Aspek Kebijakan Kriminalisasi Aspek Pertanggungjawaban Pidana

Dalam kaitan ini, Barda Nawawi Arief menyatakan kebijakan untuk membuat peraturan perundang-undangan pidana yang baik tidak dapat dipisahkan dari tujuan penanggulangan kejahatan. 79 Sedangkan, pengertian penanggulangan kejahatan menurut Mardjono Reksodiputro adalah usaha untuk mengendalikan kejahatan agar berada dalam batas-batas toleransi masyarakat. 80 a. Carder, diartikan sebagai pengguna kartu kredit tanpa hak. Untuk menjerat carder digunakan ketentuan Pasal 378 dan Pasal 379a KUHPidana.

1. Aspek Kebijakan Kriminalisasi

Kriminalisasi, menurut Sudarto merupakan proses penetapan suatu perbuatan seseorang sebagai perbuatan yang dapat dipidana. Tindakan itu diancam dengan terbentuknya undang-undang dengan suatu sanksi berupa pidana. Indonesia saat ini masih membahas Rancangan Undang-Undang RUU Informasi dan Transaksi Elektronik, termasuk didalamnya ada diatur tentang kejahatan yang berkaitan dengan kartu kredit. Oleh sebab itu kejahatan yang berkaitan dengan kartu kredit masih diatur dalam KUHP . Badan Pembinaan Hukum Nasional mencoba mengidentifikasikan bentuk-bentuk kejahatan yang berkaitan dengan aktifitas di cyberspace termasuk di dalamnya kejahatan kartu kredit dengan perundang-undangan pidana yang ada. Hasil identifikasi itu diantaranya berupa pengkategorian perbuatan kejahatan kartu kredit kedalam delik-delik Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP sebagai berikut: 81 79 Barda Nawawi Arief,1996, op. cit., hal. 29-30 80 Ibid. 81 R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Penerbit Politeia, Bogor, hal. 260-262. Pasal 378 KUHPidana berbunyi: “Barangsiapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak, baik dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, baik dengan akal atau tipu muslihat, maupun dengan karangan perkataan-perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan sesuatu barang, membuat utang atau menghapuskan piutang, dihukum karena penipuan, dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun K.U.H.P. 35, 43, 379 s, 486.” Pasal 379a KUHPidana berbunyi: “ Barangsiapa membuat pencahariannya atau kebiasaannya membeli barang-barang dengan maksud supaya ia sendiri atau orang lain mendapatkan barang-barang itu dengan tidak melunaskan sama sekali pembayarannya, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun K.U.H.P. 394 s.”

2. Aspek Pertanggungjawaban Pidana

Pengaturan sanksi pidana pada kejahatan kartu kredit terdapat dalam KUHP, pasal-pasal yang dapat dikenakan pada pelaku kejahatan tersebut antara lain adalah Pasal 263 KUHP tentang pemalsuan, Pasal 322 KUHP tentang pembocoran rahasia, Pasal 362 KUHP tentang pencurian, Pasal 372 KUHP tentang penggelapan, Pasal 378 KUHP tentang penipuan dan Pasal 480 KUHP tentang penadahan. Selain itu juga perlu diperhatikan rumusan pasal-pasal dalam UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 10 Tahun 1998 apabila dalam modus operandi pelaku kejahatan adalah pegawai bank, sedangkan rumusan pasal-pasal dalam UU Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana diubah dengan UU Nomor 25 Tahun 2003 digunakan untuk memberantas kejahatan kartu kredit apabila pelaku mengirim atau menitipkan uang hasil kejahatan pada kartu kredit orang lain dengan tujuan untuk menghilangkan bukti kejahatan. Untuk menekan angka kejahatan kartu kredit di Indonesia perlu sarana penal yaitu melalui upaya yang represif. Upaya represif untuk menghukum pelaku kejahatan antara lain dengan memaksimalkan undang-undang yang ada antara lain KUHP, UU Perbankan dan UU Tindak Pidana Pencucian Uang untuk dapat diterapkan pada setiap kasus kejahatan kartu kredit. Dalam penyelesaian perkara kejahatan kartu kredit, seharusnya pihak perbankan memudahkan penyidik untuk memperoleh informasi mengenai penggunaan kartu kredit yang bermasalah tanpa harus membuat permohonan yang disetujui oleh Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia, sedangkan dalam persidangan hakim seharusnya mendatangkan ahli untuk diminta keterangannya, hal ini dimungkinkan apabila barang bukti yang ditemukan berupa alat bukti lain yang tidak diatur dalam KUHAP misalnya data elektronik, sms banking dan digital signature tanda tangan elektronik. 82 Tanda tangan digital adalah: suatu tanda tangan yang dibuat secara electronic yang berfungsi sama dengan tanda tangan biasa pada dokumen kertas biasa. 83 Untuk mengurangi angka kejahatan kartu kredit di Indonesia perlu penanggulangan dengan sarana non-penal atau non-penal policy yang lebih

B. Penanggulangan Kejahatan Kartu Kredit Dengan Sarana Non-Penal. 1. Tindakan Preventif