64
tersedia upaya hukum, yaitu upaya atau alat untuk mencegah atau memperbaiki kekeliruan dalam putusan.
52
Apabila putusan yang bersifat mengikat dan eksekutorial tersebut dianggap oleh pemohon belum menjunjung keadilan yang berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa, maka pemohon dapat mengajukan upaya hukum terhadap putusan tersebut. Upaya hukum tersebut antara lain:
Verzet, banding, prorogasi, Kasasi, derden verzet. Kedudukan pendamping hukum yang merupakan Pemberi Bantuan Hukum yang telah memenuhi
syarat pada perkara Perdata akan mendampingi kliennya Pemohon Bantuan Hukum, sesuai dengan kewajibannya. Ketentuan mengenai biaya
perkara, biaya berasal dari sumber pendanaan penyelenggaraan bantuan hukum dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
APBN.
3. Syarat Untuk Mendapatkan Bantuan Hukum Cuma-Cuma Dalam Sengketa Perdata
Objek pemberian bantuan hukum adalah lapisan masyarakat yang buta huruf dan berpendidikan rendah yang tidak mengetahui dan menyadari
hak-haknya sebagai subjek hukum karena kedudukan sosial dan ekonomi serta akibat tekanan-tekanan yang lebih kuat dan tidak mempunyai
keberaniankemampuan untuk memperjuangkan hak-haknya.
53
Maka masyarakat sebagai pencari keadilan yang tidak mampu tersebut selaku
52
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogjakarta:Liberty, 2006, Hal.232.
53
Abdul Rahman Saleh dkk, Verboden voor Honden En Inlanders dan Lahirlah LBH, Jakarta: YLBHI,2012, Hal. 162.
Universitas Sumatera Utara
65
Pemohon Bantuan Hukum dalam memohon bantuan hukum wajib memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh undang-undang.
Adapun syarat-syarat tersebut diatur secara khusus dalam Pasal 14 dan Pasal 15 Bab IV Undang-Undang Bantuan Hukum, yang berisi:
a. Untuk memperoleh bantuan hukum, Pemohon Bantuan Hukum harus
memenuhi syarat-syarat: 1
mengajukan permohonan secara tertulis yang berisi sekurang- kurangnya identitas pemohon dan uraian singkat mengenai pokok
persoalan yang dimohonkan bantuan hukum; 2
menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara; dan 3
melampirkan surat keterangan miskin dari Lurah, Kepala Desa, atau pejabat yang setingkat di tempat tinggal Pemohon Bantuan
Hukum. b.
Dalam hal Pemohon Bantuan Hukum tidak mampu menyusun permohonan secara tertulis, permohonan dapat diajukan secara lisan.
c. Pemohon Bantuan Hukum mengajukan permohonan bantuan hukum
kepada Pemberi Bantuan Hukum. d.
Pemberi Bantuan Hukum dalam jangka waktu paling lama 3 tiga hari kerja setelah permohonan bantuan hukum dinyatakan lengkap harus
memberikan jawaban menerima atau menolak permohonan Bantuan Hukum.
e. Dalam hal permohonan bantuan hukum diterima, Pemberi Bantuan
Hukum memberikan Bantuan Hukum berdasarkan surat kuasa khusus dari Penerima Bantuan Hukum.
f. Dalam hal permohonan bantuan hukum ditolak, Pemberi Bantuan
Hukum mencantumkan alasan penolakan. g.
Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pemberian bantuan hukum diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Undang-Undang Bantuan Hukum telah menetapkan tentang kriteria dan syarat tentang bagaimana seorang Pencari keadilan dapat
dikatakan tidak mampu dalam memperoleh bantuan hukum. Miskin merupakan salah satu syarat yang paling utama dalam mengajukan
bantuan hukum cuma-cuma. Sebab kembali ke tujuan utama dari pemberian bantuan hukum cuma-cuma itu sendiri adalah mempertahankan
hak si miskin dan menegakkan keadilan pencari keadilan yang tidak mampu.
Universitas Sumatera Utara
66
Seseorang yang mengajukan permohonan untuk mendapatkan bantuan hukum, harus dapat menunjukkan bukti-bukti mengenai
kemiskinannya, misalnya dengan memperlihatkan suatu surat pernyataan dari Lurah atau Kepala Desa yang disahkan oleh Camat, mengenai
penghasilannya yang rendah atau sama sekali tak berpenghasilan, dan keterangan-keterangan lainnya yang berhubungan dengan kemiskinan.
54
Hal mengenai bukti ini telah dibahas pada halaman sebelumnya tentang urgensi dari keterangan tidak mampu ini.
“Kriteria miskin dapat ditunjukkan dengan Surat Keterangan Tidak Mampu secara ekonomi yang dengan sendirinya yang bersangkutan berhak
untuk dilayani. Namun untuk tidak menyulitkan, kriteria ini dapat dilihat dari jumlah pendapatan calon klien untuk membayar seorang Advokat.
Untuk menilai kriteria ini, dalam formulir pendaftaran klien terdapat informasi yang harus diisi yaitu: pekerjaan pokok dan tambahan, harta yang
dimiliki, dan jumlah keluarga yang ditanggung. Jika ketiga komponen tersebut tidak memungkinkan mereka untuk membayar jasa Advokat dan
biaya transportasi, maka secara formal yang bersangkutan memenuhi syarat. Jika tenaga dan dana tunjangan perkara cukup maka dengan
sendirinya dapat dilayani. Namun jika tenaga saja yang ada, maka diterima dengan syarat yang menanggung biaya transportasi adalah pencari
keadilan, sedangkan jika tidak ada tenagaSumber Daya Manusia dan dana tunjangan perkara tidak cukup, maka klien dibantu dan dipantau untuk
menyelesaikan kasusnya secara mandiri.”
55
Terlepas dari syarat seorang Pemohon Bantuan Hukum untuk dapat memperoleh bantuan hukum, terdapat juga syarat agar sebuah LBH dapat
dipercayai sebagai Pemberi Bantuan Hukum yang memiliki Kompetensi. Adapun syarat-syarat LBH yang berperan sebagai Pemberi Bantuan Hukum
terdapat dalam Pasal 4 Peraturan Pemerintah No.42 tahun 2013, yaitu:
54
Mochtar Kusumaatmadja, Bantuan Hukum Di Indonesia Terutama Dalam Hubungannya Dengan Pendidikan Hukum, Bandung: Binacipta, 1975, Hal.7.
55
Abdul Rahman Saleh dkk, Op.Cit, Hal.162.
Universitas Sumatera Utara
67
Pemberian Bantuan Hukum dilaksanakan oleh Pemberi Bantuan Hukum, yang harus memenuhi syarat:
a. Berbadan hukum;
b. Terakreditasi;
c. Memiliki Kantor atau Sekretariat yang tetap;
d. Memiliki pengurus; dan
e. Memiliki program bantuan hukum.
Akreditasi adalah
penilaian dan
pengakuan terhadap
LembagaOrganisasi Bantuan Hukum kemasyarakatan yang akan memberikan bantuan hukum yang berupa klasifikasipenjenjangan dalam
pemberian bantuan hukum.
56
Dengan menjadikan akreditasi sebagai salah satu syarat dari sebuah LBH dalam memberikan bantuan hukum cuma-
cuma, maka mutu dari pelayanan bantuan hukum tersebut dianggap telah baik sebab akreditasi berfungsi sebagai jaminan mutu dari pemberi
bantuan hukum tersebut. Menurut panitia verifikasiakreditasi Organisasi Bantuan Hukum
Badan Pembinaan Hukum Nasional, penilaian organisasi bantuan hukum yang lulus akreditasi dengan kategori A,B dan C harus memenuhi kritera-
kriteria yang dijelaskan dibawah ini:
57
Katagori A memiliki: a.
Jumlah program, bantuan hukum non litigasi paling sedikit 7 tujuh program;
b. Jumlah Advokat paling sedikit 10 sepuluh orang dan paralegal yang
dimiliki paling sedikit 10 sepuluh orang; c.
jangkauan penanganan kasus atau lingkup wilayah Provinsi atau KabupatenKota;
56
http:bphn.go.idbantuanhukumPANDUAN-VERIFIKASI-AKREDITASI-OBH.pdf diakses pada 05 Juni 2015.
57
http: bphn.go.idbantuanhukumpanduan.php, diakses pada 30 Juni 2015.
Universitas Sumatera Utara
68
d. Pendidikan formal dan non formal yang dimiliki Advokat paling
rendah Strata-I dan Paralegal yang telah mengikuti pelatihan Paralegal; e.
Status kepemilikan dan sarana prasarana kantor; f.
Kepengurusan lembaga lengkap; g.
Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga h.
Laporan keuangan sesuai dengan standard akutansi; i.
Nomor Pokok Wajib Pajak LembagaOrganisasi Bantuan Hukum; dan j.
Jaringan yang dimiliki LembagaOrganisasi Bantuan Hukum. Kategori B meliputi:
a. Jumlah kasus yang ditangani paling sedikit 1 satu tahun sebanyak 30
tiga puluh; b.
Jumlah program bantuan hukum nonlitigasi paling sedikit 5 lima program;
c. Jumlah Advokat paling sedikit 5 lima orang dan Paralegal yang
dimiliki paling sedikit 5 lima orang; d.
Pendidikan formal dan nonformal yang dimiliki Advokat paling rendah strata-I dan Paralegal yang telah mengikuti pelatihan Paralegal;
e. Jangkauan penanganan kasus atau lingkup wilayah Provinsi dan
KabupatenKota; f.
Status kepemilikan dan sarana prasarana kantor; g.
Kepengurusan lembaga lengkap; h.
Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga; i.
Laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi; j.
Nomor Pokok Wajib Pajak LembagaOrganisasi Bantuan Hukum; dan k.
Jaringan yang dimiliki LembagaOrganisasi Bantuan Hukum. Kategori C memiliki:
a. Jumlah kasus yang ditangani paling sedikit 1 satu tahun sebanyak 10
sepuluh kasus; b.
Jumlah program bantuan hukum nonlitigasi paling sedikit 3 tiga program;
c. Jumlah Advokat paling sedikit 1 satu orang dan Paralegal yang
dimiliki paling sedikit 3 tiga orang; d.
Pendidikan formal dan nonformal yang dimiliki Advokat paling rendah strata-I dan Paralegal yang telah mengikuti pelatihan Paralegal;
e. Jangkauan penanganan kasus atau lingkup wilayah Provinsi dan
KabupatenKota; f.
Status kepemilikan dan sarana prasarana kantor; g.
Kepengurusan lembaga lengkap; h.
Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga; i.
Laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi; j.
Nomor Pokok Wajib Pajak LembagaOrganisasi Bantuan Hukum; dan k.
Jaringan yang dimiliki LembagaOrganisasi Bantuan Hukum.
Universitas Sumatera Utara
69
Namun, dapatkah kita mempercayai bahwa pemberian akreditasi terhadap suatu LBH dilakukan dengan jujur dan independen? Sebab
akreditasi merupakan bentuk kemampuan dari sebuah LBH dan pengakuan dari Negara yang mempertunjukkan kepedulian Negara dalam
memberikan kualitas yang terbaik dalam pelayanan bantuan hukum cuma- cuma. Apabila dalam pelaksanaannya masih terjadi ketimpangan maka
tetap masyarakat yang tidak mampulah yang tetap sebagai korban.
C. Garis kemiskinan Dan Pemberian Bantuan Hukum Cuma-Cuma di Kota Medan