Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Tinjauan Pustaka

sebesar 7,59 dengan jumlah populasi sebesar 8.839.750 ekor dan meningkat lagi pada tahun 2011 sebesar 2,44 dengan jumlah populasi sebesar 9.060.742 ekor. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Penawaran dan Permintaan Telur Ayam Ras di Sumatera Utara” .

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat diidentifikasi beberapa permasalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penawaran telur ayam ras di Sumatera Utara? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras di Sumatera Utara? 3. Bagaimana keseimbangan penawaran dan permintaan telur ayam ras di Sumatera Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk : 1. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran telur ayam ras di Sumatera Utara. 2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras di Sumatera Utara. 3. Untuk menganalisis keseimbangan penawaran dan permintaan telur ayam ras di Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini sebagai: 1. Sebagai bahan informasi bagi peternak ayam ras petelur dalam mengelola dan mengembangkan usahanya. 2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dalam menyusun kebijakan terkait dengan produksi dan pemasaran telur ayam ras. 3. Sebagai bahan referensi ilmu pengetahuan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Ayam liar tersebut merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia yang pada saat itu sangat dekat dengan alam bebas. Pada periode 1940-an, masyarakat mulai mengenal ayam lain selain ayam liar. Pada saat itu masyarakat mulai membedakan antara ayam orang Belanda dengan ayam liar Indonesia. Ayam liar Indonesia tersebut kemudian diberi nama ayam kampong sedangkan ayam orang Belanda dikenal dengan sebutan ayam negeri. Hingga akhir periode 1980-an, orang Indonesia tidak banyak mengenal klasifikasi ayam. Pada saat itu, sifat ayam dipandang sebagai ayam kampung saja. Ayam yang pertama kali masuk dan mulai diternakan pada periode ini adalah ayam ras petelur white leghorn yang kurus dan umumnya diternakan setelah masa produktifnya Rasyaf, 2001. Telur adalah salah satu bahan makanan asal ternak yang dikenal bernilai gizi tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti asam-asam amino yang lengkap dan seimbang, vitamin serta mempunyai daya cerna yang tinggi. Telur ayam mengandung protein 12,8, telur bebek 13,1. Selain itu telur mengandung aneka vitamin seperti vitamin A, B, D, E, dan K. Telur juga mengandung sejumlah mineral seperti zat besi, fosfor, kalsium, sodium dan magnesium dalam jumlah yang cukup Haryoto, 1996. Universitas Sumatera Utara Tabel 3. Komposisi Zat Gizi Telur dalam 100 gram No Zat Gizi Telur Ayam Telur Bebek 1 Kalori Kal 162.00 189.00 2 Protein g 12.80 13.10 3 Lemak g 11.50 14.30 4 Karbohidrat g 0.70 0.80 5 Kalsium mg 54.00 56.00 6 Fosfor mg 180.00 175.00 7 Besi mg 2.70 2.08 8 Vit A UI 900.00 1,230.00 9 Vit B mg 0.10 0.18 10 Air g 74.00 70.00 Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI dalam Haryoto, 1996 Menurut Haryoto 1996, struktur sebuah telur terdiri atas sel hidup yang dikelilingi oleh kuning telur sebagai cadangan makanan terbesar. Kedua komponen itu dikelilingi oleh putih telur yang mempunyai kandungan air tinggi, bersifat elastis dan dapat mengabsorbsi goncangan yang mungkin terjadi pada telur tersebut. Ketiga komponen tersebut merupakan bagian dalam dari telur yang dilindungi oleh kulit telur yang berfungsi untuk mengurangi kerusakan fisik dan biologis. Peternak khususnya peternak ayam ras di Indonesia, mempunyai posisi yang cukup rawan dalam pencaturan bisnis unggas yang secara statistik sangat pesat. Hal penting yang harus dibahas tentu saja langkah yang perlu diambil agar posisi rawan itu dapat berubah menjadi posisi strategis yang menguntungkan. Untuk menuju ke posisi tersebut, perlu diketahui permasalahan yang dihadapi peternak ayam Indonesia. Menurut Suharno B. 1999, permasalahan tersebut yaitu : 1. Permintaan fluktuatif Berbeda dengan masyarakat di negara maju yang menggunakan komoditas peternakan dalam menu sehari-hari, tidak semua masyarakat di Indonesia dapat Universitas Sumatera Utara mengkonsumsi daging dan telur ayam masih dianggap sebagai makanan mewah dan mahal. Masyarakat mengkonsumsinya di saat-saat tertentu seperti lebaran, tahun baru dan bulan-bulan tertentu. Keadaaan tersebut sangat menyulitkan program produksi ayam. Para peternak mencoba melakukan program peningkatan produksi jika lebaran tiba. Namun, kesulitan jika usai lebaran permintaan langsung anjlok, sedangkan produksi tidak dapat diberhentikan karena barang hidup. Harga pun langsung merosot tajam. 2. Pasarnya masih tradisional Jika permintaan terhadap komoditas ayam benar fluaktuatif seperti yang disebut di atas, maka logikanya pasokan ayam diatur dengan menggunakan teknologi penyimpanan. Dengan cara ini, permintaan daging dan telur ayam dapat diramalkan jumlahnya untuk waktu setahun. Dengan produksi ayam stabil, sementara permintaan fluktuatif, pasokan ayam ke konsumen dapat diatur sesuai dengan irama permintaan konsumen. Jadi, untuk kondisi tersebut, teknologi pascapanen harus dikembangkan. Namun, kenyataannya pasar ayam Indonesia masih bersifat tradisional. Kondisi ini menyebabkan masalah fluktuasi makin menjadi-jadi dialami oleh peternak. Fluktuasi ini juga akan selalu terjadi berulang-ulang setiap tahun. 3. Konsumen belum tahu persis tentang ayam Ketidaktahuan konsumen secara pasti tentang ayam menjadi satu masalah yang cukup merepotkan. Di beberapa media massa pernah terjadi pemberitaan mengenai ayam yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Namun, Universitas Sumatera Utara karena masyarakat lebih percaya pada media massa maka konsumen dapat selalu mencurigai baik buruknya daging ayam. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Penawaran