16
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keterlibatan ibu rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.
Kompleksnya kebutuhan hidup berbanding lurus dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan ibu rumah tangga harus turut serta dalam
pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Bukan hanya di kota, bahkan di desa – desa di seluruh Indonesia, ibu rumah tangga berperan sebagai pengatur kehidupan ekonomi
rumah tangga. Kemiskinan merupakan salah satu faktor pendorong ibu rumah tangga bekerja.
Tidak bisa dipungkiri bahwa kemiskinan mempunyai pengaruh terhadap kualitas hidup bangsa dan Negara. Kemiskinan juga menjadi persoalan kompleks yang banyak
mempengaruhi kehidupan bermasyarakat. Mulai dari kualitas kesehatan, pendidikan, angka kematian, angka kelahiran, angka kecukupan gizi dan dimensi kehidupan yang
lainnya sangat dipengaruhi oleh kemiskinan. Menurut data sensus BPS 2013 dapat dilihat angka kemiskinan yang ada di
Indonesia adalah 2.772.778.000 penduduk. Banyak program yang dilakukan pemerintah untuk menekan angka kemiskinan, namun kemiskinan bukanlah persoalan
yang gampang untuk dituntaskan. Bahkan pengentasan kemiskinan adalah salah satu tujuan utama dari Millenium Development Goals atau yang lebih sering disebut
MDG’s. Hal ini mengindikasikan bahwa persoalan kemiskinan tentunya sudah menjadi masalah sosial yang mendunia.
17
Tabel 1.1 Jumlah penduduk Miskin Indonesia
Provinsi Jumlah penduduk Miskin 000
Kota Desa
Kota+Desa
Aceh Sumatera utara
Sumatera barat Riau
Kepulauan Riau Jambi
Sumatera Selatan Bangka Belitung
Bengkulu Lampung
DKI Jakarta Jawa Barat
Banten Jawa tengah
DI Yogyakarta Jawa timur
Bali Nusa tenggara barat
Nusa tenggara timur Kalimantan barat
Kalimantan tengah Kalimantan selatan
Kalimantan timur Sulawesi utara
Gorontalo Sulawesi tengah
Sulawesi selatan Sulawesi barat
Sulawesi tenggara Maluku
Maluku utara Papua
Papua Barat 158.04
667.47 10853
159.53 91.27
109.07 370.86
2027 99.59
224.21 412.79
2554.06 381.18
1771.53 324.43
1531.89 109.20
385.31 105.70
78.53 39.45
61.21 98.48
60,08 23.88
71.65
154.40 29.87
45.79 47.58
11.17 35.61
14.06 679.38
693.13 246.21
338.75
32.90 172.68
714.94 46.96
216.91 919.73
0.00 1684.90
268.01 2790.29
208.15 3216.53
86.76 431.31
886.18 303.38
109.37 128.28
154.20 137.48
171.22 315.41
651.95 124.82
268.30 259.44
73.62 828.50
211.40 837.42
1360.60 354.74
498.28 124.17
281.75
1085.80 67.23
316.50 1143.93
412.79 4238.96
649.19 4561.83
532.59 4748.42
195.95 816.62
991.88 381.92
148.83 189.50
252.68 197.56
195.10 387.06
806.35 154.69
314.09 307.02
84.79 864.11
225.46
Indonesia 10356.69
17371.09 27727.78
Sumber: BPS
Sebagai pelaku ekonomi, ibu rumah tangga bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Untuk daerah perkotaan kebanyakan ibu rumah tangga
bekerja sebagai wanita karir yang bekerja di perkantoran, ataupun mempunyai usaha sendiri, mulai dari mengolah butik hingga menjadi pembantu rumah tangga. Tidak
18 jarang pula kita menemukan banyak ibu rumah tangga yang bekerja sebagai buruh
pabrik. Namun, untuk kehidupan desa kebanyakan ibu rumah tangga bekerja di sektor informal karena terbatasnya akses produksi seperti lahan garapan tani, modal untuk
membuka usaha, dan lainnya. Ibu rumah tangga di pedesaan umumnya bekerja sebagai petani, petani penggarap, pedagang eceran, pedagang kaki lima.
Berikut adalah data sensus tani yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik tahun 2013 terkait pada perbandingan jumlah petani laki – laki dan perempuan dalam
sektor dan sub sektor pertanian.
Tabel 1.2 Perbandingan Jumlah Laki – laki dan Perempuan di Sektor Pertanian
No SektorSubsektor
Laki – laki Perempuan
Jumlah
Absolut Absolut
Absolut
Sektor Pertanian
117.3838 68,70 534.926 31,30
1.708.764 100
Sub Sektor 1
2 3
4 5
6
Tanaman Pangan Holtikura
Perkebunan Peternakan
543.642 318.180
815.571 369.217
62,60 70,88
76,80 62,11
324.755 130.736
246.412 225.245
37,40 29,12
23,20 37,89
868.397 448.916
1.061.983 594.462
100 100
100 100
Perikanan Budidaya Ikan
Penangkapan Ikan Kehutanan
36.806 39.336
49.970 89,21
96,61 83,47
4.454 1.379
9.899 10,79
3,39 16,53
41.260 40.715
59.869 100
100 100
Sumber : http:www.bps.go.id ST2013 diakses tanggal 19 Mei 2015 pukul 12.59pm.
19 Sebagai pengurus rumah tangga, ibu rumah tangga memiliki tanggungjawab
atas semua yang berkaitan dengan urusan rumah tangga. Mulai dari membereskan rumah hingga yang kompleks dan memakan waktu maupun tenaga, seperti mengasuh
anak dan mengurus suami. Keterkaitan ibu rumah tangga dengan pekerjaan rumah tangga begitu erat dan tampaknya telah menjadi suatu yang telah diterima dalam
masyarakat lainnya dan ibu rumah tangga itu sendiri. Peran wanita yang sangat vital adalah sebagai istri atau ibu dalam susunan keluarga, tentu wanita memiliki tanggung
jawab yang besar terhadap anak-anaknya. Di sini wanita secara tidak disadari menjadi pemimpin bagi dirinya dan keluarganya khususnya untuk anak – anak.
Anak merupakan generasi penerus yang akan melanjutkan semua aspek kehidupan, baik di dalam bangsa maupun dalam kehidupan masyarakat. Sebagai
generasi penerus, setiap anak berhak untuk mendapatkan yang terbaik dalam pemenuhan hak – hak dasar mereka. Tidak bisa dipungkiri untuk dapat memenuhi
kebutuhan dasar anak tentunya harus didukung oleh keadaan sosial ekonomi dari orangtua anak. Memelihara kelangsungan hidup anak adalah tanggungjawab orangtua
yang tidak boleh diabaikan. Walau demikian, hingga saat ini masih banyak kasus – kasus bermunculan
tentang pelanggaran hak anak, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Situasi krisis ini mulai merambah ke seluruh wilayah, dan semakin banyaknya berita – berita
yang muncul di media massa tentang pelanggaran hak anak. Misalnya, anak yang dilacurkan, anak yang dipekerjakan, siswa putus sekolah, anak jalanan, anak pengungsi
dan lain – lain. Yang perlu kita pahami kasus – kasus tersebut sebenarnya adalah fenomena sosial yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah maupun
masyarakat luas yang harus ditangani secara serius dan intensif.
20 Indonesia, diperkirakan secara kualitatif dan kuantitatif jumlah anak – anak
yang mengalami pelanggaran hak semakin mecemaskan, seperti ancaman eksploitasi, perampasan hak kemerdekaan, penelantaran, penganiayaan, dan berbagai bentuk
pelanggaran hak anak. Krisis ekonomi, konflik sosial politik, bencana alam bukan saja melahirkan instabilitas politik dan tekanan kemiskinan yang maikin menyengsarakan,
tetapi juga melahirkan ketidakstabilan, kemerosotan status sosial anak, serta menghabiskan sejumlah besar dana pembangunan yang seharusnya untuk pelayanan
kesehatan, pendidikan, dan pelayanan sosial lainnya. Hampir setiap hari kita bisa melihat di media massa banyaknya kasus
pelanggaran hak anak. Anak korban pelecehan seksual, anak yang tereksploitasi akibat pekerjaan yang di luar batas kemampuan anak, anak yang teraniaya, anak yang
ditelantarkan, dan kisah – kisah lainnya menunjukkan pada kita bahwa masih banyak sisi kelam di balik keceriaan dunia anak – anak. Menurut Komisi Perlindungan Anak
Indonesia KPAI, kasus anak yang berhadapan dengan hukum menempati posisi tertinggi. Hingga April 2015, ada 6.006 kasus anak yang berhadapan dengan hukum.
Masalah pengasuhan mencapai 3.160 kasus, pendidikan 1.764 kasus, kesehatan dan napza 1366 kasus dan cybercrime atau pornografi mencapai 1.032 kasus. sumber
http:www.metronews.com rabu2272015 diakses tanggal 4 agustus 2015 pukul 21.32.
Banyak kasus pelanggaran hak anak di Indonesia yang tercatat. Banyak hal yang menjadi faktor penyebab terjadinya pelanggaran hak anak. Kondisi sosial
ekonomi keluarga sering menjadi alasan di balik tidak terpenuhinya hak anak. Namun seharusnya keterbatasan ekonomi bukan menjadi alasan untuk tidak memenuhi hak
anak, karena anak merupakan tanggungjawab orangtua bahkan negara. Hal ini telah diatur di dalam Pasal 45 UU No. 1 tahun 1974 tentang Pokok – pokok Perkawinan,
21 menentukan bahwa orangtua wajib memelihara dan mendidik anak – anak yang belum
dewasa atau dapat beridir sendiri. Orangtua merupakan yang pertama bertanggungjawab atas terwujudnya kesejahteraan anak baik secara rohani, jasmani,
maupun sosial Pasal 9 UU No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Pada kenyataannya, banyak orangtua yang tidak menyadari hal ini. Tentu hal
ini mempengaruhi perkembangan kehidupan anak. Anak yang dibesarkan dalam suasana konflik, cenderung mengalami keresahan jiwa, yang dapat mendorong anak
melakukan tindakan – tindakan negatif, yang dikategorikan sebagai kenakalan anak – anak. Anak yang melakukan kenakalan, dapat dipengaruhi oleh latar belakang
kehidupannya. Indonesia juga telah meratifikasi KHA Konvensi Hak Anak sebagai bentuk
keseriusan dalam melindungi dan memenuhi hak – hak anak. Terlebih dalam memperkuat komitmen negara terhadap perlindungan anak. Pemerintah Indonesia juga
telah melakukan revisi terkait Undang – undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pemerintah kini telah mengesahkan peraturan perundang –
undangan tentang perlindungan anak melalui Undang – undang Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang –Undang nomor 23 tahun 2002. Perubahan kebijakan
ini semakin mempertegas perlindungan akan hak anak di antaranya menjamin kebutuhan – kebutuhan fundamental anak seperti hak hidup, tumbuh, dan berkembang,
berpartisipasi serta hak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.
Pengentasan kemiskinan di kalangan 237,6 juta penduduk Indonesia juga cukup mengesankan. Proporsi penduduk yang hidup kurang dari US 1 per hari turun
dari 20,6 ditahun 1990 menjadi 5,9 di tahun 2008. Namun demikian, separuh dari penduduk Indonesia tidak punya lebih dari US 1,75 per hari untuk bisa hidup. Hidup
22 sangat dekat dengan garis kemiskinan menyebabkan kelompok populasi ini sangat
rentan terhadap goncangan eksternal yang bisa dengan mudah mendorong mereka kembali ke dalam jurang kemiskinan. Kemiskinan anak di Indonesia bahkan lebih
besar dari kemiskinan orang dewasa, yang dialami oleh 44,4 juta anak atau lebih dari 50 dari seluruh anak sumber: http:www.unicef.orgindonesiajurnal1pdf diakses 15
Agustus 2015 pukul 21.35. Menurut Kementrian Sosial Republik Indonesia, masalah pelanggaran hak
yang dialami oleh anak dipengaruhi oleh keterlambatan penanggulangan pelanggaran hak anak. Hal ini terjadi karena kelalaian atau ketidakmampuan orang tua dan keluarga
melaksanakan kewajiban, sehingga kebutuhan jasmani, rohani maupun sosial anak tidak terpenuhi secara wajar. Masalah ketelantaran semakin menampakkan situasi
terbatasnya atau minimnya ketersediaan sumber daya yang dimiliki oleh keluarga dan masyarakat untuk mengatasi permasalahan sosial khususnya pemenuhan hak anak.
Berdasarkan data Kemensos, saat ini terdapat 230 ribu anak jalanan di Indonesia, dan melalui program-programnya Kemensos berkomitmen membuat Indonesia bebas anak
jalanan tiga tahun dari sekarang sumber: http:www.tribunnews.comnasional20110825jumlah-anak-jalanan-230-ribu-di-
indonesia diakses 14 agustus 2015 pukul 22.31. Selain kasus – kasus pelanggaran hak anak berbau kekerasan, kebutuhan gizi
anak juga merupakan hak anak yang harus dipenuhi. Kebutuhan gizi dan nutrisi mempengaruhi tumbuh kembang anak. Secara tidak langsung akan mempengaruhi
kualitas perkembangan moral, etika, perilaku dari anak sehingga mereka mampu berinteraksi dan menjalankan fungsi sosialnya dengan baik.
23 Menurut Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan,
masih banyak balita Indonesia yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang. Data anak yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang akan disajikan pada tabel berikut.
Tabel 1.3 Balita yang Mengalami Gizi Buruk dan Gizi Kurang
Tahun Gizi Buruk
Gizi Kurang 2007
2010 2013
5.4 4.9
5.7 13.0
13.0 13.9
Sumber : Riskesdas 2013 Keluarga sebagai salah satu kelompok masyarakat terkecil turut mengambil
peran yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak. Sebagaimana
telah diatur di dalam Undang – Undang, bahwa keluarga bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup anak. Keluarga turut berperan serta dalam
pemenuhan kebutuhan anak seperti, pemenuhan kasih sayang, stabilitas emosional, pengertian, perhatian, pertumbuhan kepribadian, dan yang lainnya.
Untuk memenuhi kewajiban orangtua sebagai penanggungjawab anak, perlu adanya pemanfaatan sumber daya untuk membantu pemenuhan kebutuhan anak. Oleh
karena itu banyak ibu rumah tangga yang bekerja untuk menambah penghasilan keluarga dan membantu menopang kehidupan rumah tangga. Dengan demikian
pemenuhan hak – hak anak dapat di realisasikan secara maksimal. Kabuapaten Dairi merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di provinsi
Sumatera Utara. Banyak ibu rumah tangga yang terlibat langsung dalam kegiatan pemenuhan kebutuhan keluarga. Kebanyakan dari ibu rumah tangga ini bekerja di
sektor informal untuk membantu kondisi keuangan keluarga, karena kebutuhan keluarga yang kian lama kian kompleks.
24 Melihat banyaknya kasus pelanggaran hak anak yang masih terjadi di
kabupaten Dairi ini, seperti anak putus sekolah, anak yang bekerja, dan lainnya, maka perlu mengetahui hak – hak anak dengan baik. Tujuannya adalah untuk menekan
angka pelanggaran hak anak yang terjadi di sekitar kita yang telah menjadi fenomena sosial yang cenderung diabaikan oleh masyarakat.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah, maka peneliti tertarik untuk meneliti pemenuhan hak anak di dalam keluarga dan dituangkan
dalam penelitian berjudul “Aktivitas Ekonomi Ibu Rumah Tangga dan Pemenuhan Hak Anak di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi”.
1.2 Perumusan Masalah