Landasan Teori Bantuan Hukum Cuma-Cuma

34 Bukti yang dimaksud dalam hal ini adalah Penerima Bantuan Hukum wajib melampirkan surat keterangan miskin dari Lurah, Kepala Desa, atau Pejabat yang setingkat di tempat tinggal Pemohon Bantuan Hukum.

D. Landasan Teori Bantuan Hukum Cuma-Cuma

Dasar teori yang mendasari dilaksanakannya bantuan hukum cuma- cuma di Indonesia adalah sebagai bentuk penghormatan kepada HAM dengan cara pemberian kesempatan yang sama kepada masyarakat tidak mampu dalam usaha mereka untuk mencapai apa yang dikehendakinya melalui jalan hukum. Paus Johanes XXII dalam suratnya yang terkenal secara tegas menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah suatu hak yang bukan diberi oleh masyarakat atau Negara. Hak asasi manusia menjadi milik manusia. Oleh karena itu, berlaku sampai Pemerintah, Negara atau Rezim Militer. Hak asasi manusia mengikuti kemana saja manusia pergi. Imigran tidak meninggalkan hak asasi manusianya di Negara asal mereka. 28 Oleh sebab itu, Negara Hukum rechtstaat baru tercapai kalau ada pengakuan terhadap demokrasi dan HAM. Bantuan hukum ditujukan kepada orang miskin seperti telah dijelaskan sebelumnya, memiliki hubungan erat dengan equality before the law dan access to legal counsel yang menjamin keadila bagi semua orang justice for all. Dasar teori tersebut didukung dengan diberlakukannya produk perundang-undangan yang pernah dan masih berlaku di Indonesia, yang antara lain adalah: 28 Frans Hendra Winarta, Op. Cit, Hal.76. Universitas Sumatera Utara 35 1. Pasal 27 Ayat 1 UUD Tahun 1945 Pasal ini menegaskan bahwa setiap warga Negara memiliki posisi atau kedudukan yang sama di hadapapan dan di dalam hukum maka Pemerintah memiliki kewajiban untuk menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan dengan tanpa pengecualian. 2. Pasal 34 UUD Tahun 1945 Pada pasal ini ditegaskan bahwa fakir miskin dan anak terlantar merupakan tanggung jawab dari Negara sehingga bantuan hukum yan diberikan Negara terhadap fakir miskin merupakan kewajiban oleh Negara terhadap fakir miskin tersebut. 3. Reglement op de Rechterlijke Organisatie en Het Belied der Justitie R.O Stb.1874 No.23 R.O mulai berlaku di Indonesia pada tanggal 1 Mei 1848 sebagai Peraturan yang mengatur tentang susunan Organisasi Peradilan dan beberapa kebijakan Peradilan pada masa itu yang didasarkan pada Pasal II Aturan Peralihan UUD Tahun 1945. Mengenai ketentuan bantuan hukum diatur secara khusus dalam Hoofdstuk Bab VI Pasal 185 s.d Pasal 192 dengan judul “Van de Advocaten en Procureus” atau diartikan sebagai dari pengacara dan pokrol yang mengatur tentang Advokat dan PengacaraPokrol. 4. Herziene Inlandsch Reglement HIR Stb.1941 No.44 HIR Stb.1941 No.44 merupakan hasil pembaharuan dari Inlandsch Reglement IR Stb.1848 No.16. Berlakunya peraturan ini didasarkan pada Universitas Sumatera Utara 36 ketentuan Pasal II Aturan Peralihan UUD Tahun 1945. Pada Peraturan ini, mengenai bantuan hukum dalam sengketa Perdata masih merupakan ketentuan yang mengikat sifatnya. Pada Pasal 237 HIR273 RBg juga diatur tentang barang siapa yang hendak berperkara baik sebagai penggugat maupun sebagai tergugat, tetapi tidak mampu menanggung biayanya, dapat memperoleh izin untuk berperkara dengan cuma-cuma. 5. Vertegenwoordiging van den Lande in Rechten Stb.1922 No.533 Peraturan vertegenwoordiging van den lande in rechten ini mengatur tentang tata cara bagaimana mewakili negara dimana Negara atau aparatur Negara bertindak di hadapan Pengadilan dalam keadaan sebagai penggugat maupun tergugat. Peraturan ini mayoritas mengatur ketentuan mengenai penyelesaian dalam bidang Perdata. 6. Regeling van De Bijstand En De Vertegenwordiging van Partijen In De Burgerlijke Zaken voor Landraden Stb.1927 No.496 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal 21 Oktober 1927 sebagai Peraturan yang mengatur tentang bantuan hukum dan perwakilan para pihak dalam sengketa Perdata pada Pengadilan Negeri, yang pada pokoknya mengatur tentang bantuan hukum dari orang yang diberi kuasa dalam hal bertindak atas nama si pemberi kuasa di muka Pengadilan dalam perkara Perdata. Peraturan ini dibentuk dengan tujuan agar menanggulangi para Pokrol dan Pengacara terkususnya dalam bidang Perdata sebab dalam bidang hukum Pidana jarang sekali ada Pokrol pada masa tersebut. 7. Undang-Undang No.1 Tahun 1950 dan Undang-Undang No.13 Tahun 1965 Universitas Sumatera Utara 37 Pada Undang-Undang No.1 Tahun 1950 tentang susunan, kekuasaan dan kewenangan Pengadilan Mahkamah Agung telah dinyatakan tidak berlaku lagi oleh Undang-Undang No.13 Tahun 1965 tentang Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum dan Mahkamah Agung. Undang-undang tersebut mengatur tentang masalah pengawasan terhadap para Advokat yang melakukan pelaksanaan pemberian bantuan hukum oleh Mahkamah Agung. 8. Undang-Undang No.14 Tahun 1970 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman Undang-Undang ini merupakan miles stone sejarah bantuan hukum dalam Pemerintahan Indonesia terutama Pemerintahan pada masa Orde Baru. Undang-Undang ini telah dicabut dan digantikan dengan Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman. Pada Undang-Undang ini ditetapkan mengenai ketentuan-ketentuan pokok tentang bantuan hukum yang sifatnya jauh lebih luas dari pada yang termaktub dalam kitab HIR, sehingga memungkinkan diadakannya pemberian bantuan hukum secara meluas dan efektif di Negara kita. Berkaitan dengan bantuan hukum pada undang-undang ini diatur secara khusus dalam Bab VII Pasal 35 s.d Pasal 38. 9. Penetapan Presiden RI No.16 Tahun 1963 Tentang Pembentukan Mahkamah Militer Luar Biasa MAHMILUB Penetapan ini kemudian ditingkatkan menjadi Undang-Undang No.5 Tahun 1969 Tentang Pernyataan Berbagai Penetapan Presiden Dan Peraturan Presiden sebagai undang-undang yang mengatur mengenai bantuan hukum Universitas Sumatera Utara 38 dalam pemeriksaan di MAHMILUB dalam Pasal 4. Penetapan ini lebih terfokus kepada bidang hukum Pidana. 10. Peraturan Menteri Kehakiman RI No.1 Tahun 1965 Tentang Pokrol Peraturan ini dikeluarkan atas dasar pertimbangan bahwa sebelum Undang-Undang tentang bantuan hukum terbentuk pada taraf revolusi maka perlu diadakan penertiban dalam rangka pemberian bantuan hukum terutama oleh Pokrol, sehingga jelas bahwa diadakannya Peraturan ini hanyalah sebagai suatu tindakan sementara guna mengadakan penertiban pelaksanaan bantuan hukum di Negara Indonesia. Peraturan ini dikeluarkan dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Pokok Kekuasaan Kehakiman yang lama yaitu Undang-Undang No.19 Tahun 1964 yang telah diganti dengan Undang- Undang No.14 Tahun 1970. 11. Surat Edaran Direktur Jenderal Pembinaan Badan-Badan Peradilan Departemen Kehakiman Tanggal 12 Oktober 1974 Surat Edaran Direktur Pembinaan Badan-Badan Peradilan Departemen Kehakiman No.0466Sek-DP74 tanggal 12 Oktober 1974 mengatur tentang pemberian bantuan hukum kepada Biro Bantuan Hukum Fakultas Hukum Negeri. Ketentuan tersebut pada saat itu menjadi landasan bagi pelaksanaan bantuan hukum oleh Fakultas-Fakultas Hukum Negeri dan sebagai dasar daripada berdirinya LembagaBiro Konsultasi dan Bantuan Hukum di berbagai Fakultas Hukum. Universitas Sumatera Utara 39 12. Keputusan Menteri Kehakiman No. M.02.UM.09.08 Tahun 1980 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Hukum Menteri Kehakiman memandang perlunya melaksanakan pemerataan bantuan hukum khususnya bagi mereka yang tidak mampu melalui badan Peradilan Umum. Ketentuan yang mengatur mengenai bantuan hukum terdapat dalam Pasal 1 s.d Pasal 8 pada keputusan ini. Peraturan ini mengatur bantuan hukum dalam perkara Pidana dan perkara Perdata pada hal pemerataan keadilan dan hak mendapatkan bantuan hukum. 13. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat jo. Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Cuma-Cuma. Sebagai salah satu Pemberi Bantuan Hukum, maka seorang Advokat wajib untuk memberikan bantuan hukum. Pasal 22 ayat 1 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 menegaskan bahwa Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada Pencari Keadilan yang tidak mampu. Selanjutnya untuk melaksanakan ketentuan Pasal 22 ayat 2, maka dibentuklah Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Cuma-Cuma. Dalam hal pemberian bantuan cuma-cuma terhadap suatu perkara-perkara yang dapat dimintakan bantuan hukum cuma-cuma meliputi perkara di bidang Pidana, Perdata, Tata Usaha Negara, dan Pidana Militer. Bantuan hukum secara cuma-cuma diberikan pula bagi perkara non litigasi di luar Pengadilan. 29 Undang-Undang ini disambut dengan suka cita sebagai suatu bentuk pengakuan akan eksistensi Advokat sebagai penegak hukum. Namun terdapat kegelisahan pada UU Advokat ini, dimana pada Pasal 31 diatur bahwa: “Setiap orang yang dengan sengaja menjalankan pekerjaan profesi Advokat, tetapi 29 Chintia Wirawan, “Implementasi Pemberian Bantuan Hukum Cuma-Cuma Pro Bono Publico Dalam Perkara Pidana Di Kota Medan Ditinjau Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum Studi Di Lembaga Bantuan Hukum Medan”, Dalam Jurnal Ilmiah Fakultas Hukum USU 2014. Universitas Sumatera Utara 40 bukan Advokat, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp.50.000.000,00.” Hal tersebut meresahkan karena menimbulkan diskriminasi para Pemberi Bantuan Hukum lainnya seperti Lembaga Bantuan Hukum LBH, LBH kampus dan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM yang memberikan bantuan hukum khususnya kepada masyarakat tidak mampu. Mahkamah Konstitusi kemudian mengeluarkan Putusan No.006PUU- II2004 yang dimuat dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2004, yang menetapkan bahwa Pasal 31 UU Advokat bertentangan dengan UUD Tahun 1945 sehingga tidak mempunyai hukum mengikat. 30 Putusan ini menggambarkan bahwa bantuan hukum merupakan hak Konstitusional dan kewajiban bagi Negara untuk mewujudkannya sehingga membuka jalan bagi pekerja bantuan hukum yang tergabung dalam berbagai bentuk organisasi bantuan hukum memberikan pelayanan kepada masyarakat tidak mampu 14. Undang-Undang No.4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman Dalam Undang-Undang ini, terkandung asas Peradilan berbiaya ringan dan asas persamaan perlakuan terhadap pihak-pihak yang berperkara, yaitu: 31 a. Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membedakan orang. Pasal 5 ayat 1. b. Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan Pasal 5 ayat 2. 30 Mitra Hukum Edisi 2, Jakarta: The Indonesian Legal Resource Center:2009, Hal.3. 31 http:www.pn-bangkalan.go.idlayanan-informasi.php?id=YmFudHVhbi1odWt1bQ==, diakses pada tanggal 5 Mei 2015. Universitas Sumatera Utara 41 c. Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum Pasal 37. Asas ini merupakan yang sangat baik apabila dilaksanakan dengan maksimal sebab tidak semua golongan masyarakat mampu untuk membayar biaya Advokat dan biaya administrasi Pengadilan. 15. Peraturan Pemerintah No.83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Cuma-Cuma Pedoman atau tata cara untuk mendapatkan bantuan hukum diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 83 Tahun 2008, dimana dalam Pasal 4 dalam Peraturan Pemerintah tersebut dinyatakan untuk memperoleh bantuan hukum bagi masyarakat pencari keadilan mengajukan permohonan tertulis kepada Advokat atau Lembaga Bantuan Hukum. 32 16. Undang-Undang No.16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum jo. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum Lahirnya Undang-Undang ini merupakan pertama kalinya di sepanajang sejarah Indonesia bantuan hukum disusun dan dibuat dalam suatu tatanan yang teratur dan pasti hal ini diharapkan dapat mewujudkan keadilan dan persamaan kedudukan di hadapan hukum bagi rakyat miskin. Menurut peraturan ini yang mana disebutkan dalam Pasal 4, setiap orang yang tersangkut perkara berhak untuk mendapatkan bantuan hukum baik dalam 32 Parningotan Tua Marbun, “Pedoman atau tata cara untuk mendapatkan bantuan hukum telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008, dimana dalam pasal 4 dalam Peraturan Pemerintah tersebut dinyatakan untuk memperoleh bantuan hukum bagi masyarakat pencari keadilan mengajukan permohonan tertulis kepada Advokat atau Lembaga Bantuan Hukum.”, Fakultas Hukum, Universtitas Atma Jaya, Jogjakarta, 2014, hal.10. Universitas Sumatera Utara 42 perkara Perdata, Pidana, maupun Tata Usaha Negara baik litigasi maupun non litigasi. Lewat peraturan ini juga, kedudukan Paralegal mendapatkan legitimasi formil dalam memberikan bantuan hukum kepada para pencari keadilan yang tidak mampu. Pengaturan di tingkat Internasional terdapat dalam berbagai instrument Internasional seperti: 33 a. World Conference on the Independence of Justice c.q Universal Declaration on the Independence of Justice yang berbunyi: “ it‟s a necessary corollary of the concept of an independent bar that its members shall make their services available to all sectors of society so that no one maybe denied justice, and shall promote the cause of justice by protecting the human rights, economic, social and cultural, as well as civil and political, of individuals and groups; Government shall be responsible for providing sufficient funding for legal service programmers for the poor; “lawyers engaged legal service programmers and organization, which are financed wholy or in part from public funds, shall receive adequate renumeration and enjoy full guarantees of their professional independence in particular by: 1 The direction of such programmers or organizations being entrusted to an independent board composed mainly or entirely of members of the proffesion, with full control over is policies, budget and staff; 2 Recognition that, in serving the cause of justice, the lawyer‟s primary duty is towards his client, whom be must advices and represent in conformity with his professional conscience and judgement”. 34 Terjemahan bebas: Pada Konferensi tingkat dunia tentang peradilan yang independen berdasarkan Deklarasi Universal tentang independensi dari pengadilan yang berbunyi bahwa merupakan konsekuensi yang diperlukan dari konsep independen yang anggotanya akan membuat layanan mereka tersedia untuk semua golongan masyarakat sehingga tidak ada yang mengabaikan keadilan, dan akan 33 Frans Hendra Winarta Buku II, Bantuan Hukum Di Indonesia Hak Untuk Di Dampingi Penasihat Hukum Bagi Semua Warga Negara, Jakarta:Gramedia, 2011, Hal.40. 34 Universal Declaration On The Independence of Justice, World Conference On The Independence of Justice,Montreal: CIJL Buletin, October 1983, hal.42. Universitas Sumatera Utara 43 meningkatkan keadilan dengan melindungi hak asasi manusia, ekonomi, sosial dan budaya, serta sipil dan politik, individu dan kelompok; Pemerintah bertanggung jawab untuk menyediakan dana yang cukup untuk program bantuan hukum bagi masyarakat miskin. Pengacara terlibat dalam program bantuan hukum dan organisasi, yang dibiayai seluruhnya atau sebagian dari dana publik akan menerima dukungan yang memadai dan menikmati kepastian penuh kemandirian profesional mereka khususnya dengan: Arah pelaksanaan bantuan hukum atau organisasi seperti yang dipercayakan kepada dewan independen terdiri dari sebagian atau seluruhnya dari tenaga ahli, dengan kontrol penuh atas penetapan kebijakan, anggaran dan staf; Pengakuan terhadap pelayanan keadilan, tugas utama pengacara adalah bertanggungjawab kepada kliennya, memberi nasihat dan mewakili sesuai dengan hati nurani, profesional dan tanggung jawab. b. Eight United Nations Congress on the Prevention Of Crime and TheTreatment of Offenders pada bagian b. Other Instrument adopted by the congress tepatnya pada bagian 3. Basic Principles on The Role of Lawyers tentang Acces to Lawyers and Legal Services: 1 “All person are entitled to call upon the assistance of a lawyer of their choice to protect and establish their rights and to defend them in all stages of criminal proccedings”; 2 Government shall ensure that efficient procedure and responsive mechanisme for effective and equal access to lawyers, are provided for all person within their territory and subject to their jurisdiction, without distinction of any kind, such as discrimination based on race, colour, ethnic, colour origin, sex, language, religion, political, or other opinion, national or social origin, property, birth economic or other status”; 3 “government shall ensure the provision of sufficient funding and other resources for legal services to the poor and, as necessary, to other disanvantages person. Professional association of lawyer shall cooperate in the organization and provision of services, facilities and other resources”; 4 “government and professional association of lawyer shall promote programmes to inform the public about their rights and duties under the law and the important role of lawyers in protecting their fundamental freedoms. Special as to enable them to assert rights and where necessary call upon the assistance of lawyers” 35 Terjemahan bebas: Pada Kongres VIII PBB tentang pencegahan kejahatan dan perjanjian dengan terdakwa pada bagian b. Instrumen lain yang diadopsi oleh Kongres tepatnya pada Bagian 3. Prinsip dasar terhadap peran Pengacara tentang akses Pengacara dan pelayanan hukum yaitu: Semua orang memohon bantuan dari seorang Pengacara 35 United Nations, Eight United Nations Congress on The Preention of Crime and The Treatment of Offenders, New York:1991, Hal. 120. Universitas Sumatera Utara 44 pilihan mereka untuk melindungi dan mempertahankan hak-hak mereka dan membela mereka di semua tahap penyelesaian perkara dan Pemerintah harus memastikan bahwa prosedur yang efisien dan mekanisme yang responsif untuk akses yang efektif dan sama oleh Pengacara, disediakan untuk semua orang di dalam wilayah mereka dan tunduk pada yurisdiksi mereka, tanpa pembedaan apapun, seperti diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, etnis, asal warna, jenis kelamin, bahasa, agama, politik, atau pendapat lain, asal-usul kebangsaan atau sosial, kekayaan, kelahiran atau status ekonomi lainnya. Pemerintah harus menjamin penyediaan dana yang cukup dan sumber daya lain untuk jasa hukum kepada orang miskin dan, jika perlu, untuk orang tidak mampu lainnya Pemerintah dan asosiasi lembaga penyedia bantuan hukum akan mempromosikan program untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang hak dan kewajiban mereka dalam hukum dan peran penting dari Pengacara dalam melindungi kebebasan fundamental mereka. c. Universal Declaration of Human Rights Khususnya dalam pasal-pasal berikut: Pasal 5 : “No one shall be subjected to tortue or to cruel, inhuman or degrading treatment or punishment”. Pasal 6 : “ every one has the right to recognition everywhere as a person before the law”. Pasal 7 : “all are equal before the law and are entitled to equal protection against any discrimination in violation of this Declaration and against any incitement to such discrimination”. 36 d. International Covenant on Civil and Political Rights khususnya dalam pasal-pasal berikut: Pasal 16 : “everyone shall have the right to recognition every where as a person before the law”; Pasal 26 : “ all persons are equal before the law and are entitled without any discrimination to the equal protection of law. In this respect, the law shall prohibit any discrimination and guarantee to all persons, equal and effective protection against discrimination on any ground such as race, colour, sex, language, religion, political or other opinion, national or social origin, property; birth or other status”. Terjemahan bebas: Pada Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia khususnya pada Pasal 5 bahwa tidak seorangpun pantas disiksa atau dianiaya, tidak manusiawi atau perlakuan seenaknya. Pasal 6, bahwa setiap orang berhak atas pengakuan yang sama di hadapan hukum serta Pasal 7 yaitu bahwa semua orang sama di depan hukum dan berhak atas perlindungan yang sama terhadap setiap diskriminasi yang melanggar 36 United Nations, Universal Declaration of Human Rights,San Fransisco:1948, Hal 4-9. Universitas Sumatera Utara 45 Deklarasi ini dan terhadap setiap hasutan untuk melakukan semacam diskriminasi. Pada Konvensi Internasional tentang hak sipil dan politik terdapat pada Pasal 16 bahwa setiap orang berhak atas pengakuan di hadapan hukum dimanapun orang tersebut berada; serta pada Pasal 26 yaitu semua orang adalah sama di depan hukum dan berhak tanpa diskriminasi atas perlindungan hukum yang sama. Dalam hal ini, hukum harus melarang diskriminasi apapun dan jaminan bagi semua orang, perlindungan yang sama dan efektif terhadap diskriminasi atas dasar apapun seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pendapat lain, asal-usul kebangsaan atau sosial, kekayaan; kelahiran atau status lainnya. Selain hal-hal tersebut, Pemerintah telah meratifikasi Convention Against and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment of Punisment pada tanggal 28 September 1998 yang berupa Resolusi PBB No. 3940 tanggal 10 Desember 1984. Dengan didasarkan pada teori penghormatan kepada HAM yang berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang telah dijabarkan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa telah menjadi suatu kepastian bahwa bantuan hukum di Indonesia merupakan suatu kepastian yang wajib adanya dan telah menjadi hak dari setiap rakyat yang tidak mampu untuk mendapatkan bantuan hukum cuma-cuma sebagai implementasi teori tersebut. Universitas Sumatera Utara 46

BAB III PERKEMBANGAN BANTUAN HUKUM CUMA-CUMA DI INDONESIA

A. Sejarah Bantuan Hukum Cuma-cuma di Indonesia

Dokumen yang terkait

Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-cuma Kepada Anak Golongan Masyarakat Kurang Mampu Yang Berkonflik Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan)

2 53 120

PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA TERHADAP PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA TERHADAP MASYARAKAT MISKIN PADA PERADILAN PIDANA.

0 2 11

PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA BAGI TERDAKWA YANG TIDAK MAMPU DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA.

0 1 20

PELAKSANAAN BANTUAN HUKUM DALAM BERACARA SECARA CUMA - CUMA (PRODEO) OLEH LEMBAGA BANTUAN HUKUM (LBH) PADANG.

0 1 15

PELAKSANAAN BANTUAN HUKUM DALAM BERACARA SECARA CUMA - CUMA (PRODEO) OLEH LEMBAGA BANTUAN HUKUM (LBH) PADANG - Repositori Universitas Andalas

0 2 1

Tinjauan Yuridis Terhadap Penerapan Bantuan Hukum Cuma-Cuma Bagi Pencari Keadilan Tidak Mampu Dalam Perkara Perdata (Studi: Pos Bantuan Hukum Yayasan LBH-PK “Persada” di Peradilan Umum)

0 0 8

Tinjauan Yuridis Terhadap Penerapan Bantuan Hukum Cuma-Cuma Bagi Pencari Keadilan Tidak Mampu Dalam Perkara Perdata (Studi: Pos Bantuan Hukum Yayasan LBH-PK “Persada” di Peradilan Umum)

0 0 1

Tinjauan Yuridis Terhadap Penerapan Bantuan Hukum Cuma-Cuma Bagi Pencari Keadilan Tidak Mampu Dalam Perkara Perdata (Studi: Pos Bantuan Hukum Yayasan LBH-PK “Persada” di Peradilan Umum)

0 0 16

Tinjauan Yuridis Terhadap Penerapan Bantuan Hukum Cuma-Cuma Bagi Pencari Keadilan Tidak Mampu Dalam Perkara Perdata (Studi: Pos Bantuan Hukum Yayasan LBH-PK “Persada” di Peradilan Umum)

0 0 29

Tinjauan Yuridis Terhadap Penerapan Bantuan Hukum Cuma-Cuma Bagi Pencari Keadilan Tidak Mampu Dalam Perkara Perdata (Studi: Pos Bantuan Hukum Yayasan LBH-PK “Persada” di Peradilan Umum)

0 0 5