2 Setelah beberapa saat satu tahanan napas kemudian kembali ke posisi duduk pembakaran.
b. Pernapasan: sesaat sebelum memulia gerakan akan sujud, ambil napas dalam-dalam. Saat mulai membungkukkan badan,
buang napas sedikit-sedikit, hingga saat dagu hampir menyentuh lantai kita masih menyimpan kira-kira separuh
napas. Pada posisi terakhir ini napas di tahan di dada sekuatnya. Napas dibuang saat kembali ke posisi duduk.
Segera ambil napas baru 3-4 kali sebelum menlajutkan gerakan.
c. Frekuensi : Gerakan kelima ini dilakukan 5 kali. Umumnya 1 kali gerakan selesai dalam 35 detik ditambah 10 detik untuk
nafas jeda. Keseluruhan 5 kali gerakan akan selesai dalam 4 menit.
d. Manfaaat : gerakan ini untuk memperkuat otot pinggang dan memperkuat ginjal, sujud dengan posisi duduk pembakaran
atau dengan alas punggung kaki akan membakar lemak dan racun dalam tubuh. Saat duduk pembakaran tombol pembakran
di punggung kaki diaktifkan. Bagi yang menderita asam urat,
2 Bantuan alas punggung. Bila sudah rebah, tangan diluruskan ke atas kepala, ke samping kanan-kiri maupun
kebawah menempel badan. 3 Pada saat itu tangan memegang betis, tarik seperti mau
bangun dengan rileks, kepala bisa didongakkan dan digerak-gerakan kekanan-kiri.
b. Pernapasan : napas dibiarkan mengalir dengan sendirinya, karena
gerakan ini
relaksasi terakhir,
sekaligus memaksimalkan kelenturan tubuh.
c. Frekuensi : Gerakan kelima ini sebaiknya dilakukan minimal 5 menit. Sudah termasuk variasi gerakan kepala dan leher serta
ayunan tangan keatas, samping maupun bawah. Sekali lagi, jangan terlalu memaksakan diri, baik rebahnya maupun
bangunnya. d. Manfaat : gerakan ini bermanfaat untuk memperkuat otot-otot
bagian bawah dan bermanfaat untuk diet. Tidur terlentang dengan posisi kaki dilipat, lengan di atas kepala dan bertumpu
pada punggung atas. 1 Gerakan ini adalah gerakan yang sukar dilakukan tetapi
apabila dapat dilakukan dengan sempurna maka manfaat yang diperoleh sangat banyak, antara lain melapangkan
dada, sehingga bagi yang menderita asma akan merasa lega, melenturkan tulang punggung sehingga seluruh saraf akan
bekerja secara optimal terutama aliran biolistrik sangat cepat.
2 Gerakan ini juga bermanfaat untuk memperkuat otot betis, paha, perut, dada dan bagi wanita juga akan mengurangi
rasa sakit saat menstruasi dan saat melahirkan, karena di dalam gerakan ini juga memperkuat otot pinggang bagian
bawah. Bahkan dalam senam rutin, gerakan ini harus menjadi puncak relaksasi tubuh kita dari keseluruhan
ketegangan fisik dan mental. Rangkaian gerakan-gerakan senam ergonomis tersebut dilakukan secara
berangkai sebagai latihan senam rutin setiap hari, atau sekurang-kurangnya 2-3 kali seminggu. Masing-masing gerakan juga dapat dilakukan secara terpisah,
disela-sela kegiatan atau bekerja sehari-hari.
2.5. PenelitianTerkait Senam Ergonomis dan Gout
1. Senam ergonomik dilakukan pada beberapa penelitian yaitu, pengaruh terapi aktivitas senam ergonomik terhadap kualitas tidur pada lansia di
Posyandu Lansia Harapan I dan II Kelurahan Pabuaran telah dilaksanakan selama 31 hari. Responden kelompok perlakuan dalam penelitian ini
awalnya berjumlah 47 responden, namun ada 5 responden dalam penelitian ini tidak kooperatif sehingga 5 responden tersebut di dropped out.
sehingga jumlah responden kelompok perlakuan dalam penelitian ini sebanyak 42 responden dan responden kelompok kontrol berjumlah 42
responden. Senam ergonomis diberikan selama 20 menit sebanyak 4 kali
dalam 2 minggu. Hasilnya terdapat pengaruh senam ergonomik dalam kualitas tidur lansia Rahmawati, 2013.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nafifah, H. Kurniawati, I. Rusmariana, A. Wirotomo, T. S. 2013. Salah satu perawatan nyeri pada penderita gout
adalah senam. Senam 10 menit adalah senam yang dilakukan dalam durasi waktu 10 menit, dengan beban senam ringan sampai sedang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam 10 menit terhadap skala nyeri pada penderita gout di Wilayah Kerja Puskesmas Jenggot Kota
Pekalongan. Jenis yang digunakan pada penelitian ini adalahQuasi Eksperimen Design dengan pendekatanOne Group Pretest-Postest.
Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 15 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan ada
pengaruh senam 10menit terhadap penurunan skala nyeri pada penderita gout di Wilayah Kerja Puskesmas Jenggot Kota Pekalongan. Dibuktikan
dengan penurunan nilai rata –rata sebesar 2,27. Berdasarkan uji statistik
Wilcoxon Signed-rank test didapatkan p value 0,00 α 0,05 dan hasil
nilai Z didapatkan - 3,578 α2 0,025, maka H ditolak. Senam 10 menit
digunakan bagi perawat sebagai tindakan non farmakologis, serta dijadikan perawatan mandiri bagi responden untuk mengurangi nyeri.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Sani, A. Winarsih 2013, kompres hangat dan kompres dingin dapat dijadikan tindakan nonfarmakologis untuk
menangani nyeri. Teknik ini mendistraksi klien dan memfokuskan perhatian pada stimulustaktil, jauh dari sensasi yang menyakitkan sehingga
mengurangi persepsi nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan efektifitas kompres hangatdan kompres dingin terhadap skala nyeri pada klien gout di Wilayah KerjaPuskesmas Batang III Kabupaten
Batang. Penelitian ini menggunakan quasy eksperiment design dengan pendekatan two group pre test-post test design. Sampel dalam penelitian
ini berjumlah 40 responden yang dibagi kedalam dua kelompok intervensi. Kelompok pertama dilakukan pemberian intervensi kompres hangat
sedangkan kelompok kedua dilakukan pemberian intervensi kompres dingin. Penelitian ini menggunakan analisis statistik ujiT-Test Independent
dengan α 0,05. Hasil penelitian didapatkan nilai ρ value 0,000 sehingga Hditolak. Hal ini ini menunjukkan ada perbedaan efektifitas kompres
hangat dan kompres dingin terhadap skala nyeri pada klien gout di Wilayah Kerja Puskesmas Batang III Kabupaten Batang. Saran peneliti,
kompres hangat dan kompres dingin dapat dijadikan sebagai tindakan mandiri keperawatan nonfarmakologis untuk menurunkan nyeri pada klien
gout, tetapi berdasarkan hasil penelitian kompres hangat lebih efektif untuk menurunkan nyeri pada klien gout.
4. Pengaruh senam bugar lanjut usia lansia terhadap kadar asam urat penderita hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
senam bugar lansia terhadap kadar asam urat penderita hipertensi. Penelitian bersifat eksperimental lapangan dengan rancangan one group
pre-post test yang dilakukan pada 30 penderita hipertensi di BPLU Senja Cerah. Dilakukan senam bugar lansia 3 kali seminggu dengan lama latihan
selama 3 minggu. Kadar asam urat sebelum dan sesudah senam diukur, dan dianalisa. Hasil yang didapat, terjadi penurunan bermakna kadar asam
urat antara sebelum dan sesudah senam bugar lansia dengan selisih rata- rata sebesar 1,56 mgdl. Nilai confidence interval, yaitu 0,84 untuk lower
dan 2,28 untuk upper. Nilai signifikasi p dari hasil uji statistik yaitu 0,00 lebih ke
cil dari nilai alpha α = 0,05. Penelitian ini membuktikan adanya pengaruh yang signifikan senam bugar lansia terhadap kadar asam urat
penderita hipertensi. 5. Pengaruh Senam Ergonomis terhadap Perubahan Tekanan Darah pada
Klien Hipertensi di Kelurahan Bendan Kota Pekalongan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam ergonomis terhadap
perubahan tekanan darah pada klien hipertensi di Kelurahan Bendan Kota Pekalongan. Penelitian ini menggunakan desain pra eksperimental dengan
metode one-group pretest-posttest design. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh. Uji statistik yang digunakan yaitu uji
Wilcoxon dengan α value 5. Hasil penelitian ini menunjukkan ada
pengaruh yang signifikan senam ergonomis terhadap perubahan tekanan darah pada klien hipertensi di Kelurahan Bendan Kota Pekalongan
berdasarkan uji statistik dengan ρ value tekanan darah sistolik yaitu 0,002 dan ρ value tekanan darah diastolik 0,009. Rekomendasi kepada petugas
kesehatan, senam ergonomis perlu dijadikan sebagai terapi alternatif nonfarmakologis untuk menurunkan tekanan darah pada klien hipertensi
Anugrah,2010. 6. Penelitian yang dilakukan oleh Fajarina pada tahun 2011, mengenai
analisis pola konsumsi dan pola aktivitas fisik dengan kadar asam urat pada lansia wanita peserta pemberdayaan lansia di Bogor, didapati rata-
rata konsumsi purin perhari pada kelompok dengan kandungan asam urat yang tinggi lebih banyak dibandingkan dengan rata-rata konsumsi
kelompok dengan kandungan asam urat normal, namun tidak diperoleh hubungan yang nyata p 0,05 antara konsumsi purin dengan kadar asam
urat dalam darah. 7. Penelitian dari Bosco dkk pada tahun 1970, yang meneliti kadar asam urat
pada mahasiswa laki-laki yang sehat sebelum dan sesudah diberikan latihan fisik selama 8 minggu, membaginya ke dalam kelompok atletik,
kelompok pelatihan dan kelompok kontrol. Ditemukan bahwa latihan fisik kronis menurunkan kadar asam urat 0,3-3,2 mg 100 ml dalam 80 dari
sampel kelompok atletik dan pelatihan 8. Penelitian yang dilakukan oleh
Anugrah 2010 dengan judul “ pengaruh senam ergonomis
terhadap tekanan darah Hipertensi pada penderita DM tipe 2. Penelitian ini menggunakan metode cohort eksperimental dengan rancangan
penelitian yang digunakan adalah randomized control group pre-test and post- test design, menggunakan uji statistik independent T-test. Hasil penelitian
didapatkan pemberian senam ergonomis dapat berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah sistolik, sedangkan pada tekanan darah diastolik hanya
berpengaruh secara klinis.
2.6. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka teori Modifikasi teori Weaver,2010, Price, 2006, Herliana 2013,Krisnaturi 2010, Sari 2010, Setiyohadi 2006
,
dan Sagiran 2012.
Kadar asam urat dalam darah
meningkat
Penumpukan pada sendi
Penatalaksanaan non farmakologiHerliana
2013,Krisnaturi 2010,
Diet Purin Intake cairan air putih
Istirahat tidur Mempertahankan BB ideal
Penatalaksanaan farmakologi : obat- obatan seperti; NSAIDs
Junaidi,2012 allopurinol, urikosurik, kolkisin dan herbal
Sulaiman,2008 Nyeri, bengkak, Kesemutan
dan pegal linu, kemerahan pada
sendi yang
terkena.Setiyohadi 2006
, Sari,2010.
Faktor yang mempengaruhi peningkatan kadar asam urat dalam
darah Weaver,2010, Price, 2006
Genetik Usia
jenis kelamin Obesitas
Asupan makanan dan kalori Obat-obatan dan zat tertentu
Latian fisik dan kelelahan
Memperlancar aliran darah kolateral di tungkai bawah dan membakar lemak
dan racun dalam tubuhasam urat, kolesterol, gula darah, asam laktat,
kristal oxalate
Sagiran 2012.
Gout
Olahraga: Senam Ergonomis
58
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti.
Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas Setiadi, 2007.
1. Variabel Independen adalah senam ergonomis 2. Variabel Dependen adalah kadar asam urat
3. Variabel confounding adalah usia dan jenis kelamin. Bagan 3.1 Kerangka konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Kadar asam urat post intervensi
intervensi : Senam ergonomis
Variabel Confounding 1. Usia
2. Jenis kelamin Kadar asam urat pre
intervensi
Kadar asam urat pre intervensi
intervensi :Senam biasa posbindu
Keterangan : Variabel Independen senam ergonomis
Variabel Dependen kadar asam urat Variabel confounding usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh
obesitas Berdasarkan kerangka konsep diatas, peneliti ingin mengidentifikasi
apakah senam ergonomis berpengaruh terhadap kadar asam urat lansia. Variabel-variabel yang hanya berhubungan dengan variabel kadar asam urat
akan dilakukan proses kontrol dengan tujuan untuk meminimalisir pengaruh variabel tersebut terhadap pengukuran kadar asam urat setelah dilakukan
intervensi senam ergonomis selama penelitian berlangsung. Metode kontrolnya meliputi retriksi dan matching Dahlan,2010 yaitu :
1. Variabel obat-obatan akan di kontrol dengan menggunakan metode retriksi. Metode ini digunakan karena tidak semua lansia memiliki obesitas
dan meminum obat-obatan medis penurun kadar asam urat dalam darah sehingga lansia yang memiliki variabel tersebut tidak dimasukkan sebagai
responden. Proses retriksi lebih dijelaskan pada kriteria inklusi dan eksklusi.
2. Variabel pola makan dan latihan fisik akan di kontrol dengan menggunakan metode matching. Seluruh subjek penelitian di Pos Binaan
Terpadu dimana semua aktivitas, pola makan diatur oleh peneliti menggunakan food recall frequency selama sebulan sehingga setiap
aktivitas, kegiatan dan pola makan responden telah disamakan.
3.2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian. Hasil suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian
yang telah dirumuskan Setiadi, 2007. Hipotesis pada penelitian ini adalah ada pengaruh senam ergonomis
terhadap kadar asam urat pada lansia dengan gout di Pos Binaan Terpadu Kelurahan Pisangan Ciputat Timur.
3.3. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel,
sehingga definisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama Setiadi,
2007.
Tabel 3.3 Definisi Operasional Variabel
Definisi Cara ukur
Alat ukur Hasil ukur
Skala Independen
Senam Ergonomis
Senam lansia Gerakan
kombinasi dari gerakan otot dan
teknik pernafasan.Terdiri
dari enam gerakan, yaitu
lapang dada, tunduk syukur,
duduk pembakaran,
duduk perkasa, dan berbaring
pasrah. Dilakukan di
Posbindu secara bersama-sama.
Senam rutin yang biasa dilakukan di
posbindu, setiap dua kali dalam
seminggu dan sudah menjadi
agenda dari posbindu
Observasi Observasi
Lembar observasi
yang berjumlah 5
gerakan. 1=dilakukan
0=tidak dilakukan
1=dilakukan 0=tidak
dilakukan Lansia
Melakukan semua
gerakan senam selama
4 minggu senam
dilakukan seminggu dua
kali Rabu dan Sabtu
selama 4 minggu
Nominal Nominal
Dependent
Kadar asam urat
Ukuran atau jumlah asam urat
dalam darah seseorang yang
dinyatakan dalam mgdl darah.
Lembar observasi. Hasil
pengukuranseminggu sekali dalam waktu
sebulan Menggunakan
alat pengukur kadar asam
urat darah merk Easy
Touch Hasil
pengukuran kadar asam
urat dinyatakan
dalam mgdl Interval
Karakteristik responden
Usia Jumlah tahun
yang dilalui lansia sejak lahir hingga
ulang tahun terakhir
Wawancara
Kuesioner
1. 45-59 tahun
2. 60-74 tahun
3. 75-90 tahun
4. 90tahun Interval
Jenis kelamin Identitas seksual
responden yang dibawa sejak lahir
Wawancara Kuesioner
1 = laki-laki 2 =
perempuan Nominal
Indeks Massa Tubuh
Perbandingan berat badan dalam
satuan kilogram dengan kuadrat
tinggi badan
Wawancara
Timbangan BB dan
meteranTB 1.18,5 -25,0 =
normal 2.18,5=kurus
3. 25=obesitas
Rasio