikit adalah penjual makanan yang berumur lebih dari 50 tahun yaitu sebanyak 12,8. Hal
ini menunjukkan bahwa penjual makanan yang paling banyak adalah yang umurnya tergolong dalam fase awal masa dewasa dan sudah dewasa, dimana penjual makanan
berperan sebagai pemilik warung makan maupun sebagai pekerja di warung makan tersebut.
Berdasarkan pendidikan terakhir, terlihat bahwa pendidikan terakhir penjual makanan terbanyak adalah tamat SMA yaitu sebanyak 53,2, sedangkan yang paling
sedikit adalah penjual makanan yang tidak tamat SD yaitu 2,1. Dapat diartikan bahwa tingkat pendidikan penjual makanan tergolong baik, namun dalam penggunaan
Universitas Sumatera Utara
plastik dan styrofoam pengetahuan penjual makanan harus didukung oleh informasi- informasi mengenai bahaya plastik dan styrofoam yang belum tersosialisasi dengan
baik.
5.2. Pengetahuan Penjual Makanan Yang Menggunakan Plastik dan Styrofoam
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui indera penglihatan mata dan pendengaran telinga. Pengetahuan sangat penting dalam terbentuknya
tindakan seseorang Notoatmodjo, 2003. Pengetahuan penjual makanan berdasarkan hasil wawancara mengenai plastik
dan styrofoam yaitu hanya 23,4 penjual makanan yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik, 63,8 memiliki pengetahuan berkategori cukup dan masih
ada 12,8 yang memiliki pengetahuan buruk. Kurangnya pengetahuan penjual makanan mengenai plastik dan styrofoam
dikarenakan kurangnya informasi pasti yang mereka ketahui mengenai bahaya plastik kresek dan styrofoam. Hal ini dapat dilihat dari data hasil pengolahan kuesioner
khusunya pertanyaan pengetahuan no.2 lampiran dimana penjual makanan paling banyak menjawab tidak tahu bahwa pemerintah melarang penggunaan plastik kresek
sebagai pembungkus makanan yaitu sebanyak 55,3. Selain dari pendidikan formal dan non formal, pengetahuan umumnya datang
dari pengalaman yang dapat diperoleh dari media cetak maupun elektronik. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung maupun pengalaman orang
lain Poedjawijatna, 1998.
Universitas Sumatera Utara
5.3. Sikap Penjual Makanan Yang Menggunakan Plastik dan Styrofoam