5.8. Efektifitas Penyuluhan dengan Metode Ceramah terhadap Pengetahuan
Penderita Diabetes Mellitus di Klinik RSUD dr Djasamen Saragih Pematangsiantar
Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau
kognitif meerupakan domain yang sangat penting dalam membentuk sikap dan tindakan seseorang.
Salah satu strategi untuk memperoleh perubahan perilaku menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo 2003 adalah dengan pemberian informasi untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan sehingga menimbulkan kesadaran yang pada akhirnya orang itu akan memiliki sikap dan tindakan yang sesuai dengan
pengetahuannya. Salah satu upaya pemberian informasi itu adalah dengan memberi penyuluhan. Penentuan metode ini diawali degan melakukan analisis situasi agar
informasi yang akan diberikan dapat diterima dengan baik oleh kelompok penderita diabetes mellitus dan efektif untuk merubah perilaku terhadap penyakit diabetes
mellitus. Metode ceramah merupakan cara yang paling umum digunakan untuk
penyuluhan kesehatan berkelompok yang jumlah sasarannya lebih dari 15 orang untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah Notoatmodjo, 2007.
Sedangkan menurut Lunandi 1993, dengan metode ceramah lebih dapat dipastikan tersampaikannya informasi yang telah disusun dan disiapkan, mudah mengulang
Universitas Sumatera Utara
kembali jika ada materi yang kurang jelas ditangkap peserta. Ceramah akan berhasil apabila penceramah menguasai materi dan mampu memelihara minat peserta 35-40
menit serta lebih baik lagi jika ceramah dibantu alat-alat pengajaran seperti media cetak dan elektronik Maulana, 1990. Oleh karena itu, terkait dengan penelitian ini,
penyuluhan tentang diabetes mellitus dengan metode ceramah dilakukan selama 3 minggu dengan pertimbangan diberi kesempatan untuk mengaplikasikannya
sehingga tahapan pengetahuan ke tahap tindakan terbentuk, sehingga setelah dilakukan posttest terjadi peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan penderita
diabetes mellitus. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perubahan nilai rata-
rata pengetahuan penderita diabetes mellitus pre test dan post test yaitu dari 9,18 menjadi 15,38 sesudah diberi perlakuan dengan metode ceramah. Hasil uji pair-t test
diperoleh nilai p=0,001, artinya secara statistik menunjukkan terdapat pengaruh pemberian penyuluhan dengan metode ceramah terhadap pengetahuan penderita
diabetes mellitus. Pemberian informasi dengan metode ceramah ternyata mampu meningkatkan pengetahuan penderita diabetes mellitus. Dapat juga dilihat bahwa
dengan nilai posttest 15,38 76,9, sesuai dengan defenisi operasional dari efektivitas, berarti metode ceramah efektif dalam meningkatkan pengetahuan
penderita diabetes mellitus di klinik RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar. Hal ini sesuai dengan penelitian Jayanti 2011 yang membuktikan bahwa
metode ceramah efektif dalam meningkatkan pengetahuan ibu balita gizi buruk di Medan Denai, juga sesuai dengan penelitian Rahimah 2013 yang membuktikan
Universitas Sumatera Utara
bahwa metode ceramah efektif dalam menigkatkan pengetahuan terhadap pengambilan keputusan PUS dalam memilih alat kontrasepsi di wilayah kerja
Puskesmas Langsa Lama dan juga sesuai dengan penelitian Bangun 2011 yang membuktikan bahwa metode ceramah efektif terhadap peningkatan pengetahuan dan
sikap keluarga dalam penanganan Tuberkulosa Paru di wilayah Kerja Puskesmas Guguk Panjang Kota Bukit Tinggi.
Sesuai dengan Konsep Proses Belajar yang dikemukakan oleh Notoatmodjo 2003, penyuluhan dengan metode ceramah yang diberikan menyebabkan terjadinya
proses belajar pada responden. Proses belajar ini menghasilkan suatu out put berupa hasil belajar yaitu perubahan pengetahuan responden tentang penyakit diabetes
mellitus menjadi lebih baik. Menurut Soegondo 1996 peningkatan pengetahuan tentang diabetes mellitus sangat dibutuhkan oleh pasien, untuk memperbaiki kontrol
diabetes mellitus, mencegah komplikasi dan pada akhirnya dapat mengurangi biaya pengobatan. Dengan meningkatnya pengetahuan pasien diabetes mellitus dapat
melakukan penatalaksanaan penyakit,sehingga kondisi kesehatan pasien menjadi lebih baik.
Penguatan pemberian penyuluhan dengan metode ceramah dalam pengetahuan dipengaruhi oleh karateristik responden seperti tingkat pendidikan.
Sebagian besar responden yang ada di klinik RSUD dr Djasamen Saragih Pematangsiantar mayoritas mempunyai pendidikan SMU. Hal ini sejalan dengan
penelitia Rahmi,2008 yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pengetahuannya.
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian ini penceramah adalah peneliti sendiri karena peneliti adalah tenaga kesehatan yang bekerja di RSUD dr Djasamen Saragih Pematangsiantar dan
sudah dilatih sebagai penyuluh kesehatan diabetes mellitus, sehingga responden tidak merasa asing lagi dengan sipenceramah dan bebas bertanya. Penceramah menguasai
topik intervensi dan dapat menjelaskan topik bahasan dengan baik, sehingga responden dengan mudah memahami topik yang diberikan. Selain itu penceramah
dapat memelihara minat responden untuk tetap mendengarkan topik yang disajikan selama ceramah berlangsung. Pada penelitian ini ceramah dilakukan dengan tehnik
ceramah dimodifikasi dengan tanya jawab sesudah penyampaian materi sehingga peserta dapat bertanya tentang hal-hal yang belum dipahaminya dan terjadi interaksi
langsung antara narasumber dan responden yang menyebabkan adanya diskusi sehingga penyuluhan lebih menarik dn tidak membosankan.
Penelitian ini juga menggunakan materi singkat, LCD dan sound system untuk mempermudah penyampaian mateeri ceramah sehingga responden memahami dan
mengingat topic bahasan dengan mudah. Mengenai kelekatan pada ingatan dari bahan yang disampaikan, Socony di Amerika dalam Lunandi 1993 mengadakan penelitian
yang hasilnya yaitu dengan menyampaikan sekaligus menceritakan dan mempertunjukkan lebih lekat dalam ingatan selama 3 jam kemudia 85
dibandingkan dengan menyampaikan hanya menceritakan 70 atau hanya mempertunjukkan 27. Berarti dalam suatu ceramah diharapkan pemberi informasi
tidak hanya berbicara saja tetapi juga dapat menunjukkan sesuatu yang dapat dilihat oleh penerima informasi.
Universitas Sumatera Utara
Dari penjelasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan penderita diabetes mellitus sebelum dan sesudah intervensi
dengan metode ceramah. Keadaan ini menggambarkan bahwa penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah dapat mempengaruhi perubahan perilaku responden.
Dengan diberikannya intervensi maka responden mendapat pembelajaran yang menghasilkan suatu perubahan dari semula belum diketahui menjadi diketahui, yang
dahulu belum dimengeti sekarang dimengerti, dari hasil pembelajaran tersebut maka akan timbul niat sehingga terjadi perubahan perilaku.
5.9. Efektifitas Penyuluhan dengan Metode Ceramah terhadap Sikap Penderita