BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesatnya perkembangan perekonomian telah menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa yang ditawarkan oleh pasar. Kondisi ini memberikan
kemudahan dan kebebasan bagi konsumen untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang yang sesuai dengan keinginan dan kemampuannya. Namun sering kali
konsumen dijadikan objek aktivitas bisnis oleh pelaku usaha untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Hal itu dilakukan melalui kiat-kiat promosi, metode
penjualan maupun pemberian informasi yang tidak benar oleh pelaku usaha sehingga dapat menimbulkan kesalahan persepsi bagi konsumen. Minimnya
pengetahuan konsumen sering dimanfaatkan oleh pelaku usaha sebagai celah untuk mengelabui konsumen. Oleh karena itu dibutuhkan suatu landasan hukum
untuk melindungi konsumen sehingga hak-haknya dapat dilindungi dan tidak diabaikan oleh pelaku usaha. Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen merupakan landasan hukum bagi penyelenggaraan perlindungan konsumen di Indonesia.
1
Kebutuhan masyarakat akan air minum layak dan aman untuk dikonsumsi setiap hari semakin meningkat. Di sisi lain penggunaan air minum
melalui sumber air dalam tanah semakin tidak memungkinkan khususnya Medan karena persediaan air tanah semakin menipis. Selain itu risiko terhadap
pencemaran juga semakin tinggi. Sementara PT PAM sebagai perusahaan air
1 Sularsi, “Mewaspadai Depot Air Minum Isi ulang, ” Agustus 2002 :30-31
minum belum dapat menyediakan air bersih bagi masyarakat karena masih banyak mengalami kendala-kendala. Dengan keadaan itu, masuknya produk air minum
dalam kemasan AMDK merupakan sebuah alternatif bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih yang layak dan aman untuk dikonsumsi
setiap hari. Kini hampir sebagian besar masyarakat Indonesia sudah tidak asing
dengan AMDK dan telah mengkonsumsinya untuk kebutuhan sehari-hari sebagai air minum. Dari mulai kemasan gelas 240 ml, botol 600 ml dan 1 liter hingga
galonan dikonsumsi masyarakat luas, khususnya dikota-kota besar. Walaupun harga AMDK cukup mahal namun masyarakat rela untuk mengeluarkan uangnya
demi memenuhi kebutuhannya akan air minum. Hal ini sangat wajar karena selain praktis dan efesien, produk AMDK terjaga kebersihan dan keamanannya dengan
memiliki kualitas Standard Nasional Indonesia SNI. Dengan tercantumnya label SNI, maka AMDK merupakan produk yang aman untuk dikonsumsi dan telah
sesuai dengan Undang-undang Perlindungan Konsumen UUPK. Namun setelah terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, maka harga
AMDK pun semakin mahal dan tidak terjangkau bagi sebagian konsumen. Hal ini memberikan peluang baru bagi pelaku usaha untuk membangun bisnis baru yaitu
air minum depot AMD isi ulang. Pertumbuhan AMD isi ulang selama masa krisis ekonomi ini semakin menjamur dan menjadi alternatif lain bagi konsumen
yang selama ini mengkonsumsi AMDK. Dengan harga yang jauh lebih murah bila dibandingkan dengan AMDK, maka AMD isi ulang berkembang dengan pesat.
Seiring dengan semakin menjamurnya usaha AMD isi ulang, maka timbul beberapa permasalahan mengenai kualitas AMD isi ulang. Banyak media
cetak yang mengangkat masalah kualitas AMD isi ulang yang dianggap tidak layak untuk dikonsumsi, misalnya “Mewaspadai Depot Air Minum Isi Ulang.”
2
2
Ibid., hal.31.
Permasalahan mengenai AMD isi ulang ini terkait erat dengan perlindungan konsumen karena masyarakat sebagai konsumen merupakan pihak yang harus
diperhatikan oleh pelaku usaha. Keselamatan dan keamanan dalam mengkonsumsi AMD isi ulang adalah permasalahan yang harus diperhatikan dalam upaya
perlindungan konsumen. Dilihat dari Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 maka terdapat
beberapa Pasal yang mengatur mengenai perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha, kewajiban pelaku usaha, serta hak-hak yang dimiliki oleh konsumen.
Keterbukaan dan kemudahan untuk mendapatkan akses informasi produk, masalah label dan pencatuman komposisi serta tanggal kadaluarsa merupakan hal
yang penting untuk diperhatikan oleh pelaku usaha AMD isi ulang. Permasalahan mengenai perlindungan konsumen ini akan dikaji lebih
mendalam, khususnya mengenai hak-hak konsumen untuk mendapatkan informasi yang jelas dan jujur, kewajiban pelaku usaha serta perbuatan-perbuatan yang
dilarang bagi pelaku usaha berkaitan dengan usaha AMD isi ulang, mengingat belum adanya aturan hukum mengenai cara untuk memproduksi dan
memperdagangkan hasil usaha ini. Dengan demikian, dapat diketahui apakah Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen telah
dilaksanakan dengan baik sehingga dapat memberikan perlindungan dalam mengonsumsi AMD isi ulang sebagai air minum bagi konsumen.
Permasalahan yang telah diketahui adalah masih rendahnya pengetahuan konsumen tentang hak-haknya untuk mendapatkan informasi yang benar, jelas
dan jujur mengenai barang danatau jasa yang dikonsumsinya. Selain itu terjadi kesalahan persepsi oleh konsumen mengenai pengertian “isi ulang” dalam AMDK
dan AMD isi ulang. Namun belum diketahui mengapa hak-hak konsumen masih diabaikan oleh pelaku usaha setelah lahirnya Undang-undang Nomor 8 tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen dan apakah usaha AMD isi ulang telah sesuai atau melanggar ketentuan Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, serta peranan pemerintah dalam rangka pengawasan.
B. Perumusan masalah