Analisis Kasus Kasus Posisi

program bersama ini telah dilaksanakan seperti gelar kasus AKKI dan aparat penegak hukum. Bulan pengaduan nasabah pemegang kartu ATM, debet dan kartu kredit bersama YLKI atau berbagai program edukasi publik melalui media massa. Dan yang tidak kalah penting adalah program apresiasi kepada aparat penegak hukum yang berhasil menangani tindak kejahatan kartu ATM, debet dan kartu kredit.

C. Analisis Kasus Kasus Posisi

Putusan Pidana No. 65Pid.B2005PN.Mdn. Kristian Sibuea pada hari Sabtu tanggal 26 Juni 2004 di warung internet Virtual 1 di Jalan Jamin Ginting Padang Bulan Medan, melakukan percakapan melalui media internet chatting dengan seseorang yang tidak dikenal. Pada saat chatting tersebut Kristian Sibuea memberikan alamat emailnya yaitu: tianbuayayahoo.com dan kemudian teman chattingnya yang beralamat email: Victoriasctvnews.com memberikan beberapa nomor kartu kredit antara lain nomor 5491-1303-1019-1838 atas nama Catherine A. Hampsire. Berdasarkan kartu kredit tersebut Kristian Sibuea membuat turunan generate atau mengembangkan nomor tersebut menjadi banyak nomor dengan harapan dapat dipergunakan untuk melakukan transaksi berbelanja melalui internet. Setelah mendapat nomor kartu kredit beserta nomor-nomor generatenya, maka terdakwa memasuki situs berbelanja di internet bernama www.ebay.com dan mendaftarkan diri untuk berbelanja di situs tersebut. Setelah terdaftar, lalu Kristian Sibuea memilih barang yang akan dibeli dengan cara mengetik barang yang akan dibeli yaitu “camera” dan mengklik kata “search”, selanjutnya muncul tampilan berbagai jenis kamera yang ditawarkan, lalu mengklik salah satu jenis kamera yaitu berupa kamera digital sehingga muncul satu gambar kamera digital yang dipilih beserta tipe, harga dan keterangan lengkap mengenai kamera tersebut. Selanjutnya mengklik kata “sign in” untuk kemudian dapat berhubungan dengan pemilik barang atau orang yang menawarkan barang vendor melalui email. Kristian Sibuea menggunakan alamat email: tianbuayayahoo.com dan mengaku bernama Fernandus Patikawa, sedangkan pemilik barang bernama Patrick Fu Ming Wong saksi korban menggunakan alamat email: Z3075799yahoo.com. Setelah itu Kristian Sibuea memberitahukan akan melakukan pembayaran dengan menggunakan kartu kredit miliknya dengan nomor dan data masa berlakunya expire, padahal sebenarnya nomor kartu kredit tersebut bukan miliknya melainkan milik Catherine A. Hampshire dengan bank penerbit issuer oleh City Bank South Dakota USA yang ada di Amerika Serikat. Setelah itu Patrick Fu Ming Wong saksi korban mengirimkan barang berupa kamera digital merk Minolta seharga AU 550 lima ratus lima puluh dolar Australia melalui perusahaan jasa pengiriman yang dipilih oleh Kristian Sibuea yaitu United Parcel Service UPS yang beralamat di Jalan Brigjen Katamso nomor 45-Q Medan. Bahwa pemilik barang Patrick Fu Ming Wong saksi korban tidak dapat mencairkan uang pembayaran barang yang telah dikirimnya kepada Kristian Sibuea, sehingga menderita kerugian senilai AU 550 lima ratus lima puluh dolar Australia. Selanjutnya dengan cara-cara yang sama Kristian Sibuea dalam bulan Juli 2004 bertempat di Warung Internet Buana di Jalan Serdang Prof. Mohd. Yamin Medan berhasil melakukan transaksi lagi dengan Patrick Fu Ming Wong saksi korban berupa jual-beli 2 dua buah telepon genggam merk Nokia tipe 6600 seharga AU 1.000 seribu dolar Australia yang juga telah dikirimkan Patrick Fu Ming Wong saksi korban kepada Kristian Sibuea. DAKWAAN DAN TUNTUTAN Jaksa penuntut umum mengajukan Kristian Sibuea sebagai terdakwa di Pengadilan Negeri Medan dengan dakwaan alternatif melakukan perbuatan pidana sebagai berikut: Pertama : Pasal 378 Kitab Undang-undang Hukum Pidana Telah membuat turunan generate atau mengembangkan nomor kartu kredit menjadi banyak nomor untuk transaksi berbelanja melalui internet dengan menggunakan kartu kredit orang lain dan meyakinkan orang lain bahwa kartu kredit tersebut milik terdakwa. Kedua : Pasal 263 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana Dengan sengaja dan tanpa hak memasukkan informasi atau mengisi dengan memberikan keterangan palsu, sebagai berikut: First Name : Fernandus sebenarnya terdakwa bernama Kristian Last Name : Patikawa sebenarnya bukan nama terdakwa Street address : Jln. Karya Rakyat No. 61 sebenarnya alamat terdakwa di Jalan Panglima Nomor 41 Kelurahan Sei. Kera Hilir kecamatan Medan Timur kota Medan Postal Code Post : 12345 kode pos ini tidak benar Primary Telephone : 1234567 nomor telepon ini tidak benar Date of Birth : 22 June 1983 sebenarnya lahir tangal 4 November 1984 Bahwa dengan membuat data atau memberikan informasi palsu tersebut di atas, terdakwa berhasil melakukan transaksi jual-beli 1 satu buah kamera digital merk Minolta seharga AU 550 lima ratus lima puluh dolar Australia dan 2 dua buah telepon genggam merk Nokia tipe 6600 seharga AU 1.000 seribu dolar Australia dari Patrick Fu Ming Wong dengan alamat email: Z3075799studentyahoo.com. Barang-barang tersebut telah terdakwa terima sehingga Patrick Fu Ming Wong menderita kerugian sebesar AU 1.550 seribu lima ratus lima puluh dolar Australia. Jaksa penuntut umum menuntut agar Pengadilan Negeri Medan: - Menyatakan terdakwa Kristian Sibuea alias Fernandus Patikawa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “melakukan penipuan melalui media internet” melanggar Pasal 378 KUHP sebagaimana dalam dakwaan pertama. - Menjatuhkan pidana penjara terhadap terdakwa Kristian Sibuea alias Fernandus Patikawa dengan pidana penjara selama 8 delapan bulan dikurangi selama terdakwa dalam tahanan dengan perintah agar terdakwa tetap ditahan. - Menyatakan barang bukti berupa: 1. 1 satu baju kaos, 1satu buah celana panjang, 1 satu pasang sandal dan 1 satu unit handphone merk Samsung tipe SGH 220 dikembalikan kepada terdakwa. 2. 3 tiga buah buku jurnal harian Warnet Buana dan 1 satu unit computer terdiri dari CPU, keyboard, mouse dan monitor dikembalikan kepada pemilik Warnet Buana. 3. 1 satu bundel print-out surat terkirim pada email tianbuayayahoo.com, 1 satu bundel print-out surat masuk pada email tianbuayayahoo.com, 1 satu bundel print-out website www.ebay.com dan email account tianbuayayahoo.com tetap terlampir dalam berkas perkara. 4. Menetapkan agar terdakwa Kristian Sibuea alias Fernandus Patikawa dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp. 1.000,- seribu rupiah. PENGADILAN NEGERI Hakim pertama yang mengadili perkara ini dalam putusannya atas perkara ini mempertimbangkan yang pokoknya sebagai berikut: Bahwa terdakwa diajukan dipersidangan oleh jaksa penuntut umum dengan surat dakwaan yang berbentuk alternatifpilihan maka majelis hakim memilih dan mempertimbangkan dakwaan pertama sebagai dasar bagi penuntut umum menuntut terdakwa tersebut, dimana terdakwa diancam melakukan tindak pidana melanggar Pasal 378 Kitab Undang-undang Hukum Pidana dengan unsur- unsur sebagai berikut: 1. Barangsiapa, 2. dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, 3. secara melawan hukum, 4. dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, 5. menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya. Berdasarkan fakta-fakta hukum yang terdapat di persidangan jika dihubungkan dengan unsur-unsur Pasal 378 Kitab Undang-undang Hukum Pidana sebagaimana dimaksud dalam surat dakwaan pertama penuntut umum, majelis hakim berkesimpulan bahwa fakta-fakta tersebut telah memenuhi semua unsur dakwaan, oleh sebab itu terdakwa haruslah dihukum yang setimpal dengan perbuatannya. Akhirnya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan memberi putusan sebagai berikut: MENGADILI 1. Menyatakan terdakwa yang bernama Kristian Sibuea bersalah melakukan tindak pidana penipuan; 2. Menghukum terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 7 bulan; 3. Menetapkan bahwa lamanya terdakwa ditahan sebelum putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap dikurangkan seluruhnya dari pidana penjara yang dijatuhkan; 4. Menghukum terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp 1.000,- seribu rupiah; 5. Memerintahkan agar barang bukti berupa: 1. 1 satu baju kaos, 1 satu buah celana panjang, 1 satu pasang sandal dan 1 satu unit handphone merk Samsung tipe SGH 220 dikembalikan kepada terdakwa. 2. 3 tiga buah buku jurnal harian Warnet Buana dan 1 satu unit computer terdiri dari CPU, keyboard, mouse dan monitor dikembalikan kepada pemilik Warnet Buana. 3. 1 satu bundel print-out surat terkirim pada email tianbuayayahoo.com, 1 satu bundel print-out surat masuk pada email tianbuayayahoo.com, 1 satu bundel print-out website www.ebay.com dan email account tianbuayayahoo.com tetap terlampir dalam berkas perkara. 4. Memerintahkan agar terdakwa tetap ditahan. Analisis Kasus Putusan Pidana No.65Pid.B2005PN.Mdn Berdasarkan kasus yang Penulis dapatkan dari Pengadilan Negeri Medan terhadap putusan pidana Nomor 65Pid.B2005PN.Mdn mengenai penipuan melalui media internet dengan menggunakan kartu kredit, maka Penulis akan memberikan tanggapan atau analisis terhadap kasus tersebut yakni sebagai berikut: Kejahatan yang dilakukan oleh terdakwa dalam kasus ini diatur dalam Pasal 378 KUHP. Unsur-unsur kejahatan dalam pasal ini adalah: 1. Barangsiapa, 2. dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, 3. secara melawan hukum, 4. dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, 5. menggerakkan orang lain untuk menyerahkan sesuatu barang kepadanya. Unsur barangsiapa dapat dilihat dari adanya pelaku kejahatan yaitu Kristian Sibuea alias Fernandus Patikawa yang harus bertanggung jawab atas perbuatan yang didakwakan kepadanya yang terbukti secara sah dan meyakinkan. Kristian Sibuea melakukan transaksi pembelian di internet dengan menggunakan kartu kredit milik orang lain yang diperolehnya melalui chatting adalah agar dapat memiliki barang yang ditawarkan di situs E-Bay dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri. Bahwa perbuatan dan cara-cara yang dilakukan oleh Kristian Sibuea adalah perbuatan melawan hukum. Dalam buku “Asas Hukum Pidana” oleh SR. Sianturi melawan hukum atau melawan hak adalah bersifat melawan hukum atau tidak sesuai dengan larangan atau kekuasaan hukum atau menyerang suatu kepentingan yang dilindungi oleh hukum. Selain itu terdakwa menggunakan berbagai rayuan atau bujukan, atau tipu muslihat terhadap Patrick Fu Ming Wong yaitu terdakwa mengaku bahwa kartu kredit yang digunakan terdakwa untuk melakuakn transaksi adalah milik terdakwa, padahal yang sebenarnya adalah milik Catherine A. Hampsire dan dengan bank issuer penerbit oleh City Bank South Dakota USA yang ada di Amerika Serikat, terdakwa juga menggunakan identitas palsu atau keadaan palsu untuk masuk ke situs E-Bay. Bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi dan diperkuat oleh keterangan terdakwa dan barang bukti yang diperlihatkan di persidangan, jelaslah bahwa Patrick telah mengirimkan barang berupa kamera digital dan 2 dua buah telepon genggam merk Nokia tipe 6600 melalui perusahaan jasa pengiriman yang dipilih terdakwa yaitu United Parcel Service UPS. Bahwa dengan terbuktinya seluruh unsur-unsur Pasal 378 KUHP, maka Pasal 378 KUHP sebagaimana dakwaan pertama penuntut umum telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum. Dilihat dari perbuatan dan cara yang dilakukan terdakwa maka jaksa penuntut umum telah menggunakan dasar hukum yang tepat dalam merumuskan dakwaannya yaitu secara alternatif dengan menggunakan Pasal 378 KUHP dan Pasal 263 ayat 1 KUHP dan dalam tuntutannya jaksa berkesimpulan bahwa Pasal 378 KUHP lebih tepat digunakan sebagai dasar tuntutan pidana bagi terdakwa. Penulis juga sangat sepakat dengan apa yang dilakukan oleh jaksa penuntut umum karena perbuatan terdakwa lebih cenderung sebagai perbuatan yang merugikan masyarakat, khususnya pengguna kartu kredit. Jaksa penuntut umum telah secara tepat menggunakan Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP karena perbuatan yang dilakukan terdakwa belum mempunyai pengaturan sendiri karena masih dalam bentuk Rancangan Undang-Undang RUU Informasi dan Transaksi Elektronik. Majelis hakim menjatuhkan vonis yang lebih ringan kepada terdakwa dari apa yang dituntut oleh jaksa penuntut umum. Sanksi yang dijatuhkan oleh majelis hakim kepada terdakwa dalam kasus ini adalah pidana penjara selama 7 bulan dan membayar biaya perkara sebesar Rp 1.000,- seribu rupiah. Dari kasus yang diputuskan oleh Pengadilan Negeri Medan tersebut di atas terdapat satu tindak pidana yang berkaitan dengan kejahatan kartu kredit. Ketentuan pidana yang diterapkan terhadap kasus tersebut diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP, hal ini disebabkan karena kejahatan kartu kredit belum mempunyai pengaturan sendiri karena masih dalam bentuk Rancangan Undang-Undang RUU Informasi dan Transaksi Elektronik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terhadap kejahatan kartu kredit dapat diterapkan ketentuan pidana sesuai dengan KUHP. Dengan diterapkannya ketentuan pidana dalam kasus tersebut di atas memperlihatkan bahwa hukum pidana telah digunakan dalam menangani kejahatan yang berkaitan dengan kartu kredit yang dilakukan oleh terdakwa. Dengan menerapkan pasal KUHP tersebut diharapkan dapat membawa manfaat bagi si korban yaitu walaupun tidak dapat mengembalikan barang atau materi milik si korban, tetapi setidaknya dapat memberikan rasa kepuasan batin bagi si korban, berupa pemberian pidana terhadap terdakwa. Hukum pidana merupakan ultimum remedium sarana terakhir dan hukum pidana dengan sarana penal mempunyai keterbatasan dalam menanggulangi kejahatan. Sarana penal dianggap berfungsi setelah kejahatan terjadi sehingga hukum pidana tidak dapat berfungsi maksimal sebagai efek pencegah sebelum kejahatan terjadi. Oleh karena itu dalam upaya penanggulangan kejahatan kartu kredit harus dilakukan melalui upaya penal dan non-penal. Dari kasus tersebut terdakwa dalam melakukan kejahatan kartu kredit menggunakan modus carding, yaitu pelaku kejahatan melaksanakan pembelanjaan melalui internet tetapi dengan menggunakan kartu kredit orang lain, sehingga yang dirugikan adalah pemilik kartu kredit yang asli. 89 89 Tb. Irman, op.cit., hal.161 Pada kasus tersebut pemidanaan yang dikenakan kepada terdakwa mempunyai manfaat baik sebagai perlindungan bagi masyarakat, khususnya bagi pengguna layanan kartu kredit maupun perbaikan terhadap diri pelaku. Pidana yang dijatuhkan terhadap terdakwa dapat mencegah maupun mengurangi perbuatan yang merugikan masyarakat. Dari aspek perbaikan terhadap diri pelaku, pengenaan pidana penjara diharapkan dapat merubah dan memperbaiki sikap pelaku. Dilihat dari hakikat kejahatan sebagai suatu masalah kemanusiaan dan masalah sosial, banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan. Faktor- faktor tersebut sangat kompleks dan berada di luar jangkauan hukum pidana. Bertolak dari hal tersebut diatas maka upaya penanggulangan kejahatan seyogyanya ditempuh dengan pendekatan kebijakan integral, baik dengan sarana penal maupun sarana non-penal. 90 Untuk mengurangi angka kejahatan kartu kredit di Indonesia perlu penanggulangan dengan sarana non-penal atau non-penal policy yang lebih menekankan pada tindakan preventif sebelum terjadinya suatu kejahatan. Menurut pandangan dari sudut politik kriminil secara makro, non-penal policy merupakan Dalam kaitannya dengan kejahatan kartu kredit, hukum pidana juga mempunyai keterbatasan dalam upaya penanggulangan. Oleh karena itu dalam mewujudkan suatu sistem penanggulangan kejahatan kartu kredit, maka disamping upaya penal juga harus menempuh upaya non-penal. Jalur non-penal terlihat dengan adanya upaya melalui: 1. Tindakan Preventif. 90 Barda Nawawi Arief, 1996, op.cit., hal.51 kebijakan penanggulangan kejahatan yang paling strategis. Hal itu dikarenakan, non-penal policy lebih bersifat sebagai tindakan pencegahan terjadinya suatu kejahatan. Sasaran utama non-penal policy adalah menangani dan menghapuskan faktor-faktor kondusif yang menyebabkan terjadinya suatu kejahatan. Upaya preventif tersebut meliputi antara lain: 91 b. Pihak merchant, diharuskan melindungi cardholder ketika melakukan transaksi sehingga data-data mengenai kartu kredit seperti nomor PIN, identitas cardholder tidak dapat dilihat oleh orang yang tidak berkepentingan. Dapat dikatakan bahwa konsumen pemakai jasa a. Pedagang harus lebih teliti memperhatikan nomor kartu kredit dengan daftar nomor kartu kredit yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia hal ini untuk memastikan kartu tersebut adalah kartu kredit asli dan untuk penerbit kartu kredit dapat mengotomatiskan sistem otorisasi pada setiap kartu kredit agar kartu kredit yang sudah melebihi limit transaksi tidak dapat digunakan lagi sebelum pemegang kartu membayar tagihannya. Pencegahan dan penanggulangan kejahatan kartu kredit dengan sarana non-penal ini merupakan suatu tindakan preventif yang juga dapat dilakukan dengan memperbaiki sistem pembayaran pada proses transaksi bisnis melalui kartu kredit. Langkah-langkah yang dapat dilakukan yaitu dengan melindungi asset yang dipakai dalam dunia cyberspace seperti data dan informasi, sehingga tidak dapat diserang atau dicuri oleh pelaku untuk digunakan sebagai bahan untuk melakukan kejahatan. 91 Data diakses dari http:www.kompas.comkompas-cetak050613finansial1809942. htm, BI Dorong Penerapan Teknologi Chip pada Kartu Kredit, tanggal 22 Agustus 2007, pukul 14. 52 WIB. layanan internet ketika melakukan transaksi juga membutuhkan privasi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka digunakan beberapa cara, seperti pemakaian tanda tangan digital dan sertifikat digital. Guna untuk meningkatkan keamanan maka pihak-pihak pengguna jasa tersebut membungkus kunci publik mereka kedalam sertifikat digital. Pengamanan ini menggunakan metode kriptografi. Kriptografi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana membuat suatu pesan yang dikirim pengirim dapat disampaikan kepada penerima dengan aman. Kriptografi ini dapat memenuhi kebutuhan umum suatu transaksi, meliputi: 1. kerahasiaan confidental dijamin dengan melakukan enskripsi penyandian, 2. keutuhan integrity atas data-data yang dilakukan dengan fungsi hash satu arah, 3. jaminan atas identitas keabsahan authenticity pihak-pihak yang melakukan transaksi dilakukan dengan menggunakan password atau sertifikat digital, sedangkan keautentikan data transaksi dapat dilakukan dengan tandatangan digital, 4. transaksi dapat dijadikan barang bukti yang tidak bisa disangkal non repudiation dengan memanfaatkan tandatangan digital dan sertifikat digital. Fungsi-fungsi mendasar pada kriptografi adalah enskripsi dan deskripsi. Enkripsi adalah proses mengubah suatu pesan asli plaintext menjadi suatu pesan dalam bahasa sandi cliphertext. Sedangkan deskripsi adalah proses mengubah suatu pesan dalam suatu bahasa sandi menjadi bahasa pesan asli kembali. Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa penanggulangan kejahatan kartu kredit dengan sarana non-penal dapat dilakukan dengan meningkatkan pengamanan bertransaksi. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat sertifikat digital dan tandatangan digital, sehingga pelaku kejahatan kartu kredit akan sulit dalam melakukan aksinya. Setiap orang yang melakukan transaksi akan diharuskan untuk memiliki sertifikat digital, dimana nomor serta password-nya hanya diketahui oleh pemiliknya. Peningkatan pengamanan ini merupakan suatu hal yang tidak kalah pentingnya untuk menekan angka pelaku kejahatan ini. 2. Otorisasi Bank Indonesia dalam menanggulangi kejahatan kartu kredit. Kenyataan bertahun-tahun membukt ikan bahwa bank merupakan simbol kepercayaan masyarakat terhadap kondisi moneter suatu negara. Begitu besarnya kepercayaan masyarakat terhadap bank, sehingga sebuah bank menderita “sakit” sedikit saja, pengaruhnya cukup terasa bagi sendi-sendi ekonomi negara. Peran otoritas moneter, seperti Bank Indonesia mutlak diperlukan guna mengawasi tingkat kesehatan suatu bank. 92 Khusus untuk produk perbankan yang dikemas dalam bentuk kredit konsumtif, misalnya seperti kartu kredit credit card pada satu sisi memang memacu sebagian atau sejumlah konsumen untuk berperilaku konsumtif. Biasanya 92 Yusuf Shofie, loc.cit. perilaku ini muncul manakala seorang konsumen “kebingungan” mengalokasikan uang atau penghasilan berlebihnya. Bank melalui promosi produk kartu kreditnya dapat memacu konsumen pemegang kartu kredit untuk berperilaku konsumtif, misalnya melalui penerapan sistem point yang dikombinasi dengan pemberian hadiah atas sejumlah pembelanjaan produk barang ataupun jasa. Penyampaian informasi produk perbankan seharusnya disampaikan secara proporsional, artinya bank tidak hanya menginformasikan keunggulan atau kekhasan produknya saja, melainkan juga sistem keamanan penggunaan produk yang ditawarkan, sistem perhitungan bunga baik untuk konsumen deposito maupun konsumen debitur. 93 Selain itu, menyadari masih banyaknya laporan kejahatan kartu kredit di masyarakat, Bank Indonesia menerbitkan aturan yang mewajibkan bank-bank meningkatkan fitur keamanan pada kartu kredit yang diedarkan. Salah satu fitur yang disarankan bank sentral adalah memakai teknologi chip. Diharapkan dengan pemakaian chip, keamanan pemakai kartu kredit dapat semakin terjaga. Hal ini disebabkan karena teknologi chip memuat sejumlah aplikasi dan pengamanan yang berlapis berbasis kriptogram. 94 Bank Indonesia juga memandang penting program komunikasi dan sosialisasi dalam upaya mencegah praktik kejahatan kartu kredit dengan mengikutsertakan AKKI Asosiasi Kartu Kredit Indonesia, YLKI Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia dan aparat penegak hukum. Adapun wujud 93 Ibid., hal. 43 94 Data diakses dari http:www.bi.go.idwebidSP001Info01DASP01info-fraud.htm, Kerugian Card Fraud Masih Cukup Tinggi, tanggal 30 Juli 2007, pukul 19.00 WIB program bersama ini telah dilaksanakan seperti gelar kasus AKKI dan aparat penegak hukum. Bulan pengaduan nasabah pemegang kartu ATM, debet dan kartu kredit bersama YLKI atau berbagai program edukasi publik melalui media massa dan yang tidak kalah penting adalah program apresiasi kepada aparat penegak hukum yang berhasil menangani tindak kejahatan kartu ATM, debet dan kartu kredit. Rosvelin Rominar Sormin : Kejahatan Yang Berkaitan Dengan Kartu Kredit Dan Upaya Penanggulangannya Studi Kasus Putusan N0.65Pid.B2005PN.MEDAN, 2007. USU Repository © 2009

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Ketentuan Hukum Pidana Yang Berkaitan Dengan Kejahatan Kartu Kredit. Kejahatan kartu kredit yang dilakukan carder dapat dikategorikan kedalam dua bentuk, yaitu transaksi konvensional atau disebut off line dan transaksi maya atau disebut on line. Peraturan-peraturan yang mengatur tentang kejahatan kartu kredit dengan ketentuan hukum pidana antara lain adalah ketentuan pidana dalam KUHP, ketentuan diluar KUHP dan pengaturannya dalam RUU Informasi dan Transaksi Elektronik. Ketentuan pidana dalam KUHP terdiri atas 6 enam Pasal, antara lain Pasal 263, Pasal 322, Pasal 362, Pasal 372, Pasal 378 dan Pasal 480. Selain itu juga perlu diperhatikan ketentuan hukum diluar KUHP yang mengatur kejahatan kartu kredit, antara lain: rumusan pasal dalam UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan UU Nomor 15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. 2. Modus- Modus Terjadinya Kejahatan Kartu Kredit. Dalam usaha kartu kredit terdapat berbagai masalah yang dapat merugikan usaha kartu kredit, yang pada akhirnya kerugian harus ditanggung oleh bank atau nasabah pemegang kartu kredit card holder. Kerugian ini disebabkan adanya kejahatan kartu kredit yang semakin modern dan mempunyai jaringan luas, serta berbagai modus operandi yang dilakukan oleh para carder pelaku kejahatan kartu kredit. Modus kejahatan kartu kredit pada umumnya terdapat 4 empat modus, yaitu modus IDT pencurian identitas, modus ATO penggunaan rekening,