Diagram Mekanisme Pusat Gempa Bumi

35 Gambar 2.19 Kertas proyeksi luasan sama. Gambar 2.19 digunakan untuk menentukan parameter bidang sesarpatahan dari diagram mekanisme pusat gempa. Bagian kanan gambar tersebut digunakan untuk menggambar garis nodal. Sedangkan bagian kiri digunakan untuk menentukan azimut dan sudut busur pada garis nodal. Garis horizontal digunakan untuk menentukan sudut atau bidang nodal yang di ukur dari garis vertikal. Gambar 2.18,2.19 dan 2.20 menunjukan cara bagaimana menentukan strike, dip, rake, lokasi plunge dan azimuth Sumbu P dan T pada diagram yang merupakan parameter bidang sesar. Prosedur untuk menentukan parameter bidang sesar dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Untuk menentukan strike posisi hanging wall disebelah kanan arah strike dan di ukur searah jarum jam dari arah utara 2.18. 36 2. Dip diukur dengan menggunakan setengah lingkaran bagian kanan gambar 2.18.dan 2.19. Gambar 2.20 Pengukuran sudut strike dan dip pada diagram dan penampang. 3. Sumbu tekanan P dan sumbu tarikan T terletak pada titik 45 dari dua titik A dan B 2.19. Sumbu P di kuadran dilatasi dan sumbu T di kuadran kompresi dengan gambar arsiran. Perpotongan antara dua garis nodal disebut sumbu N null yang merupakan arah stress nol. Sumbu P, T, dan N ditentukan oleh azimut diukur searah jarum jam dari arah utara dan plunge diukur kearah bawah dari horizontal. Kedua sudut tersebut diukur dengan menggunakan kertas stereografis. Tekanan dan tarikan menunjukan arah gaya yang bekerja pada hiposenter, sedangkan kompresi dan dilatasi merupakan arah gerakan awal gelombang P seismogram. 37 Gambar 2.21 Penentuan sumbu P dan T dari kutub pada garis nodal Jika, pusat diagram hiposenter berada di kuadran kompresi arsiran maka sesar gempa disebut reverse fault dan jika berada di kuadran dilatasi, maka disebut normal fault. Dengan kata lain bila sumbu T berada pada satu kuadran dengan pusat diagram akan diperoleh reverse fault. Sebaliknya bila sumbu P berada dalam kuadran yang sama dengan hiposenter, maka akan dihasilkan normal fault. Jika, pusat diagram berada pada atau dekat dua garis nodal maka akan dihasilkan strike slip fault. 4. Vektor slip untuk satu bidang nodal tegak lurus pada bidang nodal lainnya, sehingga vektor slip untuk bidang nodal berhubungan dengan kutub vektor bidang nodal lainnya. Rake dari vektor slip didefinisikan dengan sudut antara arah strike dan vector slip kutub vektor, atau dengan kata lain : 1 Untuk normal fault, rake dari bidang nodal ditandai dengan – sudut antara strike bidang dan kutub bidang yang lain. 38 2 Untuk reverse fault, rake bidang nodal diperoleh dengan 180 – sudut antara strike bidang dan kutub bidang yang lain. Sudut rake diukur menggunakan setengah lingkaran bagian gambar stereografis. Sudut rake negatif untuk normal fault, karena sudut rake negatif menunjukan bahwa hanging wall block bergerak turun, secara relatif terhadap footwall block . Untuk reverse fault, bila vektor slip menunjuk ke arah atas dan diukur sudut antara arah strike dan kutub pada setengah lingkaran bagian atas. Untuk membuat diagram mekanisme sumber gempa bumi digunakan setengah bola bagian bawah kemudian mengkonversi sudut yang telah diukur pada setengah bola bagian bawah ke sudut rake, dengan mengurangkan sudut tersebut dari 180 . Gambar 2.22 Penentuan sudut rake pada reverse fault dan normal fault 39

2.7 Pola Tektonik Daerah Sumatera Kepulauan Mentawai

Pulau Sumatera merupakan bagian dari lempeng Eurasia yang bergerak relatif ke arah tenggara dan berinteraksi dengan lempeng Hindia-Australia yang terletak di sebelah barat Pulau Sumatera yang bergerak relatif ke arah utara dengan kecepatan sekitar 6cmth. Zona pertemuan antara kedua lempeng tersebut membentuk palung dengan kedalaman sekitar 4500 meter sampai 7000 meter, yang dikenal dengan zona tumbukan atau zona subduksi. Zona subduksi merupakan sumber gempa bumi di laut yang berpotensi membangkitkan tsunami apabila gempa bumi tersebut magnitudonya besar, kedalaman dangkal mekanisme patahan naik serta terjadi perubahan morfologi secara vertikal di bawah laut. Akibat benturan tersebut terbentuklah patahan-patahan di Pulau Sumatera. Salah satu patahan tersebut adalah patahan yang memanjang sepanjang Pulau Sumatera mulai dari Aceh hingga teluk Semangko. Propinsi lampung yang dikenal dengan nama Sesar Besar sumatera. Sesar ini merupakan sesar aktif yang dibuktikan sering terjadi gempa bumi yang bersumber di darat akibat pergerakannya. Gempa bumi yang bersumber di darat akibat pergerakan sesar aktif, meskipun magnitudonya tidak terlalu besar namun berpotensi terjadinya bencana, karena sumbernya dangkal, dekat dengan pemukiman dan aktivitas penduduk. Disamping itu terdapat juga sesar- sesar aktif kecil lainnya yang pernah mengakibatkan terjadinya gempa bumi. Model tektonik lempeng Indonesia dalam satu pola konvergen telah di buat oleh Hamilton 1970 dan Katili 1971. Sistem busur subduksi Sumatera dibentuk oleh penyusupan lempeng samudera di bawah lempeng benua. Lempeng benua tebal 40 dan tua ini meliputi busur volkanik berumur Perm, Kapur dan Tersier [8] . Sedimen elastis sangat tebal menyusup di subduksi Sumatera [9] dan sedimen yang tebal didorong ke atas membentuk rangkaian kepulauan. Sejarah tektonik Pulau Sumatera berhubungan erat dengan dimulainya peristiwa pertumbukan antara lempeng India-australia dan Asia Tenggara, sekitar 45,6 juta tahun lalu, yang mengakibatkan rangkaian prubahan kecepatan relatif antar lempengnya berikut kegiatan ekstrusi yang terjadi padanya. Gerak lempeng India- Australia yang semula mempunyai kecepatan 86 mmth menurun secara drastis menjadi 40 mmth karena terjadi proses tumbukan tersebut. Penurunan percepatan terus terjadi sehingga tinggal 30mmth pada awal proses konfigurasi tektonik yang baru [10] . Sesar besar Sumatera dan Pulau Sumatera merupakan contoh rinci yang menarik untuk menunjukan akibat tektonik regional pada pola tektonik lokal.Pulau sumatera tersusun atas dua bagian utama, sebelah barat didominasi oleh keberadaan lempeng samudera, sedang sebelah timur didominasi oleh keberadaan lempeng benua. Sejarah tektonik Pulau Sumatera berhubungan erat dengan dimulainya peristiwa pertumbukan antara lempeng India-Australia dan Asia Tenggara, sekitar 45,6 juta tahun lalu, yang mengakibatkan rangkaian perubahan sistematis dari pergerakan relatif lempeng-lempeng disertai dengan perubahan kecepatan relatif antar lempengnya berikut kegiatan ekstrusi yang terjadi padanya. Gerak lempeng India- Australia yang semula mempunyai kecepatan 86 mmth menurun secara drastis menjadi 40 mmth karena terjadi proses tumbukan tersebut. Penurunan kecepatan 41 terus terjadi sehingga tinggal 30 mmth pada awal proses konfigurasi tektonik yang baru [11] . Setelah itu kecepatan mengalami kenaikan yang mencolok sampai sekitar 76 mmth. Proses tumbukan ini, menurut teori “indentasi” pada akhirnya mengakibatkan terbentuknya banyak sistem sesar geser di bagian sebelah timur India, untuk mengakomodasikan perpindahan massa secara tektonik. Keadaan Pulau Sumatera menunjukkan bahwa kemiringan penunjaman, punggungan busur muka dan cekungan busur muka telah ter-fragmentasi akibat proses yang terjadi. Kenyataan menunjukkan bahwa adanya transtensi trans-tension Paleosoikum tektonik Sumatera menjadikan tatanan tektonik Sumatera menunjukkan adanya tiga bagian pola. Bagian selatan Pulau Sumatera memberikan kenampakan pola tektonik: 1. Sesar Sumatera menunjukkan sebuah pola geser kanan en echelon dan terletak pada 100-135 kilometer di atas penunjaman. 2. Lokasi gunungapi umumnya sebelah timur-laut atau di dekat sesar. 3. Cekungan busur muka terbentuk sederhana, dengan kedalaman 1-2 kilometer dan dihancurkan oleh sesar utama. 4. Punggungan busur muka relatif dekat, terdiri dari antiform tunggal dan berbentuk sederhana. 5. Sesar Mentawai dan homoklin, yang dipisahkan oleh punggungan busur muka dan cekungan busur muka relatif utuh. Bagian utara Pulau Sumatera memberikan kenampakan pola tektonik.