20 bunsen. Jika terdapat kalium akan terbentuk warna ungu pada nyala bunsen
Vogel, 1990. b.
Uji Kristal Kalium dengan Asam Pikrat Diteteskan larutan sampel sebanyak 1-2 tetes pada object glass,
kemudian ditetesi dengan larutan asam pikrat, dibiarkan ± 5 menit, lalu diamati dibawah mikroskop. Jika terdapat ion kalium akan terlihat kristal
berbentuk jarum besar Vogel, 1990.
3.5.5.3 Natrium
a. Uji Nyala NiCr
Dibersihkan kawat NiCr dengan HCl pekat, lalu dipijar pada api bunsen sampai tidak memberikan warna khusus pada nyala bunsen.
Kemudian dicelupkan kawat pada sampel daun kari segar dan daun kari rebus, lalu dipijar pada api bunsen, diamati warna yang terjadi pada nyala
bunsen. Jika terdapat natrium akan terbentuk warna kuning keemasan pada nyala bunsen Vogel, 1990.
b. Uji Kristal Natrium dengan Asam Pikrat
Diteteskan 1-2 tetes larutan sampel pada object glass, kemudian ditetesi dengan larutan asam pikrat, dibiarkan ± 5 menit, lalu diamati di
bawah mikroskop. Jika terdapat ion natrium, akan terlihat kristal berbentuk jarum halus Vogel, 1990.
3.5.6 Analisis Secara Kuantitatif
3.5.6.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalsium
Dipipet larutan baku kalsium 1000 µgmL sebagai LIB I sebanyak 1 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan dengan akua
21 demineralisata hingga garis tanda konsentrasi 10 µgmL digunakan sebagai LIB II.
Dari larutan LIB II tersebut 10 µgmL dipipet masing-masing 5,0 mL; 10 mL; 15 mL; 20 mL dan 25 mL, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL dan
dicukupkan dengan akua demineralisata hingga garis tanda sehingga diperoleh konsentrasi berturut-turut 2,0 µgmL; 4,0 µgmL; 6,0 µgmL; 8,0 µgmL dan 10,0
µgmL. Kemudian diukur kurva kalibrasi kalsium pada panjang gelombang 422,7 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.
3.5.6.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalium
Dipipet larutan baku kalium 1000 µgmL sebagai LIB I sebanyak 1 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan dengan akua
demineralisata hingga garis tanda konsentrasi 10 µgmL digunakan sebagai LIB II. Dari larutan LIB II tersebut 10 µgmL dipipet masing-masing 5,0 mL; 10 mL; 15
mL; 20 mL dan 25 mL, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL dan dicukupkan dengan akua demineralisata hingga garis tanda sehingga diperoleh
konsentrasi berturut-turut 2,0 µgmL; 4,0 µgmL; 6,0 µgmL; 8,0 µgmL dan 10,0 µgmL. Kemudian diukur kurva kalibrasi kalium pada panjang gelombang 766,5 nm
dengan tipe nyala udara-asetilen.
3.5.6.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Natrium
Dipipet larutan baku natrium 1000 µgmL sebagai LIB I sebanyak 1 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan dengan akua
demineralisata hingga garis tanda konsentrasi 10 µgmL digunakan sebagai LIB II. Dari larutan LIB II tersebut 10 µgmL dipipet masing-masing 1,0 mL; 2,0 mL; 3,0
mL; 4,0 mL dan 5,0 mL, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan dicukupkan dengan akua demineralisata hingga garis tanda sehingga diperoleh
22 konsentrasi berturut-turut 0,2 µgmL; 0,4 µgmL; 0,6 µgmL; 0,8 µgmL dan 1,0
µgmL. Kemudian diukur kurva kalibrasi natrium pada panjang gelombang 589,0 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.
3.5.6.4 Penetapan Kadar Kalsium