Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak Adoptie Warga Negara Indonesia Oleh Warga Negara Asing Sk Menteri Sosial Ri No.13 Huk Tahun 1993 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengangkatan
Anak - Study Di Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009
keluarga yang mengangkatnya, sehingga anak itu selanjutnya berkedudukan sebagai anak kandung untuk meneruskan garis keturunan dari orang tua
angkatnya.
59
Pengangkatan anak merupakan istilah yang digunakan didalam hukum adat sedangkan didalam hukum barat disebut adopsi. Adopsi berasal dari kata
adoptie Belanda atau adoption Inggris. Menurut kamus Inggris – Indonesia, adoption artinya pengangkatan, pemungutan, adopsi dan untuk sebutan
pengangkatan anak disebut adopsi, dan sebutan pengangkatan anak disebut adoption of child.
60
Pengangkatan anak dibedakan dengan pemeliharaan anak karena pengangkatan anak menimbulkan akibat – akibat hukum, sebagaimana yang
dikatakan Soepomo, “diseluruh wilayah hukum Jawa Barat bilamana dikatakan manupu, mulung atau mungut anak” yang dimaksud ialah mengangkat anak orang
lain menjadi anak sendiri.
61
Putusan Pengadilan Negeri Muara Tewe Kalimantan Tengah tanggal 7 Mei 1973 Nomor 3 1973 – Pdt. Mtw, menyatakan unuk dapat dikabulkan
permohonan pengangkatan anak diperlukan adanya surat penyerahan dari orang tua, saksi – saksi dan dikuatkan di pengadilan.
62
E. Kedudukan Anak Angkat Menurut Yurisprudensi.
59
Rosmi Hamdan, Op.Cit, h. 898 – 899.
60
Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris – Indonesia, Gramedia, Jakarta, 1983, h. 13.
61
B. Bastian Tafal, Pengangkatan Anak Menurut Hukum Adat – Serta Akibat Hukumnya dikemudian hari,Op.Cit, 1983, h. 39.
Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak Adoptie Warga Negara Indonesia Oleh Warga Negara Asing Sk Menteri Sosial Ri No.13 Huk Tahun 1993 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengangkatan
Anak - Study Di Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009
Terdapat bermacam-macam ketentuan yang mengatur mengenai anak angkat, sehingga bagaimana hak dan kedudukan anak angkat terhadap harta
peninggalan orang tua yang mengangkatnya belum ada terdapat keseragaman. Sebelum melihat kedudukan anak angkat dalam beberapa yurisprudensi, terlebih
dahulu dilihat beberapa pendapat sarjana yang mengemukakan tentang kedudukan anak angkat.
Holleman menyatakan bahwa : “anak angkat bukanlah ahli wari dari
orang tua angkatnya, tetapi dia dapat memperoleh harta dengan hibah atau pemberian ataupun dengan semufakat ahli waris lainnya untuk diberikan barang-
barang tertentu kepada anak tersebut”.
Wirjono Prodjodikoro berpendapat bahwa:
“Bahwa anak angkat mempunyai kedudukan hukum terhadap yang mengangkatnya, yang sama sekali tidak berbeda dari kedudukan hukum
anak keturunannya sendiri juga perihal hak anak itu untuk mewarisi kekayaan yang kemudian ditinggalkan oleh orang yang mengangkat anak
itu pada waktu mereka meninggal dunia”.
63
“Anak angkat dipelihara seperti halnya anak sendiri, tetapi di samping itu haruslah dibedakan kedudukan anak angkat dengan orang tua angkat dan
dengan orang tua kandungnya dan juga dengan keluarga orang tua angkatnya, oleh orang tua angkat diperlukan sebagai anak kandung
sendiri, terhadap harta dari orang tua angkat, anak angkat hanya berhak atas harta pencaharian, terhadap harta asal, anak tidak berhak”.
Ter Haar berpendapat bahwa:
64
62
Muderis Zaini, Adopsi Suatu Tinjaun dari Tiga Sistem Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2002, h. 48.
63
R. Wirjono Projodikoro, Warisan Hukum Di Indonesia, Penerbit Sumur, Bandung, 1983, h. 78.
64
Ter Haar, Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat, Penerbit Pradya Paramita, Jakarta, 1974, h. 184.
Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak Adoptie Warga Negara Indonesia Oleh Warga Negara Asing Sk Menteri Sosial Ri No.13 Huk Tahun 1993 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengangkatan
Anak - Study Di Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009
Hilman Hadikusuma menyatakan bahwa:
“Di daerah Lampung anak angkat tegak tegi yang merupakan penerus keturunan bapak angkatnya merupakan ahli waris dari orang tua
angkatnya, dan ia tidak mewaris lagi dari orang tua kandungnya, sedangkan di daerah Jawa anak angkat itu “Ngangsu Sumur Loro” artinya
mempunyai dua sumber warisan, karena ia mendapat warisan dari orang tua angkatnya dan juga mendapat warisan dari orang tua kandungnya”.
65
1. Keputusan MA No. 82 KSip1957 dalam perkara di Bandung di putuskan
bahwa anak angkat hanya berhak atas harta gono-gini orang tua angkatnya, sedangkan harta pusaka barang asal kembali kepada waris
keturunan darah, jadi tidak jatuh kepada anak angkat atau anak pungut Selain dari pendapat-pendapat diatas, juga dilihat dalam putusan
Mahkamah Agung R.I yang memuat hak dan kedudukan anak angkat terhadap harta orang tua angkatnya. Dalam hal ini Mahkamah Agung tidak seragam dalam
memberi putusan tentang hak-hak anak angkat sebagai ahli waris dari orang tua angkatnya:
2. Keputusan MA No. 416 KSip 1958, mengalami perubahan dimana
perkara terjadi di Sumatera Timur, Keputusan tersebut berpedoman kepada hak adat Sumatera Timur, yaitu anak angkat tidak berhak mewarisi
harta peninggalan orang tua angkatnya, hanya dibenarkan menerima hibah, selama hidup anak angkat.
65
Hilman Hadikusuma, hukum Waris Adat, Op.Cit, h. 80.
Pertimbangan MA:
Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak Adoptie Warga Negara Indonesia Oleh Warga Negara Asing Sk Menteri Sosial Ri No.13 Huk Tahun 1993 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengangkatan
Anak - Study Di Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009
Hukum Islam tidak mengenal anak angkat, tetapi dalam kompilasi mengenal anak angkat yaitu Pasal 171 bagian h.
Undang-Undang Peradilan Agama: No. 7 Tahun 1989. 3.
Keputusan MA No. 997 KSip 1972, ditegaskan bahwa: anak angkat berhak atas harta gono-gini dan harta bawaan orang tua angkatnya.
4. Keputusan MA No. 1002 KSip1976, mengatakan bahwa janda dan anak
angkat berhak atas harta gono-gini, sedangkan barang asal bawaan anak angkat tidak berhak.
5. Keputusan MA No. 3832 KSip1985, MA memutuskan:
- Prinsip tentang anak angkat: MA memutuskan bahwa anak angkat mempunyai kedudukan yang sama
dengan janda dan anak kandung yaitu ahli waris. -
Jika anak angkat bersekutu dengan janda, anak kandung berhak atas harta gono-goni, kesannya bagian anak anagkat adalah sama dengan
bagian anak kandung atau janda. -
Anak angkat mewarisi seluruh harta gono-gini, bila tidak ada anak kandung dan janda .
6. Keputusan MA No. 246 KSip1980 menegaskan bahwa: Di Nganjuk seorang anak angkat dilihat dari kenyataan yaitu apabila anak
angkat dipelihara sejak ia bayi, dikhitankan, dikawinkan, disahkan oleh orang tua angkatnya, maka ia berhak menjadi ahli waris orang tua
angkatnya, dan atas harta bersama.
Rianto Sitorus : Tinjauan Yuridis Terhadap Pengangkatan Anak Adoptie Warga Negara Indonesia Oleh Warga Negara Asing Sk Menteri Sosial Ri No.13 Huk Tahun 1993 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengangkatan
Anak - Study Di Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009
7. Keputusan MA No. 210 K Sip 1973, menyatakan bahwa keabsahan
seorang anak angkat tergantung kepada acara adat, tanpa menilai secara obyektif, realita, dan keberadaan anak angkat dalam kehidupan orang tua
angkatnya. 8.
Keputusan MA No. 912 K Sip 1995, bahwa tanpa upacara adat tidak sah pengangkatan anak meskipun anak itu sejak kecil dipelihara, dikawinkan
oleh orang tua angkatnya. 9.
Keputusan MA No. 281 K Sip 1993, bahwa pengangkatan anak sah mana kala dipengaruhi beberapa syarat, dan harus dibarengi upacara “Widi
Widina” upacara peras dihadiri oleh pendeta, disaksikan Clan adat, Clan suku, Kepala Desa serta diumumkan didepan Ulama.
10. Keputusan MA No. 849 K Sip 1979 menyatakan bahwa:
Pengangkatan anak salah satu syarat upacara tidak lagi di pedomani, sejak tahun1976, ditegaskan bahwa: anak yang diambil sejak bayi dilahirkan dan
pemeliharaannya dilakukan secara terus menerus sampai besar dan dikawinkan, sah sebagai anak angkat, meskipun tidak melalui upacara
adat.
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG ADOPSI INTER COUNTRY
A. Dasar Hukum