perlindungan konsumen telah merugikan konsumen. Pemakaian botol galon milik AMDK yang masih berlabel oleh AMD isi ulang telah melanggar ketentuan
Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, dimana pelaku usaha AMD isi ulang telah memberikan keterangan tidak benar kepada
konsumen. Dengan demikian, konsumen telah dikelabui dan mendapatkan informasi yang salah mengenai produk yang dibelinya.
1. Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Usaha AMD Isi
Ulang Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
Undang-Undang Perlindungan Konsumen memberikan perlindungan kepada setiap konsumen yang merasa dirugikan hak-haknya oleh pelaku usaha.
Dalam kaitannya dengan produk AMD isi ulang, maka setiap pelanggaran yang telah dilakukan oleh pelaku usaha AMD isi ulang dengan mengelabui konsumen,
yaitu memberikan keterangan tidak benar kepada konsumen maka telah melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen. Aspek hukum perlindungan konsumen terhadap munculnya usaha
AMD isi ulang dapat dilihat pada beberapa pasal dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, antara lain Pasal 4 butir a dan c,
Pasal 7 butir b dan d, serta Pasal 8. Pasal 4 butir a Undang-undang Perlindungan Konsumen memberikan
hak kepada setiap konsumen atas keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang danatau jasa. Oleh karena itu, produk AMD isi ulang juga
harus aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat karena berdasarkan ketentuan itu, konsumen berhak untuk itu. Undang-undang Perlindungan Konsumen
memberikan perlindungan kepada konsumen agar setiap konsumen yang mengkonsumsi produk AMD isi ulang terjamin keselamatannya. Sedangkan pasal
4 butir c memberikan hak kepada konsumen untuk mendapatkan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danjasa. Dalam
mengkonsumsi AMD isi ulang, setiap konsumen berhak untuk mendapatkan keterangan yang benar dari pelaku AMD isi ulang terhadap produk yang dibelinya
itu. Undang-undang Perlindungan Konsumen juga memberikan jaminan hak konsumen tersebut. Jadi, Undang-undang Perlindungan Konsumen memberikan
perlindungan hukum kepada setiap konsumen untuk menuntut haknya agar memperoleh keterangan yang benar, jelas dan jujur mengenai produk AMD isi
ulang yang dibelinya, apakah layak dan aman untuk dikonsumsi serta telah sesuai dengan persyaratan kualitas air minum yang telah ditetapkan pemerintah.
Aspek hukum perlindungan konsumen dalam ketentuan Pasal 7 butir b Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 menyebutkan bahwa pelaku usaha wajib
untuk memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi barang danatau jasa. Ketentuan pasal ini memberikan kewajiban kepada setiap pelaku
usaha untuk memberikan informasi dan keterangan yang jujur mengenai barang danatau jasa yang diproduksinya. Begitu juga halnya dengan pelaku usaha AMD
isi ulang harus mematuhi ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 7 ini, yaitu dengan memberikan informasi yang benar tentang produk air minum yang
diproduksinya sesuai kenyataan dan tidak mengelabui konsumen. Dengan adanya ketentuan pasal ini maka akan mendorong pelaku usaha untuk bersikap jujur dan
bertanggung jawab dalam menjalankan usahanya.
Sedangkan PASAL 7 butir d Undang-Undang Perlindungan Konsumen mewajibkan pelaku usaha untuk menjamin mutu barang danatau jasa yang
diproduksi danatau diperdagangkannya. Disini dapat dilihat bahwa aspek perlindungan hukum yang diberikan oleh Undang-Undang Perlindungan
Konsumen yaitu dengan membebankan kewajiban kepada pelaku usaha AMD isi ulang agar produk yang diperdagangkannya terjamin mutunya, sehingga aman
untuk dikonsumsi masyarakat. Aspek hukum perlindungan konsumen terhadap munculnya usaha
AMD isi ulang juga termuat dalam ketentuan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Pasal 8 memberikan perlindungan
kepada konsumen dengan mencantumkan ketentuan tentang beberapa perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha, tak terkecuali bagi pelaku usaha AMD isi ulang .
perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha, tak terkecuali bagi pelaku usaha AMD isi ulang, yaitu setiap pelaku usaha dilarang untuk memproduksi danatau
memperdagangkan barang danatau jasa yang tidak sesuai standar yang dipersyaratkan, label tidak sesuai dengan isinya, tidak sesuai dengan mutu yang
tercantum pada label, dan pencantuman kadaluarsa. Pelaku usaha juga dilarang memperdagangkan pangan yang rusak atau tercemar. Beberapa perbuatan yang
dilarang bagi pelaku usaha yang tercantum dalam ketentuan Pasal 8 ini, bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen agar mereka aman dalam
mengkonsumsi AMD isi ulang . dengan adanya beberapa perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha AMD isi ulang ini, Undang-Undang Perlindungan Konsumen
telah memberikan perlindungan hukum kepada konsumen sehingga konsumen
memiliki kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi AMD isi ulang .
Apabila pelaku usaha AMD isi ulang melanggar pasal-pasal yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen, maka setiap konsumen yang merasa dirugikan dan hak-haknya telah dilanggar oleh pelaku usaha dapat mengajukan gugutan sengketa konsumen
melalui BPSK Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen atau melalui pengadilan negeri sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Berdasarkan ketentuan Pasal 47 dan 48 Undang-undang Nomor 8
Tahun 1999 , disebutkan bahwa tata cara penyelesaian sengketa konsumen dapat diajukan melalui dua cara, yaitu :
1. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang dilaksanakan melalui Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK. 2.
Penyelesaian sengketa melalui pengadilan yang mengacu pada ketentuan peradilan umum.
Dengan demikian , bila terjadi sengketa konsumen maka konsumen dapat memilih untuk mengajukan gugatan melalui pengadilan atau di luar
pengadilan. Apabila para pihak yang bersengketa konsumen dan pelaku usaha sepakat untuk menyelesaikan sengketa konsumen di luar pengadilan, maka
gugatan dapat diajukan ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK sesuai ketentuan Pasal 47. penyelesaian sengketa di luar pengadilan ini dapat
dilakukan dengan cara mediasi, konsiliasi atau arbitrase sesuai ketentuan Pasal 52 Undang-undang Nomor 8 tahun 1999.
Namun, apabila gugatan sengketa konsumen tersebut diajukan melalui pengadilan maka didasarkan pada ketentuan Pasal 48 jo 45 jo 64 Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen . Pasal menyebutkan bahwa penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan umum yang berlaku.
Ketentuan Pasal 48 ini juga harus memperhatikan ketentuan dalam Pasal 45 dimana setiap konsumen yang dirugikan dapat mengajukan gugatan di luar
pengadilan maupun melalui pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa. Jadi, pilihan penyelesaian sengketa konsumen didasarkan pada
kesepakatan para pihak secara sukarela. Apabila penyelesaian sengketa konsumen dilakukan melalui pengadilan, maka tata caranya berdasarkan pada hukum acara
perdata. Namun demikian dalam penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan, berlaku asas lex spesialis derogat lex generalis, yaitu berdasarkan
ketentuan Pasal 64 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dimana hukum yang dipakai adalah hukum acara perdata sepanjang
tidak bertentangan dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen . jadi dalam menyelesaikan kasus sengketa konsumen melalui pengadilan, hakim mengacu
pada ketentuan hukum perdata sepanjang tidak bertentangan dengan Undang- Undang Perlindungan Konsumen . Apabila bertentangan dengan Undang-Undang
Perlindungan Konsumen maka yang digunakan adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Dengan demikian, maka Undang-Undang Perlindungan Konsumen telah memberikan jaminan kepastian hukum bagi konsumen agar dapat menuntut
hak-haknya apabila merasa dirugikan oleh pelaku usaha AMD isi ulang .
2. Aspek Hukum Perlindungan Konsumen terhadap Usaha AMD Isi