Efektivitas Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Media laflet terhadap Perilaku Penderita Diabetes Mellitus di Klinik RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2014
EFEKTIVITAS PENYULUHAN DENGAN METDE CERAMAH DAN MEDIA LEAFLET TERHADAP PERILAKU PENDERITA DIABETES
MELITUS DI KLINIK RSUD dr. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR
TAHUN 2014
TESIS
Oleh
RIANTI ANITA ARITONANG 127032233/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
THE EFFECTIVENESS OF COUNSELING BY USING LECTURING METHOD AND LEAFLET MEDIUM ON THE BEHAVIOR
OF DIABETES MELLITUS PATIENTS IN THE CLINIC OF RSUD dr. DJASAMEN SARAGIH
PEMATANGSIANTAR IN 2014
THESIS
By
RIANTI ANITA ARITONANG 127032233/IKM
MAGISTRATE IN PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
EFEKTIVITAS PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN MEDIA LEAFLET TERHADAP PERILAKU PENDERITA DIABETES
MELITUS DI KLINIK RSUD dr. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR
TAHUN 2014
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat
Untuk memperoleh gelar Magister kesehatan (M.Kes) Dalam Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera utara
Oleh
RIANTI ANITA ARITONANG 127032233/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(4)
Judul Tesis : EFEKTIVITAS PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN MEDIA LEAFLET TERHADAP PERILAKU PENDERITA
DIABETES MELITUS DI KLINIK RAWAT JALAN RSUD dr. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR
Nama Mahasiswa : Rianti Anita Aritonang Nomor Induk Mahasiswa : 127032233
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Konsentrasi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M) (dr. Surya Dharma, M.P.H Ketua Anggota
)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
(5)
Telah Diuji
pada Tanggal : 18 Juni 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M Anggota : 1. dr. Surya Dharma, M.P.H
2. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes 3. Drs. Eddy Syahrial, M.S
(6)
PERNYATAAN
EFEKTIVITAS PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN MEDIA LEAFLET TERHADAP PERILAKU PENDERITA DIABETES
MELITUS DI KLINIK RSUD dr. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR
TAHUN 2014
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juni 2014
Rianti Anita Aritonang 127032233/IKM
(7)
ABSTRAK
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) memerlukan penanganan yang baik untuk mengontrol kadar gula darahnya. Jika pasien dapat mengontrol kadar gula darahnya, mereka memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan terhindar dari penyakit komplikasi. Penyuluhan kesehatan adalah sangat penting untuk meningkatkan kewaspadaan dan perilaku pasien diabetes mellitus yang berpengaruh terhadap bagaimana mereka mengatur pola hidup.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisa efektivitas penyuluhan dengan metode ceramah dan media leaflet terhadap perilaku penderita diabetes mellitus di klinik RSUD dr. Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar.
Jenis penelitian ini adalah quasi experiment dengan rancangan pretest-posttest. Penelitian ini mengunakan dua kelompok, yaitu kelompok yang diberi perlakuan penyuluhan dengan metode ceramah dan kelompok yang diberi perlakuan penyuluhan dengan media leaflet. Jumlah sampel sebanyak 67 orang, ditentukan dengan cara purposive sampling dan dibagi atas dua kelompok yaitu kelompok ceramah 33 orang dan kelompok leaflet 34 orang. Alat pengumpulan data adalah kuesioner. Uji yang digunakan adalah uji paired samples t-test dan uji t-independent dengan tingkat kepercayaan 95 %.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan rerata nilai pengetahuan, sikap dan tindakan dengan metode ceramah lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan media leaflet dan penyuluhan dengan metode ceramah lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan penderita diabetes mellitus di klinik RSUD dr. DjasamenSaragih Pematangsiantar daripada penyuluhan dengan media leaflet. Hal ini diketahui dengan melihat perbedaan persentase rerata nilai pada selisih pengetahuan responden untukmetode ceramah sebesar 76,9% sedangkan media leaflet sebesar 64,6%. Persentase rerata nilai pada selisih sikap responden untuk metode ceramah sebesar 84,2% sedangkan media leaflet sebesar 79,0%. Persentase rerata nilai pada selisih tindakan responden untuk metode ceramah sebesar 77,6% sedangkan media leaflet sebesar 70,6% dan hasil uji statistic menunjukkan bahwa nilai p (0,001) < α (0,050) dimana ada pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan media leaflet terhadap perilaku penderita diabetes mellitus.
Disarankan kepada RSUD dr. Djasamen Saragih untuk menggunakan penyuluhan dengan metode ceramah terhadap penderita diabetes mellitus.
(8)
ABSTRACT
Diabettes mellitus (DM) disease needs good handling to control its blood content, they will have better quality of life and can avoid complication. Health counseling is very important to increase diabetes mellitus patients’ alertness and behavior which eventually can influence their way of living.
The objective of the research was to analyze the effectiveness of counseling by using lecturing method and leaflet medium on the behavior of diabetes mellitus patients in the Clinic of RSUD dr. Djasamen Saragih, Pematangsintar.
The type of research was quasi experiment with pretest and posttest design. The research used two groups, the group of patients who were treated by using counseling with lecturing method, and the group of patient who were treated by using counseling with leaflet medium. The samples consisted of 67 respondents, using purposive sampling technique; 33 of them were treated with lecturing method, and 34 of them were treated with leaflet medium. The data were gathered by distributing questionnaires and analyzed by using paired samples t-test and t-independent test at the reliability level of 95%.
The result of the research showed that the average increase in knowledge, attitude and action, using lecturing method was hinger than that o using leaflet medium and counseling by using lecturing method was more effective than leaflet medium in increasing knowlwdge, attitude and action diabetes mellitus patients in the Clinic of RSUD dr. Djasamen Saragih, Pematangsiantar. It could be seen by seeing the comparison that the average of the difference in the respondents’ knowledge with lecturing method was 76,9% while with leaflet medium was 64,6%. The average value with of the difference in the respondents’attitude with lecturing method was 84,2% while with leaflet medium was 79,0%. The average value of the difference in the respondents’action with lecturing method was 77,6% while with leaflet medium was 70,6%, and the result of statistic test showed that p value (0,001) < α (0,050) where there are influence counseling with lecturing method and leaflet medium on the behavior of diabetes mellitus patients.
It is recommended to RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar to implement health education of counseling by using lecturing method for diabetes mellitus patients.
(9)
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji dan syukur yang tiada henti dan tak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Efektivitas Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Media laflet terhadap Perilaku Penderita Diabetes Mellitus di Klinik RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2014”.
Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan (M.Kes) pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Proses penulisan tesis dapat terwujud berkat dukungan, bimbingan, arahan dan bantuan moral maupun material dari banyak pihak. Untuk itu izinkan penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
4. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M, sebagai ketua komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan
(10)
meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.
5. dr. Surya Dharma, M.P.H, selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.
6. Dr. Ir. Zulhaida Lubis dan Drs. Eddy Syahrial, M.S sebagai komisi penguji yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.
7. Direktur RSUD dr. Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar, dr. Ria Novida Telaumbanua, M.Kes dan jajarannya yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk memberikan izin selama masa perkuliahan sampai selesai penelitian ini.
8. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
9. Ayahanda Patar Aritonang dan Ibunda Mutiara Br Silalahi, serta Ibu Mertua Rita Br Sianipar yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis agar bisa menyelesaikan pendidikan ini.
10. Boru saya tersayang, Maria Jheny Fulgensia Purba, S.Ked yang telah memberi dukungan, doa dan tempat penginapan selama penulis menempuh perkuliahaan.
(11)
11. Teristimewa buat suami tercinta Sudarsono Darwin Tamba Sipayung, S.Sos, M.Si dan ketiga anak saya tersayang ( Notya Jeng Agnes, Edgar Damien dan Jeremia Jenas) yang penuh pengertian, kesabaran, pengorbanan dan doa serta cinta yang dalam setia menunggu, memotivasi dan memberikan dukungan moril agar bisa menyelesaikan pendidikan ini.
12. Rekan-rekan mahasiswa S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku tahun 2012 yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan pendidikan di Program Magister IKM FKM-USU.
Akhirnya Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
Medan, Mei 2014 Penulis
Rianti Anita Aritonang 127032233/IKM
(12)
RIWAYAT HIDUP
Edisa Putra Ginting lahir pada tanggal 25 Maret 1980 di Suka, anak ke 4 dari 4 bersaudara dari pasangan ayahanda Sarimin Ginting dan ibunda Pilem Br Sembiring.
Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di sekolah Dasar Negeri 040541 Suka selesai tahun 1992, Sekolah Menengah Pertama RK Xaverius selesai tahun 1995, Sekolah Menengah Analis Kesehatan DepKes RI Medan selesai tahun1998, DIII Analis Kesehatan Yayasan RSU Dr. Rusdi Medan selesai tahun 2003, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan selesai tahun 2005.
Penulis mulai bekerja sebagai pimpinan laboratorium klinik Anugerah Group dari tahun 2007 sampai sekarang, sebagai Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi dari tahun 2010 sampai sekarang.
Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2012 dan akan menyelesaikan studi tahun 2014.
(13)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Permasalahan ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Hipotesis ... 8
1.5 Manfaat Penelitian ... 9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Penyuluhan Kesehatan ... 10
2.1.1 Definisi Penyuluhan Kesehatan ... 10
2.1.2 Metode Penyuluhan Kesehatan ... 12
2.1.3 Media Penyuluhan Kesehatan ... 16
2.1.4 Pengelolaan Penyuluhan ... 19
2.2 Perilaku ... 21
2.2.1 Pengertian Perilaku ... 21
2.2.2 Proses Pembentukan Perilaku ... 22
2.2.3 Bentuk Perilaku ... 24
2.2.4 Perilaku Kesehatan ... 24
2.2.5 Perilaku Pencegahan Penyakit ... 24
2.2.6 Dominan Perilaku ... 26
2.3 Diabetes Mellitus ... 30
2.3.1 Pengertian ... 30
2.3.2 Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus ... 31
2.3.3 Faktor Resiko Diabetes Mellitus ... 32
2.3.4 Epidemiologi ... 34
2.3.5 Pencegahan Diabetes Mellitus ... 35
2.3.6 Komplikasi Kronis Diabetes Mellitus ... 39
2.4 Landasan Teori ... 44
(14)
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 48
3.1 Jenis Penelitian ... 48
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 50
3.3 Populasi dan Sampel ... 53
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 53
3.5 Variabel dan Definisi operasional ... 59
3.6 Metode Pengukuran ... 61
3.7 Metode Analisa Data ... 62
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 63
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... 4.1.1 Sejarah Berdirinya RSUD Dr.Djasamen Saragih Kota Pematang Siantar ... 63
4.2 Karakteristik Responden ... 67
4.1.2 Data Dasar Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djasamen Saragih Kota Pematang Siantar ... 64
4.3 Analisis Univariat ... 71
4.3.1 Pengetahuan Responden tentang Diabetes Mellitus ... 71
4.3.2 Sikap Responden tentang Diabetes Mellitus ... 75
4.3.3 Tindakan Responden tentang Diabetes Mellitus ... 80
4.4. Analisis Bivariat ... 82
4.4.1. Efektivitas Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Media Leaflet terhadap Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penderita Diabetes Mellitus di Klinik RSUD Djasamen Saragih Pematangsiantar ... 83
4.4.2. Perbandingan Nilai Rerata Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Media Leaflet terhadap Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penderita Diabetes Mellitus di Klinik RSUD Djasamen Saragih Pematangsiantar ... 87
BAB 5. PEMBAHASAN ... 89
5.1. Efektifitas Penyuluhan dengan Metode Ceramah terhadap Pengetahuan Penderita Diabetes Mellitus di Klinik RSUD dr Djasamen Saragih Pematangsiantar ... 90
5.2. Efektifitas Penyuluhan dengan Metode Ceramah terhadap Sikap Penderita Diabetes Mellitus di Klinik RSUD dr Djasamen Saragih Pematangsiantar ... 94
5.3. Efektifitas Penyuluhan dengan Metode Ceramah terhadap Tindakan Penderita Diabetes Mellitus di Klinik RSUD dr Djasamen Saragih Pematangsiantar ... 97
5.4. Efektifitas Penyuluhan dengan Media Leaflet terhadap Pengetahuan Penderita Diabetes Mellitus di Klinik RSUD dr Djasamen Saragih Pematangsiantar ... 98
(15)
5.5. Efektifitas Penyuluhan dengan Media Leaflet terhadap Sikap Penderita Diabetes Mellitus di Klinik RSUD dr Djasamen
Saragih Pematangsiantar ... 101
5.6. Efektifitas Penyuluhan dengan Media Leaflet terhadap Tindakan Penderita Diabetes Mellitus di Klinik RSUD dr Djasamen Saragih Pematangsiantar ... 103
5.7. Perbedaan Efektifitas Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Media Leaflet terhadap Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penderita Diabetes Mellitus di Klinik RSUD dr Djasamen Saragih Pematangsiantar ... 105
5.8. Keterbatasan Penelitian ... 107
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 109
6.1 Kesimpulan ... 109
6.2 Saran ... 111
DAFTAR PUSTAKA ... 112 LAMPIRAN
(16)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus ... 32
3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengetahuan ... 57
3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Sikap ... 58
3.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Tindakan ... 58
3.4. Metode Pengukuran ... 61
4.1. BOR Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar Tahun 2010 – 2013 ... 66
4.2. Distribusi Frekuensi Umur Responden Diabetes Mellitus di Klinik RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2014 ... 67
4.3. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Diabetes Mellitus di Klinik RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2014 ... 68
4.4. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Diabetes Mellitus di Klinik RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2014 ... 68
4.5. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden Diabetes Mellitus di Klinik RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2014 ... 69
4.6. Distribusi Frekuensi Penghasilan Responden Diabetes Mellitus di Klinik RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2014 ... 70
(17)
4.7. Distribusi Frekuensi Riwayat Penyakit Diabetes Mellitus Responden Diabetes Mellitus di Klinik RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2014 ... 70 4.8. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Diabetes Mellitus
dengan Metode Ceramah di Klinik RSUD dr Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2014 ... 71 4.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Diabetes Mellitus
dengan Media Leaflet di Klinik RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2014 ... 73 4.10 Distribusi Frekuensi Sikap Responden tentang Diabetes Mellitus
dengan Metode Ceramah di Klinik RSUD dr Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2014 ... 75 4.11. Distribusi Frekuensi Sikap Responden tentang Diabetes Mellitus pada
Kelompok Leaflet di Klini RSUD dr Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2014 ... 77 4.12 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden tentang Diabetes Mellitus
dengan Metode Ceramah di Klinik RSUD Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2014 ... 80 4.13 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden tentang Diabetes Mellitus
pada Kelompok Leaflet di Klinik RSUD Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2014 ... 81 4.14 Perbandingan Nilai Rerata Pengetahuan sebelum dan sesudah
Pemberian Penyuluhandengan Metode Ceramah terhadap Penderita Diabetes Mellitus di Klinik RSUD Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2014 ... 83 4.15 Perbandingan Nilai Rerata Pengetahuan sebelum dan sesudah
Pemberian Penyuluhan dengan Media Leaflet terhadap Penderita Diabetes Mellitus di Klinik RSUD Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2014 ... 83 4.16 Perbandingan Nilai Rerata Sikap sebelum dan sesudah Pemberian
Penyuluhan dengan Metode Ceramah terhadap Penderita Diabetes Mellitus di Klinik RSUD Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2014 ... 84
(18)
4.17 Perbandingan Nilai Rerata Sikap sebelum dan sesudah Pemberian Penyuluhan dengan Media Leaflet terhadap Penderita Diabetes Mellitus di Klinik RSUD Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2014 ... 85 4.18 Perbandingan Nilai Rerata Tindakan sebelum dan sesudah Pemberian
Penyuluhan dengan Metode Ceramah terhadap Penderita Diabetes Mellitus di Klinik RSUD Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2014 ... 85 4.19 Perbandingan Nilai Rerata Tindakan sebelum dan sesudah Pemberian
Penyuluhan dengan Media Leaflet terhadap Penderita Diabetes Mellitus di Klinik RSUD Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2014 ... 86 4.20 Perbandingan Nilai Rerata Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan
Media Leaflet terhadap Pengetahuan Penderita Diabetes Mellitus di Klinik RSUD Djasamen Saragih PematangsiantarTahun 2014 ... 87 4.21 Perbandingan Nilai Rerata Penyuluhan dengan Media Film dan Media
Leaflet terhadap Sikap Penderita Diabetes Mellitus di Klinik RSUD Djasamen Saragih PematangsiantarTahun 2014 ... 87 4.22 Perbandingan Nilai Rerata Penyuluhan dengan Media Film dan Media
Leaflet terhadap TindakanPenderita Diabetes Mellitus di Klinik RSUD Djasamen Saragih PematangsiantarTahun 2014 ... 88
(19)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman 2.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 47 3.1. Rancangan Pretest-Posttest Design ... 48
(20)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 115
2. Materi Penyuluhan ... 123
3. Leaflet………. ... 128
4. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 130
5. Master Data………. ... 155
6. Uji T-Test ………. ... 157
(21)
ABSTRAK
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) memerlukan penanganan yang baik untuk mengontrol kadar gula darahnya. Jika pasien dapat mengontrol kadar gula darahnya, mereka memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan terhindar dari penyakit komplikasi. Penyuluhan kesehatan adalah sangat penting untuk meningkatkan kewaspadaan dan perilaku pasien diabetes mellitus yang berpengaruh terhadap bagaimana mereka mengatur pola hidup.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisa efektivitas penyuluhan dengan metode ceramah dan media leaflet terhadap perilaku penderita diabetes mellitus di klinik RSUD dr. Djasamen Saragih Kota Pematangsiantar.
Jenis penelitian ini adalah quasi experiment dengan rancangan pretest-posttest. Penelitian ini mengunakan dua kelompok, yaitu kelompok yang diberi perlakuan penyuluhan dengan metode ceramah dan kelompok yang diberi perlakuan penyuluhan dengan media leaflet. Jumlah sampel sebanyak 67 orang, ditentukan dengan cara purposive sampling dan dibagi atas dua kelompok yaitu kelompok ceramah 33 orang dan kelompok leaflet 34 orang. Alat pengumpulan data adalah kuesioner. Uji yang digunakan adalah uji paired samples t-test dan uji t-independent dengan tingkat kepercayaan 95 %.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan rerata nilai pengetahuan, sikap dan tindakan dengan metode ceramah lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan media leaflet dan penyuluhan dengan metode ceramah lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan penderita diabetes mellitus di klinik RSUD dr. DjasamenSaragih Pematangsiantar daripada penyuluhan dengan media leaflet. Hal ini diketahui dengan melihat perbedaan persentase rerata nilai pada selisih pengetahuan responden untukmetode ceramah sebesar 76,9% sedangkan media leaflet sebesar 64,6%. Persentase rerata nilai pada selisih sikap responden untuk metode ceramah sebesar 84,2% sedangkan media leaflet sebesar 79,0%. Persentase rerata nilai pada selisih tindakan responden untuk metode ceramah sebesar 77,6% sedangkan media leaflet sebesar 70,6% dan hasil uji statistic menunjukkan bahwa nilai p (0,001) < α (0,050) dimana ada pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan media leaflet terhadap perilaku penderita diabetes mellitus.
Disarankan kepada RSUD dr. Djasamen Saragih untuk menggunakan penyuluhan dengan metode ceramah terhadap penderita diabetes mellitus.
(22)
ABSTRACT
Diabettes mellitus (DM) disease needs good handling to control its blood content, they will have better quality of life and can avoid complication. Health counseling is very important to increase diabetes mellitus patients’ alertness and behavior which eventually can influence their way of living.
The objective of the research was to analyze the effectiveness of counseling by using lecturing method and leaflet medium on the behavior of diabetes mellitus patients in the Clinic of RSUD dr. Djasamen Saragih, Pematangsintar.
The type of research was quasi experiment with pretest and posttest design. The research used two groups, the group of patients who were treated by using counseling with lecturing method, and the group of patient who were treated by using counseling with leaflet medium. The samples consisted of 67 respondents, using purposive sampling technique; 33 of them were treated with lecturing method, and 34 of them were treated with leaflet medium. The data were gathered by distributing questionnaires and analyzed by using paired samples t-test and t-independent test at the reliability level of 95%.
The result of the research showed that the average increase in knowledge, attitude and action, using lecturing method was hinger than that o using leaflet medium and counseling by using lecturing method was more effective than leaflet medium in increasing knowlwdge, attitude and action diabetes mellitus patients in the Clinic of RSUD dr. Djasamen Saragih, Pematangsiantar. It could be seen by seeing the comparison that the average of the difference in the respondents’ knowledge with lecturing method was 76,9% while with leaflet medium was 64,6%. The average value with of the difference in the respondents’attitude with lecturing method was 84,2% while with leaflet medium was 79,0%. The average value of the difference in the respondents’action with lecturing method was 77,6% while with leaflet medium was 70,6%, and the result of statistic test showed that p value (0,001) < α (0,050) where there are influence counseling with lecturing method and leaflet medium on the behavior of diabetes mellitus patients.
It is recommended to RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar to implement health education of counseling by using lecturing method for diabetes mellitus patients.
(23)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi dan secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas berfungsi mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya (Brunner & Suddarth, 2002).
Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu penyakit yang paling sering diderita dan penyakit kronik yang serius di Indonesia saat ini. Setengah dari kasus DM terdiangnosa karena pada umumnya diabetes tidak disertai gejala sampai terjadinya komplikasi. Prevalensi penyakit diabetes meningkat karena terjadi perubahan gaya hidup, kenaikan jumlah kalori yang diperlukan, kurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya populasi manusia usia lanjut.
Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2007 menyebutkan bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita DM. Angka ini terus bertambah hingga 3 % atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Dengan demikian jumlah pederita DM akan mencapai 350 juta pada tahun 2025 setengah dari angka tersebut berada di asia. DM telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia, setiap tahun 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes, yang
(24)
berarti 1 orang per 10 detik atau 6 orang per menit yang meninggal akibat penyakit yang berkaitan dengan DM (Tandra, 2008).
Selanjutnya dari berbagai penelitian yang telah dilakukan di beberapa negara berkembang dan data WHO tahun 2000 menunjukkan bahwa peningkatan tertinggi jumlah penderita DM terjadi di Asia Tenggara. Akan tetapi berdasarkan jumlah penderita, India menduduki urutan pertama dengan prevalensi 31,7 juta, cina pada urutan kedua (20,8 juta), Amerika Serikat pada urutan ketiga (17,7 juta) dan Indonesia berada pada urutan keempat dengan jumlah 8,4 juta. Pada tahun 2030, jumlah penderita DM meningkat di India menjadi 79,4 juta, Cina 42,3 juta, America Serikat 30,3 juta dan Indonesia 21,3 juta.
Bustan (2007) menyatakan lebih dari 18,2 juta orang Amerika menderita DM dan sekitar sepertiganya tidak mengetahui bahwa mereka tidak menderita DM. pada tahun 2050 diperkirakan 39 juta AS akan didiagnosa DM. DM telah menduduki peringkat kelima penyebab kematian. DM menjadi penyakit paling popular pada usia 65 sampai 74 tahun, dan kurang pad usia di bawah 45 tahun tanpa memandang kelompok rasa, etnik dan jenis kelamin.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2003, diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebanyak 133 juta jiwa. Dengan prevalensi diabetes sebesar 14,7 persen pada daerah urban dan 7,2 persen pada daerah rural, maka diperkirakan pada tahun 2003 terdapat sejumlah 8,2 juta penyandang diabetes di daerah urban dan 5,5 juta di daerah rural. Selanjutnya berdasarkan pola pertambahan penduduk diperkirakan pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta
(25)
penduduk di Indonesia yang berusia diatas 20 tahun dengan asumsi prevalensi diabetes pada daerah urban (14,7 persen) dan rural ( 7,2 persen) maka diperkirakan terdapat 12 juta penyandang diabetes di daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural.
Dilihat pada pertambahan penduduk saat ini diperkirakan tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia diatas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi sebesar 2 %, didapatkan 3,56 juta pasien DM, suatu jumlah yang sangat besar untuk ditangani sendiri oleh para ahli DM. Oleh karena itu untuk mencegah dan menanggulangi timbulnya ledakan pasien DM ini harus sudah dimulai dari sekarang.
Pencegahan primer pada individu yang beresiko melalui modifikasi gaya hidup yaitu pola makan, aktifitas fisik, penurunan berat badan didukung penyuluhan berkelanjutan. Sedangkan pencegahan sekunder merupakan pencegahan terjadinya komplikasi akut maupun jangka panjang meliputi pemeriksaan dan pengobatan tekanan darah, perawatan kaki diabetes, pemeriksaan mata secara rutin, pemeriksaan protein dalam urine, menghentikan kebiasaan merokok. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, tetapi bisa dikelola dengan mematuhi empat pilar penatalaksanaan DM meliputi pendidikan kesehatan, perencanaan makan/ diit, latihan fisik teratur dan minum obat OHO/ insulin seumur hidup. Mematuhi aturan ini seumur hidup tentunya menjadi stressor berat bagi pasien sehingga banyak yang gagal mematuhinya (Soegondo, 2005, dalam WHO, 2003).
Ketidakpatuhan dapat mengakibatkan kegagalan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. ”Kepatuhan terjadi dalam situasi dimana seseorang bersungguh-sungguh menghendaki orang lain berperilaku dalam berbagai cara”. (Baron & Birney, 1974,
(26)
dalam Balitbangda, 2004. ”Kepatuhan dalam dimensi pendidikan adalah kerelaan tindakan terhadap perintah dan keinginan kewibawaan seperti orang tua atau guru” (Good, 1973 dalam balitbangda 2004).
Data mengenai prevalensi dan korelasi kepatuhan pasien DM jarang sekali ditemukan di negara berkembang. Oleh karena itu WHO memfokuskan pengambilan data dari negara berkembang dengan indikasi estimasi tahun 2025 terjadi ledakan mutlak pasien DM di negara berkembang. Pasien dan penyedia kesehatan di negara berkembang menghadapi hambatan ganda untuk memberikan self care yang cukup karena kemelaratan, kurangnya sistem pemberian perawatan kesehatan dan bersaing dengan prioritas utama negara dalam perhatian terhadap individu (WHO, 2003).
Suatu studi di India melaporkan bahwa pasien yang tidak patuh pada program diet dan monitoring glukosa sebesar 63% (Delamater 2006). Studi di USA menunjukkan sekitar 48% pasien tidak mengikuti rencana diit dan program aktifitas fisik. (Anderson dan Gustafson, 1988 dalam Delamater, 2006), melaporkan 70% pasien tidak patuh menjalani program tinggi karbohidrat, tinggi serat dalam diit. Studi di California Utara, menemukan 67% pasien diabetes tipe 2 tidak melakukan monitoring glukosa secara teratur sebagaimana yang direkomendasikan, 25% tidak patuh terhadap penggunaan OHO, 63% tidak mematuhi program aktifitas fisik informal, 92,3% menjalankan program aktifitas fisik yang terorganisir dan 85% tidak membeli obat yang diresepkan. Sedangkan data dari survey FKM UI di Indonesia, 80% pasien DM menyuntik insulin secara tidak higienis, 58% menyuntik insulin dengan dosis tidak sesuai, 77 % memonitor dan menginterpretasikan gula darah
(27)
secara keliru dan 75% tidak makan sesuai anjuran (Darmayanti, 2008). Sementara data RS Thamrin Jakarta selama tahun 2008, tingkat kepatuhan terapi jangka panjang pada pasien DM hanya mencapai sekitar 50%, 58% pasien DM salah menggunakan obat, 75% tidak menjalani diet, dan 80% menyuntikan insulin dengan cara yang salah. Padahal, dengan mengikuti terapi yang tepat, penderita DM dapat menjalani kehidupan yang nomal. (RS Thamrin, 2008, Pusat perawatan diabetes, http://
Hasil penelitian Rosinta (2011) mengatakan keberhasilan penderita DM mengontrol gula darah, menjalankan terapi diet dan melakukan aktivitas/olahraga teratur akan membuat penderita terhindar dari berbagai komplikasi, seperti luka yang tidak sembuh-sembuh yang mengakibatkan sering terjadi amputsi (15-40 kali) dibandingkan orang biasa, kerusakan mata (kebutaan) pada orang dewasa, penyakit jantung koroner dan kerusakan pembuluh darah bertambah 2-4 kali lipat akibat DM. Hal ini menjelaskan bahwa pentingnya kepatuhan penderita DM menjalankan terapi DM sesuai ketentuan petugas kesehatan sehingga penderita terhindar dari komplikasi dan dapat melakukan aktivitas seperti biasa.
didapat tanggal 19 Februari 2014).
Dalam hal antisipasi untuk pencegahan DM ini yang sangat diperhatikan adalah dengan memberikan penyuluhan kesehatan bagi penderita DM. Promosi kesehatan melalui penyuluhan kesehatan pada penderita DM merupakan suatu hal yang amat penting dalam regulasi gula darah penderita DM dan mencegah atau setidaknya menghambat munculnya penyulit kronik maupun penyulit akut yang ditakuti penderita DM. Dalam hal ini diperlukan kerjasama yang baik antara
(28)
penderita DM dan keluarganya dengan para pengelola/penyuluh yang dapat terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi dan tenaga lainnya. Promosi kesehatan pada hakikatnya usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu, dengan harapan masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan, akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku (Notoatmodjo,2005).
Tujuan promosi kesehatan adalah memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat agar mau menumbuhkan perilaku hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber masyarakat. Kegiatan pokoknya adalah dengan pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) mencakup mengembangkan media promosi kesehatan, dan melaksanakan dukungan administratif dan operasional pelaksanaan program promosi kesehatan. Upaya tersebut dilakukan dengan menggunakan media cetak, elektronik maupun media ruang. Dalam hal ini metode dan media diposisikan untuk membuat suasana yang kondusif terhadap perubahan perilaku yang positif terhadap kesehatan. Melalui media cetak telah dikembangkan berbagai leaflet, brosur, poster, kalender, dan lain-lain. Setiap tahun unit promosi kesehatan memproduksinya sehingga menurut peneliti perlu dirancang media yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat sehingga pesan dapat lebih efektif untuk merubah pengetahuan, sikap dan tindakan penderita tentang penyakit diabetes mellitus. Metode promosi kesehatan yang akan digunakan adalah metode ceramah dan media leaflet dengan pertimbangan merupakan metode dan media penyuluhan yang fungsinya
(29)
untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat. Edukasi yang baik dan tepat akan menggugah kesadaran penderita untuk mengubah dan menjalankan diet yang dianjurkan, sehingga kadar gula darah terkendali dengan baik dan mencegah timbulnya komplikasi. Nicolucci ae al (1996) melaporkan bahwa penderitaa DM yang tidak mendapat edukasi memiliki risiko 4 kali lebih tinggi terkena komplikasi dibandingkan yang mendapat edukasi.
RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar merupakan rumah sakit milik pemerintah Kota Pematangsiantar kelas B Pendidikan dan saat ini sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti penilaian akreditasi KARS Baru. Salah satu tuntutan akreditasi tersebut adalah bahwa sebuah rumah sakit terakreditasi harus memiliki unit pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) sebagai salah satu pelayanan preventif dalam usaha pelayanan kesehatan dimana selama ini belum pernah dilakukan penyuluhan secara terstruktur kepada pasien yang berobat di klinik. Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti kepada pasien yang berobat jalan di RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar pada tanggal 24 januari 2014 pada 5 pasien penderita DM mengatakan bahwa kadar gula darah mereka naik turun karena susah menjaga pola makanannya apalagi kalau ada pesta, tidak melakukan kontrol KGD dengan teratur dan kurang olah raga, pengetahuan mereka pun kurang mendukung bagaimana hidup sehat bagi penderita DM dan data dari rekam medik mengatakan bahwa pola penyakit rawat jalan di RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar tahun 2012 DM menduduki urutan ke tiga dari urutan sepuluh
(30)
penyakit dalam terbanyak. Jumlah pasien DM di klinik tahun 2013 sebanyak 1266 penderita dengan rata-rata 120 penderita /bulan.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik ingin meneliti efektifitas penyuluhan dengan metode ceramah dan media leaflet terhadap perilaku penderita DM yang berobat ke klinik rawat jalan RSUD dr Djasamen Saragih Pematangsiantar tahun 2014.
1.2. Permasalahan
Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya efektifitas penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah dibandingkan dengan menggunakan leaflet terhadap perilaku penderita diabetes mellitus di klinik RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar tahun 2014.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas penyuluhan dengan metode ceramah dan media leaflet terhadap perilaku penderita diabetes mellitus di klinik RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar tahun 2014.
1.4. Hipotesis
1. Ada perbedaan rata-rata perilaku penderita diabetes mellitus sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan dengan metode ceramah.
(31)
2. Ada perbedaan rata-rata perilaku penderita diabetes mellitus sebelum dan sesudah intervensi media leaflet.
3. Ada perbedaan keefektivan penyuluhan dengan metode ceramah dan media leaflet terhadap perilaku penderita diabetes mellitus di klinik RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Untuk memberikan informasi mengenai gambaran perilaku penderita diabetes mellitus.
2. Sebagai masukan bagi rumah sakit dalam membuat program kebijakan kesehatan untuk penderita diabetes mellitus.
3. Masukan dan informasi bagi petugas kesehatan akan pentingnya penyuluhan melalui metode ceramah dan media leaflet serta dapat dibagikan kepada pengunjung/penderita untuk dapat merubah perilakunya.
4. Pengembangan khasanah ilmu pengetahuan melalui penelitian selanjutnya yang terkait dengan penyuluhan dengan atau tanpa media terhadap perilaku penderita DM.
(32)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyuluhan Kesehatan
2.1.1. Definisi Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan diungkapkan oleh beberapa ahli seperti di bawah ini : a. Nyswander mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah suatu proses perubahan
pada manusia yang bertalian dengan tercapainya tujuan-tujuan kesehatan perorangan dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan tidak dapat diberikan oleh seseorang pada orang lain, maupun serangkaian prosedur-prosedur yang harus dijalankan untuk mencapai statu hasil, akan tetapi suatu proses perkembangan yang selalu berubah secara dinamis dimana didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi baru, sikap baru dan perilaku baru yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat. Penekanannya pada perubahan perilaku, bagaimana cara mendorong serta mempengaruhi orang lain, sehingga terjadi perubahan perilaku tercapai tujuan kesehatan seseorang dan masyarakat.
b. Steuart mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah komponen dari program-program kesehatan dan kedokteran yang memuat usaha-usaha direncanakan untuk mengubah perilaku individu, kelompok maupun masyarakat luas (apa yang dirasakan, dipikirkan, dan dikerjakan) dengan tujuan menolong mereka untuk dapat mencapai tujuan pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Penekanannya bahwa penyuluhan kesehatan merupakan
(33)
komponen program-program kesehatan, terencana, mudah dilaksanakan, mudah mengukur hasilnya, dan perbaikan peningkatan program pendidikan yang akan datang.
c. L. Green mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah setiap kombinasi pengalaman belajar yang merangsang penyesuaian secara sukarela dari perilaku yang sesuai dengan kesehatan. Penekanannya berdasar sukarela dan kesadaran dalam penysuaian perilaku untuk memajukan kesehatan melalui berbagai kombinasi pengalaman belajar.
d. Wood mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang menguntungkan mempengaruhi pengetahuan, kebiasaan, dan sikap yang berhubungan dengan kesehatan individu, masyarakat, dan bangsa. Penekanannya adalah bahwa pengalaman-pengalaman yang menguntungkan di dalam kesehatan dipergunakan untuk mempengaruhi orang lain dalam rangka mencapai tujuan kesehatan.
e. UU No. 36 tahun 2009, penyuluhan kesehatan diselenggarakan guna meningkatkan pengetahuan, kesdaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang melekat pada setiap kegiatan upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan diselenggarakan untuk mengubah perilaku seseorang atau kelompok masyarakat agar hidup sehat melalui komunikasi, informasi, dan edukasi.
(34)
Dari berbagai pengertian diatas, bahwa tujuan penyuluhan kesehatan adalah adanya perubahan perilaku manusia untuk mencapai hidup sehat yang diperoleh melalui pengalaman dan proses belajar. Tujuan penyuluhan kesehatan tersebut adalah:
a. Menjadikan kesehatan sebagai harta atau milik masyarakat yang berharga.
b. Membantu orang (individu) menjadi mampu menjalankan kegiatan-kegiatan demi kepentingannya, secara individu, kelompok agar menyadari sepenuhnya makna kesehatan dan berperilaku sehat.
c. Meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan sebagaimana mestinya.
2.1.2. Metode Penyuluhan Kesehatan
Metode penyuluhan kesehatan dapat digolongkan berdasarkan teknik komunikasi, sasaran yang dicapai dan indera penerima dari sasaran promosi (Depkes, 2008:114)
a. Berdasarkan Teknik Komunikasi 1. Metode penyuluhan langsung.
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan sasaran. Metode ini dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Metode Didaktik
Pada metode didaktik yang aktif adalah orang yang melakukan penyuluhan kesehatan, sedangkan sasaran bersifat pasif dan tidak diberikan kesempatan untuk ikut serta mengemukakan pendapatnya atau
(35)
mengajukan pertanyaan– pertanyaan apapun. Dan proses penyuluhan yang terjadi bersifat satu arah (one way method). Contoh metode ini adalah metode ceramah.
b. Metode Sokratik
Metode sokratik adalah metode komunikasi dua arah antara yang memberikan penyuluhan terhadap sasaran, sehingga diharapkan tingkat pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami, diantaranya metode curah pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi, bermain peran, dan sebagainya, yang akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Diskusi
Diskusi kelompok adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topic pembicaraan di antara 15–20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk. 2. Curah pendapat
Curah pendapat adalah suatu bentuk pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masing–masing peserta, dan evaluasi atas pendapat– pendapat tadi dilakukan kemudian.
3. Demonstrasi
Demonstrasi adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide, dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan,
(36)
adegan dengan menggunakan alat peraga. Metoda ini digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.
4. Bermain Peran (role playing)
Bermain peran adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok. 5. Simposium
Simposium adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik yang berlainan tetapi saling berhubungan
6. Seminar
Seminar adalah suatu cara dimana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya.
7. Studi kasus
Studi kasus adalah sekumpulan situasi masalah yang sedetailnya, yang memungkinkan kelompok menganalisis masalah itu. Permasalahan tersebut merupakan bagian dari kehidupan yang mengandung diagnosis, pengobatan dan perawatan. Dapat disampaikan secara lisan maupun tertulis, drama, film, dapat juga berupa rekaman.
2. Metode penyuluhan tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia
(37)
menyampaikan pesannya dengan perantara (media). Umpamanya publikasi melalui pertunjukan film, media cetak (poster, majalah, buletin, surat kabar) dan media eletronik (televisi, radio)
3. Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai a. Pendekatan Perorangan
Dalam hal ini para penyuluh kesehatan berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan, antara lain : kunjungan rumah, hubungan telepon, dan lain-lain.
b. Pendekatan Kelompok
Dalam pendekatan ini penyuluh kesehatan berhubungan dengan sekolompok sasaran. Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam ketegori ini antara lain : Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok, Pertemuan FGD, dan lain-lain
c. Pendekatan Massal
Petugas penyuluh kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus kepada sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode yang masuk dalam golongan ini adalah : Pertemuan umum, pertunjukan kesenian, Penyebaran tulisan/poster/media cetak lainnya, Pemutaran film, dll
4. Berdasarkan indera penerima a. Metode Melihat/Memperhatikan.
Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan, seperti : Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo, Pemasangan Koran dinding, Pemutaran Film.
(38)
b. Metode Pendengaran
Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengar, umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dl
c. Metode Kombinasi. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat, didengar, dicium, diraba dan dicoba)
2.1.3. Media Penyuluhan Kesehatan
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi (Depkes, 2008:143). Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis dengan foto dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu : alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran dan Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh sasaran.
Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan: a. Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan contoh yang telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir atau salah pengertian tentang bentuk plengsengan dapat dihindari.
b. Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.
c. Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang mengesankan.
(39)
e. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan. Menurut Depkes (2004:62), alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar :
a. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.
Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal, mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya tidak selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu mengajar. Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain :
a) Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dan lain sebagainya.
b) Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing dalam botol pengawet, dan lain-lain.
c) Sampel yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti oralit, dan lain-lain.
b. Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal ini dikarenakan menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik, dan lain-lain.
c. Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dan lain-lain.
(40)
a) Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambargambar dengan sedikit kata-kata. Kata- kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain- lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau photo. Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan singkat. Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong untuk bertindak.
b) Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diabetes mellist dan pencegahan/penatalaksanaannya, dan lain- lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan dilakukan seperti pertemuan-pertemuan FGD, pertemuan-pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di photo copy.
(41)
c) Booklet, media cetak yang berbentuk buku kecil. Terutama digunakan untuk topik dimana terdapat minat yang cukup tinggi terhadap suatu kelompok sasaran. Ciri lain dari booklet adalah : Berisi informasi pokok tentang hal yang dipelajari, Ekonomis dalam arti waktu dalam memperoleh informasi, Memungkinkan seseorang mendapat informasi dengan caranya sendiri.
d. Gambar Optik, seperti photo, slide, film, dan lain-lain.
a) Photo sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk album dan dokumentasi lepasan
b) Slide pada umumnya digunakan untuk sasaran kelompok. Penggunaan slide cukup effektif, karena gambar atau setiap materi dapat dilihat berkali-kali, dibahas lebih mendalam. Slide sangat menarik terutama bagi kelompok anak sekolah, karena alat ini lebih “trendi” dibanding dengan gambar, leaflet.
c) Film meruapakan media yang bersifat menghibur, tapi dapat disisipi dengan pesan-pesan yang bersifat edukatif. Sasaran media ini adalah kelompok besar, dan kolosal.
2.1.4. Pengelolaan Penyuluhan 2.1.4.1. Perencanaan Penyuluhan
Perencanaan adalah serangkaian kegiatan di mana keputusan yang dituangkan dalam bentuk tindakan-tindakan. Perencanaan merupakan langkah awal dari suatu
(42)
kegiatan. Tahap perencanaan ini di tata secara sistematis tentang kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan.
Perencanaan berarti pula bagaimana cara dan strategi dalam mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan menggunakan segala sumber daya yang ada agar lebih efektif dan efisien dengan memperlihatkan sosial budaya, psikis dan biologis dari sasaran penyuluhan. Langkah-langkah dalam penyuluhan adalah mengenal masalah masyarakat dan wilayah, menentukan prioritas, menentukan tujuan penyuluhan, menentukan sasaran penyuluhan, menentukan isi/materi penyuluhan, menentukan metode penyuluhaan yang akan digunakan, melihat alat-alat peraga atau media yang dibutuhkan, menyusun rencana penilaian dan menyusun rencana kerja/rencana pelaksanaan.
2.1.4.2. Pelaksanaan Penyuluhan
Penyuluhan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan sasaran penyuluhan dalam rangka meningkatkan pengetahuan , sikap dan tindakan penderita diabetes mellitus yang akhirnya berpengaruh kepada KGD penderita . Kegiatan ini mengacu kepada perencanaan yang telah ditentukan (Sayoga, 2003).
Dalam pelaksanaan penyuluhan kadang-kadang persiapan yang dilakukan oleh penyuluh menjadi berantakan disebabkan karena hal-hal yang dianggap sepele yaitu waktu dan tempat penyuluhan yang tidak tepat. Biasanya kader dikumpulkan di ruangan tertutup. Kegiatan dilakukan pada umumnya mulai pagi hari hingga siang hari, oleh karena itu seorang penyuluh sebaiknya tahu kapan kader mempunyai waktu yang luang dan kapan mereka dapat berkumpul bersama. Maka jadwal kegiatan
(43)
sehari-hari kader perlu untuk diketahui sehingga pada saat diadakan penyuluhan tidak terkesan mengganggu atau merugikan kader (Lucie, 2005).
2.1.4.3. Evaluasi Penyuluhan
Penilaian (evaluasi) adalah proses menentukan nilai atau keberhasilan dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya yang digunakan untuk menilai sejauh mana keberhasilan dari suatu kegiatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam evaluasi adalah apakah dalam tujuan penyuluhan sudah jelas dijabarkan dan sesuai dengan tujuan program, apakah indikator/kriteria yang akan dipakai dalam penilaian, kegiatan penyuluhan yang mana yang akan di evaluasi, metode apa yang digunakan dalam evaluasi, instrumen apa yang digunakan dalam evaluasi, siapa yang melaksanakan evaluasi, sarana-sarana apa yang dipergunakan untuk evaluasi, apakah ada fasilitas dan kesempatan untuk mempersiapkan tenaga yang melaksanakan evaluasi dan bagaimana cara untuk memberikan umpan balik hasil evaluasi.
2.2. Perilaku
2.2.1. Pengertian Perilaku
Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa indakan: berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat
(44)
dirumuskan sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak tampak, seperti pengetahuan, persepsi, atau motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk – bentuk perilaku ke dalam tiga domain yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah knowledge, attitude, practice (Sarwono, 2004).
2.2.2 Proses Pembentukan Perilaku
Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Menurut Abraham Harold Maslow, manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yakni:
a. Kebutuhan fisiologis/biologis, yang merupakan kebutuhan pokok utama, yaitu H2, H2O, cairan elektrolit, makanan dan seks. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi ketidakseimbangan fisiologis.
b. Kebutuhan rasa aman, misalnya:
a) Rasa aman terhindar dari pencurian, peramppokan dan kejahatan lainnya. b) Rasa aman terhindar dari konflik, tawuran, kerusuhan, peperangan dan
lain- lain.
c) Rasa aman terhindar dari sakit penyakit. d) Rasa aman memperoleh perlindungan hukum. c. Kebutuhan mencintai dan dicintai, misalnya:
a) Mendambakan kasih sayang/cinta kasih orang lain baik dari orang tua, saudara, teman dan lain – lain.
(45)
c) Ingin diterima oleh kelompok tempat ia berada. d. Kebutuhan harga diri misalnya:
a) Ingin dihargai dan menghargai orang lain. b) Adanya respek atau perhatian dari orang lain.
c) Toleransi atau saling menghargai dalam hidup berdampingan. e. Kebutuhan aktualisasi diri, misalnya:
a) Ingin dipuja atau disanjung oleh orang lain.
b) Ingin sukses atau berhasil dalam mencapai cita cita.
c) Ingin menonjol dan lebih dari orang lain, baik dalam karier, usaha, kekayaan, dan lain-lain.
Komponen perilaku menurut Gerace & Vorp, 19985 yang dikutip Lukluk A, (2008) dapat dilihat dalam 2 aspek perkembangan penyakit, yaitu:
a. Perilaku mempengaruhi faktor resiko penyakit tertentu. Faktor resiko adalah ciri kelompok individu yang menunjuk mereka sebagai at-high-risk terhadap penyakit tertentu.
b. Perilaku itu sendiri dapat berupa faktor resiko, contoh: merokok dianggap sebagai faktor resiko utama bagi penyakit jantung koroner maupun kanker paru, karena kemungkinan mendapatkan penyakit ini lebih besar pada perokok daripada orang yang tidak merokok.
(46)
2.2.3 Bentuk Perilaku
Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar individu teersebut. Secara garis besar bentuk perilaku ada dua macam yaitu:
a. Perilaku Pasif (Respon Internal)
Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum ada tindakan yang nyata.
b. Perilaku Aktif (Respon Eksternal)
Perilaku yang sifatnya terbuka, perilaku aktif adalah perilaku yang dapat diamati secara langsung, berupa tindakan yang nyata.
2.2.4 Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah tanggapan seseorang terhadap rangsangan yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan. Respon atau reaksi organisme dapat berbentuk pasif (respon yang masih tertutup) dan aktif (respon terbuka, tindakan yang nyata atau practice/psychomotor).
Menurut Notoatmodjo (2003), rangsangan yang terkait dengan perilaku kesehatan terdiri dari empat unsur, yaitu sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan.
2.2.5 Perilaku Pencegahan Penyakit
Lewin (1951, dalam buku Azwar, 2007) merumuskan suatu model hubungan perilaku yang mengatakan bahwa perilaku adalah fungsi karakteristik individu dan
(47)
lingkungan. Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian dan sikap yang saling berinteraksi pula dengan faktor – faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan kadang kadang kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu. Hal inilah yang menjadikan prediksi perilaku lebih kompleks.
Menurut Green dalam buku Notoatmodjo (2003), menganalisis bahwa perilaku manusia dari tingkatan kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yakni faktor perilaku (behaviour causer) dan faktor dari luar perilaku (non behaviour causer). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu :
1. Faktor–faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2. Faktor–faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan misalnya Puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.
3. Faktor–faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Di simpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan
(48)
perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Menurut Leavel dan Clark yang disebut pencegahan adalah segala kegiatan yang dilakukan baik langsung maupun tidak langsung untuk mencegah suatu masalah kesehatan atau penyakit. Pencegahan berhubungan dengan masalah kesehatan atau penyakit yang spesifik dan meliputi perilaku menghindar (Notoatmodjo, 2007).
2.2.6. Domain Perilaku 2.2.6.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Ada empat macam pengetahuan (Widodo, 2006), yaitu:
1. Pengetahuan Faktual (Factual Knowledge)
Pengetahuan yang berupa potongan - potongan informasi yang terpisah-pisah atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan faktual pada umumnya merupakan abstraksi tingkat rendah. Ada dua macam pengetahuan faktual yaitu pengetahuan tentang terminologi (knowledge of terminology) mencakup pengetahuan tentang label atau simbol tertentu baik yang bersifat verbal maupun non verbal dan pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur (knowledge of specific details and element) mencakup pengetahuan tentang kejadian, orang, waktu dan informasi lain yang sifatnya sangat spesifik.
(49)
2. Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi bersama - sama. Pengetahuan konseptual mencakup skema, model pemikiran, dan teori baik yang implisit maupun eksplisit. Ada tiga macam pengetahuan konseptual, yaitu pengetahaun tentang klasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi, dan pengetahuan tentang teori, model, dan struktur.
3. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat rutin maupun yang baru. Seringkali pengetahuan prosedural berisi langkah-langkah atau tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan suatu hal tertentu.
4. Pengetahuan Metakognitif
Mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri. Penelitian-penelitian tentang metakognitif menunjukkan bahwa seiring dengan perkembangannya siswa menjadi semakin sadar akan pikirannya dan semakin banyak tahu tentang kognisi, dan apabila siswa bisa mencapai hal ini maka mereka akan lebih baik lagi dalam belajar.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).
(50)
2.2.6.2. Sikap (Attitude)
Menurut Notoatmodjo (2005), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap juga merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan juga merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Menurut Gerungan (2002), sikap merupakan pendapat maupun pendangan seseorang tentang suatu objek yang mendahului tindakannya. Sikap tidak mungkin terbentuk sebelum mendapat informasi, melihat atau mengalami sendiri suatu objek.
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: 1. Menerima (Receiving). Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespon (Responding). Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan atau menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (Valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (Responsibility). Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Menurut Ahmadi (2003), sikap dibedakan menjadi :
a. Sikap negatif yaitu : sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma yang berlaku dimana individu itu berada
b. Sikap positif yaitu : sikap yang menunjukkan menerima terhadap norma yang berlaku dimana individu itu berada.
(51)
Sedangkan fungsi sikap dibagi menjadi 4 golongan yaitu: 1. Sebagai alat untuk menyesuaikan
Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompok atau dengan kelompok lainnya. 2. Sebagai alat pengatur tingkah laku
Pertimbangan dan reaksi pada anak, dewasa dan yang sudah lanjut usia tidak ada. Perangsang pada umumnya tidak diberi perangsang spontan, akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsangan-perangsangan itu.
3. Sebagai alat pengatur pengalaman.
Manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman secara aktif. Artinya semua berasal dari dunia luar tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman diberi penilaian lalu dipilih.
4. Sebagai pernyataan kepribadian.
Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang ini disebabkan karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap merupakan pernyataan pribadi (Notoatmodjo, 2005).
2.2.6.3. Praktik atau Tindakan
Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap suatu perbuatan nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimilus dalam bentuk nyata atau terbuka (Notoatmodjo, 2003).
(52)
Suatu rangsangan akan direspon oleh seseorang sesuai dengan arti rangsangan itu bagi orang yang bersangkutan. Respon atau reaksi ini disebut perilaku, bentuk perilaku dapat bersifat sederhana dan kompleks. Dalam peraturan teoritis, tingkah laku dapat dibedakan atas sikap, di dalam sikap diartikan sebagai suatu kecenderungan potensi untuk mengadakan reaksi (tingkah laku). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu tindakan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi fasilitas yang memungkinkan (Ahmadi, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2005), tindakan adalah gerakan atau perbuatan dari tubuh setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh suatu lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Secara biologis, sikap dapat dicerminkan dalam suatu bentuk tindakan, namun tidak pula dapat dikatakan bahwa sikap tindakan memiliki hubungan yang sistematis. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh karena itu disebut juga over behavior.
2.3. Diabetes Melitus 2.3.1. Pengertian
Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat,
(53)
jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular mikroangiopati (Sylvia & Lorrain, 2006).
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat kadar glukosa darah yang tinggi yang disebabkan jumlah hormone insulin kurang atau jumlah insulin cukup bahkan kadang-kadang lebih, tetapi kurang efektif (Sarwono, 2006).
WHO menyatakan Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol dan menurut American Diabetes Association (ADA) Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Diabetes Mellitus adalah suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan kadar gula dalam darah yang mengakibatkan gangguan metabolisme dan berkembang menjadi gangguan multisistem karena keterbatasan insulin di dalam tubuh seseorang.
2.3.2. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
Menurut Bustan (2007) gejala dan tanda diabetes mellitus adalah gejala khas poliuria (sering kencing), polifagia (cepat lapar), polidipsia (sering haus), lemas dan berat badan menurun sedangkan gejala lain adalah gatal-gatal, mata kabur, gatal di
(54)
kemaluan wanita, impotensia dan kesemutan. Gambaran laboratorium gula darah sewaktu > 200 mg/dl atau gula darah puasa > 126 mg/dl (puasa = tidak ada masukan makanan/kalori sejak 10 jam terakhir) atau glukosa plasma 2 jam> 200 mg/dl.
Menurut kriteria International Diabetes Federation (IDF) dan American Diabetes Association (ADA) apabila glukosa darah pada sane puasa di atas 126 mg/dl dan 2 jam sesudab makan di atas 200 mg/dl, diagnosis diabetes bisa dipastikan. ADA rnerekornendasikan apabila glukosa darah di atas 140 mg/dl penderita Maras cepat diobati agar jangan sampai terjadi kerusakan organ tubuh dan timbul komplikasi. Apabila kadar glukosa darah puasa 111-125 mg/dl disebut glukosa puasa tergangguatau Impaired Fasting Glucose (IFG) disebut juga borderline diabetes atau prediabetes perlu dilakukan kontrol glukosa darah.
Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus Kadar Glukosa Darah
Mg/dl mmol/dl
Diabetes Mellitus
Puasa > 126 > 7.0
2 jam sesudah makan > 200 > 11
Impaired Glucose Tolerance (IGT)
Puasa <,126 < 7.0
2 jam sesudah makan ≥ 140&<200 > 7.8&<11.1 Impaired Fasting Glucose (IFG)
Puasa >110&<126 > 6.1 &< 7.0
2 jam sesudah makan < 140 < 7.8
(Kriteria Diagnosis Diabetes WHO, 1999) 2.3.3. Faktor Risiko Diabetes Mellitus
Menurut Henri dick.dalann Arisman (2010) faktor risiko bagi penderita pra- DM dan DM tipe 2 yaitu : (1) risiko bertambah sejalan dengan usia. Insidens DM tipe
(55)
2 bertambah sejalan dengan pertambahan usia (jumlah sel 13 yang produktif berkurang seiring pertambahan usia). Upayakan memeriksa gula darah puasa jika usia telah di atas 45 tahun, atau segerajika ada faktor risiko lain, (2) BB berlebih: BMI >25. Kelebihan BB 20% meningkatkan risiko dua kali. Prevalensi obesitas dan diabetes berkorelasi positif, terutama obesitas sentral, (3) orang tua atau saudara kandung mengidap DM. Sekitar 40% diabetes terbukti dari keluarga yang juga mengidap DM, dan Iebih kurang 60-90% , kernbar fdentik merupakan pe >'andang DM (riwavat keluarga).(4) tekanan darah lebih dari 140/90 mm Hg (atau riwayat hipertensi), (5) kolestrol darah <40 mg/dL (laki-laki) dan < 50 mg/dL (wanita), (6) trigliserida >250 mg/dL, (7) riwayat DM kehamilan atau pernah melahirkan anak dengan BB > 4kg. Kehamilan, trauma fisik, dan stress psikologis menurunkan sekresi serta kepekaan insulin (DM kehamilan ,gestasional), (8) riwayat toleransi glukosa terganggu dan glukosa darah puasa terganggu (riwayat ketidaknormalan gula darah), (9) olahraga kurang dari 3 kali seminggu (atau bahkan sedentary). Olahraga bagi diabetes merupakan potent protective. Riwayat penyakit pembuluh darah dan sindrom ovarium polisklik factor yang meningkatkan kepekaan jaringan terhadap insulin hingga 6% (gaya hidup), dan (10) riwayat penyakit -pembuluh darah dan sindrom ovarium polisklik.
Selanjutnya menurut Tjokroprawiro (2007) orang yang mempunyai risiko menderita penyakit DM menurut urutan dan perlu dilakukan skrining yaitu : (1) kedua orang tua mengidap penyakit DM, (2) salah satu orang tuanya atau saudaranya
(56)
mengidap penyakit DM, (3) salah satu keluarga besarnya (nenek, paman, bibi, keponakan, sepupu) mengidap penyakit DM, (4) pernah melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 kg, (5) pada waktu pemeriksaan kesehatan pernah diternukan kadar glukosa darah melebihi antara 140-199 rng/dl (6) menderita penyakit liver (hati) yang khronik atau agak berat, (7) terlalu lama minum obat-obatan. mendapat suntikan atau obat tablet golongan kortikosteroid karena menderita penyakit asma, penyakit kulit,. penyakit reumatik dan lain-lain,. seperti : Prednison, Oradexon. kenacort. Rheumacyl, Kortison, Hidrokortison, (8) terkena infeksi virus tertentu : virusmorbilli, virus yang menyerang kelenjar ludah, seperti virus pada penyakit gondongan, dan sebagainya, (9) terkena obat-obat anti serangga (insektisida), kasus ini dilaporkan mengenai para petani di Korea Selatan dan Amerika Serikat, (10) berat badan termasuk kategori gemuk (obesitas), dan tes gula dalam urine positif.
2.3.4 Epidemiologi
Waspadji dalam Soegondo (2009) menyatakan besarnya permasalahan diabetes mellitus dapat diukur dengan angka kekerapan DM dan penyulit yang disebabkannya. Dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia didapatkan angka pada tahun 1980 bervariasi antara 1,3 % penelitian lain 2,3% dan 6,1%.Data di Jakarta menunjukkan adanya kenaikan kekerapan DM jika dibandingkan angka tahun 1982 (1,7%), angka tahun 1993 (5,6%) dan angka tahun 2001 (12,8%). Pada penelitian epidemiologi tahun 2006 yang dilakukan di kelima wilayah DKI Jakarta, didapatkan prevalensi DM sebesar 11,8% pada penduduk usia >
(57)
30 tahun. Prevalensi di atas menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan yang memerlukan perhatian dari semua unsuk untuk melakukan pencegahan.
International Diabetic Federation (IDF) tahun 2007 mengestimasi bahwa jumlah penduduk Indonesia usia 20 tahun ke atas menderita DM sebanyak 5,6 juta orang pada tahun 2001 meningkat menjadi 8,2 juta pada tahun 2020. Pada tahun 2009 IDF memperkirakan jumlah DM sebesar 21,3 juta orang pada tahun 2030.
Riset Kesehatan Daerah (2007) menunjukkan proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke -2 yaitu 14,7% dan daerah pedesaan menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%.
DM adalah 1,1% berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala. NTB terjadi penurunan DM dari tahun ke tahun yaitu : tahun 2007 sebanyak 12,259 kasus, tahun 2008 ditemukan kasus sebanyak 8,779 kasus, pada tahun 2009 sebanyak 7,763 kasus. 2.3.5. Pencegahan Diabetes Mellitus (DM)
Berdasarkan prevalensi dan faktor risiko penderita DM tipe 2 yang semakin meningkat serta besarnya biaya perawatan yang diakibatkan komplikasi, maka upaya pelayanan kesehatan yang paling baik adalah pencegahan.Pencegahan yang dilakukan disesuaikan dengan kondisi sasaran.
Berdasarkan pendapat Suyitno (2011), dapat disimpulkan bahwa primordialprevention, yaitu usaha mencegah terjadinya risiko atau mempertahankan keadaan risiko rendah dalam masyarakat terhadap penyakit secara umum.tujuan dari pencegahan primordial adalah untuk menghindari terbentuknya pola hidup social ekonomi dan kultural yang diketahui mempunyai kontribusi untuk meningkatkan
(58)
risiko penyakit dalam hal ini penyakit DM. Tujuan pencegahan primordial adalah menghindari terbentuknya pola hidup sosial ekonomi dan kultural yang diketahui mempunyai kontribusi untuk rneningkatkan risiko penyakit dalam hat ini penyakit DM. Pencegahan primordial yang efektif memerlukan adanya peraturan yang ketatdari pemerintah, contohnya membuat kebijaksanaan dalam promosi aktivitas fisik%olahraga setiap hari minimal 30 menit di sekolah date di tenmpat kerja dan pemhit3 an Pend Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Keluarga SadarGizi (Kadarzi) oleh Puskesmas.
Menurut Soegondo (2009) tindakan pencegahan primer dilakukan secara menyeluruh pada masyarakat tetapi diutamakan dan ditekankan untuk dilaksanakan dengan baik pada mereka yang berisiko tinggi untuk menderita DM. Tindakan yang dilakukan untuk usaha pencegahan primer melalui penyuluhan mengenai perlunya pengaturan gaya hidup sehat sedini mungkin dengan memberikan pedoman sebagai berikut : (1) melakukan kegiatan jasmani yang cukup sesuai dengan umur dan kemampuan, (2) menghindari obat yang bersifat diabetogenik, (3) mempertahankan pola makan sehari-hari yang sehat dan seimbang yaitu : meningkatkan konsumsi fah sayuran dan buah, membatasi makanan tinggi lemak dan karbohidrat sederhana dan mempertahankan berat badan normal/idaman sesuai umur dan tinggi badan.
Pencegahan sekunder dimulai dengan usaha mendeteksi dini penderita DM dengan melakukan pemeriksaan gula darah setiap kesempatan terutama bagi masyarakat yang merniliki risiko. Dengan pemeriksaan glukosa darah pada setiap kesempatan mereka yang dicurigai DM akan ditindaklanjuti, sampai diyakinkan
(59)
benar mereka mengidap DM. Bagi mereka dapat ditegakkan diagnosa dini DM kemudian dapat dikelola dengan baik guna mencegah penyulit lebih lanjut.
Sasaran gula darah terkendali untuk itu ditekankan kembali oleh para pengelola kesehatan pada setiap kesempatan pertemuan dengan penderita DM untuk melakukan hal-hal berikut ini : (1) perencanaan makan yang baik dan seimbang untuk mendapatkan berat badan idaman sesuai dengan umur dan jenis kelamin, (2) obat- obatan baik obat yang diminum maupun obat suntik insulin, (3) penyuluhan untuk menjelaskan pada pasien mengenai DM dan penyulitnya agar didapatkan pengertian yang baik dan berusaha mengendalikan kadar glukosa darahnya.
Pencegahan tersier dilakukan untuk mencegah lebih lanjut terjadinya kecacatan kalau komplikasi sudah terjadi. Untuk mencegah terjadinya kecacatan harus dimulai dengan deteksi dini komplikasi DM agar penyulit dapat dikelola dengan baik disamping pengendalian kadar glukosa darah. Deteksi dini penyulit dilakukan dengan pemeriksaan-pemeriksaan terhadap penyulit yang dicurigai.
Anderson dalam Niven (2002) dalam penelitiannya tentang komunikasi dokter dan pasien di Hongkong, mendapatkan bahwa pasien yang rata-rata diberi 18 jenis informasi untuk diingat dalam setiap konsultasi, hanya mampu mengingat 31 % saja.Dari penjabaran dan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang efektif sangat diperlukan.Tenaga kesehatan harus memberikan informasi yang lengkap guna meningkatkan pemahaman penderita sehingga diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi.
(60)
Kualitas interaksi juga merupakan hal yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan.Korsch dan Negrete dalam Niven (2002) telah mengamati 800 kunjungan orangtua dan anak-anaknya ke rumah sakit anak di Los Angeles.Selama 14 hari mereka mewawancarai untuk memastikan ibu-ibu tersebut melaksanakan nasehat-nasehat yang diberikan oleh dokter, mereka menemukan ada hubungan yang erat antara kepuasan ibu terhadap konsultasi dengan seberapa jauh mereka mematuhi nasehat dokter, tidak ada kaitan antara lamanya konsultasi dengan kepuasan ibu. Jadi konsultasi- yang pendek tidak akan tidak produktif. Jika diberikan perhatian untuk meningkatkan kualitas interaksi.Beberapa keluhan yang spesifik adalah kurangnya minat yang diperlihatkan oleh dokter, penggunaan istilah medic yang berlebihan, kurangnya empati dan hampir setengah dari ibu-ibu tersebut tidak memperoleh kejelasan tentang penyebab penyakit anaknya, yang sering kali menimbulkan kecemasan.Dari penelitian ini, dapat dilihat bahwa kesalahan seperti ini dengan nudah diatasi dengan ketrampilan komunikasi terapeutik yang dibina antara pasien dan pasien dengan tenaga kesehatan.
Menurut Ley dan Spelman dalam Niven (2002) menemukan bahwa lebih dari 60% responden yang di wawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang instruksi yang diberikan kepada mereka. Kadang kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan/kesalahan profesional dalam memberikan informasi lengkap, penggunaan istilah-istilah medis dan memberikan banyak instruksi yang harus diingat oleh penderita. Pemahaman tentang instruksi petugas kesehatan sangat perlu, jika
(1)
S13
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak Setuju 7 21.2 21.2 21.2
Setuju 26 78.8 78.8 100.0
Total 33 100.0 100.0
S14
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Setuju 9 27.3 27.3 27.3
Tidak Setuju 24 72.7 72.7 100.0
Total 33 100.0 100.0
T1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 10 30.3 30.3 30.3
Benar 23 69.7 69.7 100.0
Total 33 100.0 100.0
T2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 4 12.1 12.1 12.1
Benar 29 87.9 87.9 100.0
(2)
T3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 7 21.2 21.2 21.2
Benar 26 78.8 78.8 100.0
Total 33 100.0 100.0
T4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 21 63.6 63.6 63.6
Benar 12 36.4 36.4 100.0
Total 33 100.0 100.0
T5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 23 69.7 69.7 69.7
Benar 10 30.3 30.3 100.0
Total 33 100.0 100.0
T6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 28 84.8 84.8 84.8
Benar 5 15.2 15.2 100.0
(3)
T7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 20 60.6 60.6 60.6
Benar 13 39.4 39.4 100.0
Total 33 100.0 100.0
T8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 25 75.8 75.8 75.8
Benar 8 24.2 24.2 100.0
Total 33 100.0 100.0
T9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 9 27.3 27.3 27.3
Benar 24 72.7 72.7 100.0
Total 33 100.0 100.0
T10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Salah 12 36.4 36.4 36.4
Benar 21 63.6 63.6 100.0
(4)
Lampiran 5 : Master Data
Post Ceramah
Responden
Pengetahuan
Sikap
Tindakan
1
16
9
7
2
17
11
8
3
18
13
7
4
14
12
8
5
18
12
8
6
17
12
9
7
18
13
8
8
18
13
9
9
12
10
6
10
17
11
7
11
14
12
8
12
12
12
6
13
14
11
7
14
17
13
8
15
16
13
7
16
12
11
9
17
17
12
10
18
18
13
8
19
15
11
6
20
19
14
9
21
10
11
8
22
8
12
7
23
18
13
8
24
18
12
7
25
14
10
7
26
14
9
7
27
17
13
8
28
18
11
9
29
8
10
7
30
19
14
9
31
13
13
7
32
13
11
8
33
16
12
9
(5)
Free Ceramah
Responden
Pengetahuan
Sikap
Tindakan
1
8
6
3
2
10
8
6
3
13
8
5
4
8
8
4
5
11
11
6
6
13
8
6
7
13
9
5
8
14
10
8
9
6
4
3
10
14
9
5
11
8
10
6
12
7
9
3
13
7
10
4
14
8
7
5
15
10
9
4
16
7
9
5
17
11
8
8
18
10
10
6
19
13
9
5
20
8
11
7
21
6
9
5
22
4
10
6
23
9
12
6
24
7
11
5
25
11
4
3
26
9
4
6
27
6
10
5
28
13
9
5
29
3
6
4
30
11
10
6
31
8
11
4
32
9
9
5
(6)