sudah jadi bisa ditest apakah setelah membeli nomor PIN, nomor tersebut dapat digunakan atau tidak. Mr. D juga menjual putus kartu
kredit yaitu untuk 1 kartu kredit Rp 1,5 juta, keahlian Mr. D adalah bisa melihat untuk kartu Debit Gold bisa mengetahui dari nomor 6 digit
apakah kartu-kartu itu untuk: asal negara kartu kredit, bank nya bank mana, debit atau kredit, corporate credit card, silver, dan kartu kredit
khusus untuk hotel. Mr. D pernah menggunakan kartu kredit milik orang Eropa dengan
limit Rp.200 juta dan bank baru mengetahuinya setelah 6 bulan oleh Bank, Mr. X mencetak kartu kredit sebanyak 500 buah dalam satu
bulan yang diterimanya dari berbagai pelanggannya termasuk Mr. D, dann Mr. X mempunyai anak buah sekitar 50-60 orang dalam satu
jaringan kartu kredit.
60
Anatomi kejahatan modus ATO Account Take Over atau modus penggunaan rekening, diartikan sebagai tindakan mengubah relasi suatu rekening
aktif. Seorang pengguna tidak sah telah terlibat dalam rekening tersebut atau pengguna tidak sah telah terlibat dalam rekening tersebut atau pengguna tidak sah
mengendalikan rekening tersebut. Modus ATO Account Take Over ini dapat menggunakan dan mengendalikan rekening seseorang secara tidak sah, ataupun
dapat juga tidak mengendalikan rekening seorang nasabah, tetapi take over mengambil-alih dari rekening bank, jadi yang diambil adalah dana yang ada di
2. Anatomi Kejahatan Modus ATO Account Take Over
60
Ibid, hal. 156
bank, tetapi menggunakan nama nasabah sehingga pada prakteknya dana bank yang terambil dan dirugikan, dan bank akan menuduh bahwa nasabah telah
melaksanakan transaksi kredit, tetapi pada kenyataannya bukan nasabah, sehingga pada satu kasus di kota Jakarta seorang nasabah telah dibawa ke Polisi oleh bank
dengan tuduhan Account Take Over, tetapi pada kenyataannya bukan nasabah yang melakukan pengambilan dana pada rekening bank tetapi orang lain, sehingga
nasabah yang mempunyai deposito Rp 10 milyar itu, keluar sebagai nasabah bank tersebut.
Contoh fakta tahun 2005 Modus ATO :
61
Mr. A bekerja pada bagian Call Centre Bank X khusus untuk kartu kredit atau credit card. Jabatannya pada saat itu adalah Mr. A sebagai seorangg
supervisor. Sebagai seorang supervisor Mr. A membawahi 10 orang team leader dan 150 orang agent. Tugas Mr. A adalah melakukan penilaian
kinerja team leader, appraisal, dan lain-lain. Mr. A mengerjakan pre- emboss dengan memberikan kartu cuma-cuma atau gratis kepada nasabah
yang mempunyai deposito Rp 500 juta keatas tanpa membuat aplikasi. Kartu kredit yang diberikan secara gratis itu mempunyai limit batas
maksimum 25 juta bagi pemilik deposito Rp 500 juta, limit maksimum 50 juta bagi pemilik deposito Rp 1 milyar, dan limit 75 juta bagi pemilik
deposito di atas 1 milyar. Setelah kartu kredit jadi, kemudian dikirimkan ke alamat pemilik deposito dan dapat dilihat pada sistem komputer apakah
berhasil atau tidak sampai ketangan pemilik deposito tersebut. Sistem
61
Ibid, hal. 157
pengirimannya melalui kurir. Apabila berhasil sampai ketangan pemilik, bukan masalah. Masalah akan timbul apabila kurir tidak dapat menemui
deposan karena sedang tidak berada ditempat. Selanjutnya kartu kredit akan dikembalikan lagi. Kemudian Mr. A akan meneliti nama pemegang
kartu kredit yang kartunya kembali. Lalu Mr. A dapat mengubah alamat, tanggal lahir, nama ibu kandung, atau nomor telepon deposan tersebut
pada sitem yang ditelitinya, tetapi nama nasabah tidak berubah. Catatan
yang baru akan dibuat pada sistem. Kartu kredit tersebut dinyatakan hilang dan Mr. A langsung menelpon ke bagian percetakan kartu kredit atau
embossing untuk dibuatkan kartu yang baru dengan nama nasabah tetap, tetapi alamat, tanggal lahir, nama orangtua telah diubah. Setelah kartu baru
jadi, Mr. A meminta agar kartu tersebut diserahkan kepadanya karena nasabah atau deposan ingin segera mengambil kartu tersebut. Padahal
sebenarnya kartu tidak diambil oleh deposan atau nasabah tetapi diambil oleh Mr. A. Kegiatan Mr. A ini telah terlaksana selama dua tahun dan Mr.
A mempunyai 18 buah kartu kredit yang semuanya mempunyai limit 75 juta. Penarikan tunai biasanya dilakukan di Mall A daerah Kuningan, Mall
S di Plaza Senayan, juga Mall M di jalan Gatot Subroto. Penarikan tunai maksimum 60 per hari dari nilai limit yang ada. Ternyata para nasabah
atau deposan yang namanya dipakai untuk kegiatan Mr. A tidak ada yang dirugikan, karena dana yang ditarik oleh Mr. A melalui kartu kredit bukan
diambil dari dana nasabah atau deposan tetapi dari dana Bank X. Dalam hal inik Bank X tidak dapat melakukan penagihan pada nasabah atau
deposan yang namanya dipakai karena alamat, nomor telepon, dan data lainnya sudah diubah semuanya oleh Mr. A. Jadi, setiap penagihan melalui
surat selalu dikembalikan lagi. Suatu saat Bank X melakukan pengecekan pada seorang nasabah, sebut saja Miss. Y yang namanya tertera
menggunakan transaksi kartu kredit dengan nilai yang tinggi. Selanjutnya Miss. Y didatangi oleh tim dari Bank X dan ditemukan ada dua nama sama
dengan alamat yang berbeda. Dengan bukti itu, Miss. Y diajukan ke polisi dengan tuduhan melakukan pemalsuan dan penipuan, tetapi Miss. Y
berkeras bahwa ia tidak mempunyai kartu kredit dari Bank X dan tidak pernah berbelanja dengan kartu kredit Bank X. Akhirnya polisi
melepaskan Miss. Y dan menyatakan bahwa Bank X salah tangkap. Penyelidikan berlanjut dan pada saat ditelusuri ternyata alamat Miss. Y
palsu. Ketika alamat yang sebenarnya ditelusuri dan diselidiki, ternyata di dalam rumah itu ditemukan tas dengan logo Bank X. Setelah ditanyakan
secara mendetail ternyata pemilik rumah itu adalah saudara Mr. A yang mempunyai rumah dan alamat itu. Akhirnya diketahui bahwa modus ATO
Account Take Over digunakan oleh staf Bank X, yaitu Mr. A. Mr. A mempunyai 18 buah kartu kredit yang dapat digunakan dengan
modus ATO Account Take Over. Modus ini telah digunakan oleh Mr. A selama dua tahun dan tidak diketahui karena Mr. A memakai sistem bila
menarik kartu kredit yang satu dan akan ada pembayaran kartu kredit yang lainnya. Demikian seterusnya, sehingga dapat bertahan lama karena kartu
kredit selalu dibayar oleh Mr. A, dan tidak ada satupun nasabah deposan
yang complain karena dananya tetap tidak dirugikan atau tidak berkurang, yang dirugikan adalah dana dari Bank X karena Account Take Over dari
dana bank. Sebenarnya modus ATO Account Take Over dapat digunakan bukan saja pada pemilik kartu kredit tetapi pada siapa saja yang diketahui
nomor rekeningnya pada suatu bank. Apabila kasus dengan modus ATO Account Take Over tersebut digunakan oleh seorang staf dalam bank,
pada sisi lain modus ATO Account Take Over dapat digunakan oleh orang dari luar bank, tetapi pelaku kejahatan itu berasal dari luar bank dan
harus lebih dahulu mengetahui identitas nasabah pemilik kartu asli. Seperti tangal lahir, alamat penagihan, alamat kantor, alamat rumah, nomor
telepon, HP, nama kecil atau panggilan ibu kandung, nama lengkap ibu kandung, istri, dan sebagainya. Setelah semuanya diketahui secara lengkap
tentang pemilik kartu asli, maka pelaku kejahatan melakukan dua tahap pekerjaan, yaitu:
1. Mengganti alamat penagihan, pelaku akan menelepon bank dan minta alamat penagihan diganti karena pindah alamat. Kemudian petugas
bank akan mengecek dan menanyakan identitas lengkap, setelah dapat meyakinkan petugas bank, maka alamat penagihan diganti.
2. Laporan kehilangan, pelaku kejahatan melaporkan bahwa kartu kredit hilang dan minta untuk diganti dengan yang baru. Setelah itu kartu
dapat dikirimkan ke alamat baru deposan.
Apabila kartu baru telah diterima maka dengan leluasa pelaku kejahatan menggunakan kartu kredit orang lain. Dalam hal ini yang dirugikan adalah
pemilik kartu kredit asli.
3. Anatomi Kejahatan Modus MTO Merchant Take Over