Kejadian KEK TINJAUAN PUSTAKA

Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kejadian KEK

KEK adalah suatu keadaan akibat kekurangan energi atau ketidakseimbangan asupan energi untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang berlangsung dalam waktu yang lama Supariasa, 2002. Kekurangan gizi kronis merupakan masalah gizi yang sering dijumpai pada usia produktif. Kekurangan energi kronis dijumpai pada WUS usia 15-49 tahun yang ditandai dengan proporsi LILA Lingkaran Lengan Atas 23,5 cm. Kondisi ini memprihatinkan mengingat WUS dengan risiko KEK cenderung melahirkan bayi dengan berat badan rendah Azwar, 2006. Kebutuhan gizi dari setiap golongan usia dengan jumlah zat gizi yang dikonsumsi, dapat memberikan indikasi ada dan tidaknya masalah kekurangan gizi Suhardjo, 2005. Kelompok masyarakat yang memiliki risiko tinggi yang membutuhkan perhatian khusus dalam pemenuhan gizi adalah ibu hamil dan menyusui, kelompok bayi dan anak, remaja dan kelompok dewasa dan lanjut usia Arisman, 2004. Menurut Sandra 2007 menyatakan status gizi wanita, terutama pada masa subur merupakan elemen pokok dari kesehatan reproduksi karena keterkaitan ibu dengan masa pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandung dan dampaknya pada masa dewasa. Dampak kumulatif terhadap status kesehatan dan gizi wanita usia Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008 reproduksi merupakan akibat dari asupan zat gizi yang tidak optimal pada saat bayi sampai masa pubertas Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologi normal, yaitu terbentuknya janin pada rahim sebagai akibat dari pertemuan antara sel telur dan sel sperma Manuaba, 2000. Seorang wanita dipastikan hamil jika pemeriksaan terlihat tanda hamil pasti, yaitu mendengar suara detak jantung janin dan meraba bentuk janin. Kesehatan fisik dan mental ibu hamil sebelum dan selama hamil berpengaruh terhadap keadaan janin. Kehamilan merupakan masa yang penting karena masa ini mempengaruhi kualitas anak yang akan dilahirkan. Pemeliharaan kehamilan dimulai dari perencanaan menu yang benar Paath, 2005. Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna Lubis, 2003. Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil Lubis, 2003. Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008 Kebutuhan fisiologis sewaktu hamil ialah jumlah energi protein dan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Proses kehamilan akan selalu disertai dengan berbagai perobahan baik komposisi maupun metabolisme ibu. Konsumsi makanan yang rendah disebabkan oleh adanya penyakit terutama penyakit infeksi saluran pencernaan. Di samping itu jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak terlalu banyak akan mempengaruhi asupan zat gizi dalam keluarga. Konsumsi zat gizi keluarga yang rendah juga dipengaruhi oleh produksi pangan. Rendahnya produksi pangan disebabkan karena para petani masih menggunakan teknologi yang bersifat tradisional Supariasa, 2002. Energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan pekerjaan. Tubuh memperoleh energi dari makanan yang dimakan. Energi dalam makanan merupakan energi kimia yang dapat dibuat menjadi energi bentuk lain Budiyanto, 2002. Energi yang diperlukan tubuh dapat bersumber dari zat karbohidrat, lemak dan protein, sehingga ketiga zat gizi ini disebut dengan makronutrient. Setiap 1 gram lemak menghasilkan energi sebesar 9 kalori Uripi, 2004. Besaran energi yang dibutuhkan seorang ibu hamil kira-kira 285 kkal tiap hari, di atas kebutuhan wanita yang tidak hamil. Nilai ini dihitung berdasarkan kesetaraan dengan protein dan lemak yang tertimbun untuk pertumbuhan janin dan keperluan ibu. Kebutuhan energi disuplai terutama oleh karbohidrat dan lemak, Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008 walaupun protein dapat memberikan energi untuk keperluan tersebut, tetapi fungsi utamanya adalah untuk menyediakan asam amino bagi sintesa protein sel, hormon maupun enzim untuk mengatur metabolisme. Suplai energi bagi pemeliharaan sel lebih diutamakan daripada suplai protein bagi pertumbuhan. Bila jumlah energi dalam makanan sehari-hari tidak cukup, maka sebagian protein akan digunakan sebagai sumber energi. Hal ini akan mengurangi bagian protein yang diperlukan untuk pertumbuhan. Jumlah energi dan protein yang diperlukan untuk pertumbuhan normal tergantung pada kualitas zat gizi yang dimakan. Dianjurkan supaya jumlah energi yang diperoleh 50-60, karbohidrat 25- 30, lemak dan protein 10-15. Energi dalam tubuh manusia dapat timbul akibat pembakaran karbohidrat, protein dan lemak. Karbohidrat banyak terdapat dalam berbagai bahan makanan yang dikonsumsi, terutama pada bahan pangan yang banyak mengandung zat tepungpati dan gula Kartasapoetra,2005. Fungsi karbohidrat adalah menyediakan keperluan energi bagi tubuh, melangsungkan proses metabolisma lemak, memberi volume pada isi usus dan melancarkan gerak peristaltik usus, simpanan energi dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen, melangsungkan aksi penghematan terhadap protein, pemberi rasa manis pada makanan dan memberi aroma serta bentuk khas makanan Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007. Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008 zat pembangun dan pengatur. Protein merupakan unsur utama dalam otot, darah, matriks tulang, gigi, kulit, kuku dan rambut. Sumber protein dapat berasal dari protein hewan, seperti: protein daging, susu dan sebagainya. Protein nabati, yaitu protein yang berasal dari bahan makanan tumbuhan yaitu protein dari jagung dan sebagainya. Fungsi protein bagi tubuh, adalah: 1. Sebagai enzim Protein memegang peranan dalam mengatur keseimbangan air dan menjaga kenetralan cairan tubuh. 2. Sebagai alat pengangkut dan penyimpan Banyak molekul dengan berat molekul yang lebih kecil serta beberapa ion dapat diangkut atau dipindahkan oleh protein tertentu. 3. Sebagai alat pengaturpergerakan Merupakan komponen utama daging, gerakan otot terjadi karena adanya dua molekul yang bergeser. 4. Penunjang mekanis Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebabkan oleh kolagen, suatu protein yang berbentuk bulat dan panjang dan mudah membentuk serabut. 5. Pertahanan tubuhimunitas Misalnya, protein dalam bentuk antibodi dapat mengenal dan mengikat benda- benda asing yang masuk ke dalam tubuh, seperti: virus, bakteri dan sel-sel asing lain. Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008 6. Media perambatan impuls saraf Protein ini biasanya berbentuk reseptor, misalnya: redopsin yang bekerja sebagai penerima cahaya pada sel-sel mata. 7. Pengendalian pertumbuhan Protein bekerja sebagai reseptor dalam bakteri yang dapat mempengaruhi fungsi-fungsi DNA yang mengatur sifat dan karakter bahan. Energi yang tersembunyi dalam protein ditaksir sebanyak 5180 kkal. Kebutuhan wanita akan protein membubung sampai 68. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan diperkirakan 925 gr yang tertimbun dalam jaringan ibu, placenta serta bayi. Bahan pangan yang dijadikan sumber sebaiknya 23-nya merupakan bahan pangan yang bernilai biologi tinggi, seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu dan hasil olahannya. Protein yang berasal dari tumbuhan nilai biologinya rendah sebanyak 13 bagian Arisman, 2004. Untuk menilai tingkat konsumsi makanan energi dan zat lain diperlukan suatu standar kecukupan yang dianjurkan atau Recommended Dietary Allowance RDA untuk populasi yang diteliti. Angka Kecukupan Gizi AKG adalah angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan perhari menurut golongan umur, jenis kelamin,ukuran tubuh, kondisi fisiologis dan aktivitas fisik untuk mencapai derajad kesehatan yang optimal. Kecukupan energi zat gizi yang dianjurkan pada wanita seperti tabel berikut: Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008 Tabel 2.1. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan pada Wanita Dewasa Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Pada Wanita Dewasa Zat Gizi Tidak Hamil, Kegiatan Sedang 55 kg Kehamilan Menyusui Enam bulan Pertama Energi kal Protein gr Vitamin A re Vitamin D mg Thiamin mg Riboflafin mg Niasin mg Asam folat mg Vitamin B12 mg Vitamin C mg Kapur mg Besi mg 2250,0 48,0 750,0 2,5 0,9 1,3 14,5 200,0 2,0 30,0 400-500,0 26,0 +285,0 +12,0 Sama +7,5 +0,1 +0,2 +2,3 +200,0 +1,0 +20,0 +600-700,0 +30,0 +500,0 +17,0 +450,0 +7,5 +0,2 +0,4 +3,7 +100,0 +0,5 +20,0 +600-700,0 +40,0 Besaran energi yang terasup merupakan faktor gizi yang paling penting pada masa hidup. Usia diperlukan untuk menentukan besaran kalori serta zat gizi yang diberikan. Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa usia 18 tahun ke atas merupakan masalah penting, karena menimbulkan resiko penyakit dan mempengaruhi produktivitas Supariasa, 2002. Kesuburan seorang wanita dipengaruhi faktor keturunan, usia dan gizi. Kekurangan nutrisi pada seseorang akan berdampak pada penurunan fungsi reproduksi. Keadaan kekurangan nutrisi khususnya energi dapat dilihat dari LILA Paath, 2005. Gizi ibu hamil mempengaruhi pertumbuhan janin. Perubahan fisiologis mempunyai dampak besar terhadap diet ibu dan kebutuhan nutrien Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007. Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008 Tanda-tanda klinis masalah gizi kurang tidak spesifik, karena ada beberapa penyakit yang mempunyai gejala yang sama, tetapi penyebabnya berbeda. Oleh karena itu pemeriksaan klinis harus dipadukan dengan pemeriksaan lain seperti antropometri, laboratorium dan survei konsumsi makanan, sehingga kesimpulan penilaian status gizi dapat lebih tepat dan lebih baik Supariasa, 2002. Kelainan atau gangguan yang terjadi pada kulit, rambut, mata, membran mukosa mulut, dan bagian tubuh yang lain dapat dipakai sebagai petunjuk ada tidaknya masalah gizi kurang. Meskipun demikian perlu diperhatikan bahwa tanda- tanda gizi kurang dapat saja tidak spesifik, karena tanda itu mungkin timbul bukan akibat kurang gizi, tetapi mungkin disebabkan oleh faktor higiene dan sanitasi yang jelek, atau terkena panas sinar matahari Supariasa, 2002. Penggunaan pemeriksaan klinis untuk mendeteksi defisiensi gizi mempunyai kelemahan bila diinterpretasikan hanya atas dasar data klinis saja. Oleh sebab itu, adanya dukungan pemeriksaan konsumsi pangan dan biokimia serta pemeriksaan yang lain sangat membantu dalam menilai keadaan gizi individu atau masyarakat Arisman, 2004. Penilaian status gizi secara langsung dapat digunakan melalui antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi yaitu survey konsumsi makanan dan statistik vital Supariasa, 2002. Pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi tubuh dan komposisi tubuh. Antropometri adalah pengukuran yang sering digunakan sebagai metode Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008 penilaian status gizi secara langsung terutama masalah gizi kurang pada anak-anak dan gizi lebih Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007. Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa 18 tahun ke atas merupakan masalah penting. Kekurangan gizi mempengaruhi produktifitas kerja dan memiliki resiko mengalami penyakit-penyakit tertentu. Pemantauan keadaan berat badan yang berkesinambungan mengacu pada patokan tertentu. LILA merupakan indikator status gizi yang digunakan terutama untuk deteksi Kurang Energi Protein pada anak-anak dan merupakan alat yang baik untuk mendeteksi wanita usia subur dan ibu hamil dengan resiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah Waspadji, 2003. Penentuan status gizi pada wanita usia subur dilakukan dengan pengukuran lingkar lengan atas. Pengukuran ini merupakan salah satu cara deteksi dini yang mudah untuk mengetahui kelompok berisiko kekurangan energi kronis. Ambang batas lingkar lengan atas di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran kurang dari 23,5 cm, berarti risiko Kekurangan Energi Kronik KEK Kartasaputra, 2005 dan diperkirakan akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah Supariasa, 2002. Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko kekurangan energi protein pada WUS. Pengukuran LILA untuk memantau status gizi dalam jangka panjang. Tujuan pengukuran LILA adalah untuk mengetahui risiko KEK WUS, meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penanggulangan KEK dan Marice Simarmata : Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan..., 2008 USU Repository © 2008 mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita KEK. Cara pengukuran LILA adalah: 1. Tetapkan posisi bahu dan siku 2. Letakkan pita antara bahu dan siku 3. Tentukan titik tengah lengan 4. Lingkarkan pita pada tengah lengan 5. Pita jangan terlalu ketat atau longgar 6. Lakukan pembacaan skala dengan benar Supariasa, 2002.

2.2. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan KEK

Dokumen yang terkait

Gambaran Pola Makan Dan Status Gizi Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

1 67 103

Hubungan Pola Makan Ibu Menyusui Dengan Status Gizi Bayi Di Desa Gampoeng Keude Bagok Dan Keude Bagok Kecamatan Nurussalam Kabupaten Aceh Timur Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2002

3 50 70

Hubungan Pola Makan Ibu Menyusui Dengan Status Gizi Bayi Di Desa Gampoeng Keude Bagok Dan Keude Bagok Kecamatan Nurussalam Kabupaten Aceb Timur Naoggroe Aceb Darussalam Tahun 2002

0 34 70

Gambaran Pengetahuan Gizi, Pola Konsumsi Pangan Dan Status Gizi Pada Supir Angkot Rahayu Medanceria Trayek 104 Di Kota Medan Tahun 2008

0 48 80

Pola Konsumsi Pangan dan Konsumsi Susu serta Status Gizi Ibu Hamil di Kota Bogor

0 5 58

Hubungan Antara Persepsi Ibu, Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu, Pola Konsumsi Pangan, Dan Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi Anak Down Syndrome

1 4 94

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS GATAK Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Status Gizi Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia di Puskesmas Gatak Kabupaten Sukoharjo.

0 2 14

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ANEMIA Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Status Gizi Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia di Puskesmas Gatak Kabupaten Sukoharjo.

0 2 17

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI IBU HAMIL DAN FREKUENSI PEMERIKSAAN KEHAMILAN DENGAN STATUS GIZI IBU HAMIL Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu Hamil Dan Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan Dengan Status Gizi Ibu Hamil Di Puskesmas 2 Colomadu.

0 0 17

Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil

0 1 13