Intelektual Kesusastraan Tradisi Melayu

17 membantu ekonomi keluarga dengan berdagang kecil-kecilan di Pasar Ulakan tempat ramainya orang melakukan ziarah ke makam Syekh Burhanuddin. Kecamatan Ulakan Tapakis sekarang dibagi menjadi 12 Korong dipimpin oleh seorang Wali Korong yang lebih banyak hanya mengurus masalah administrasi pemerintahan, sedangkan masalah sosial kemasyarakatan masih dipegang kuat oleh pemilik wilayah atau kalangan ninik mamak yang berbingkah tanah.

2.4 Intelektual Kesusastraan Tradisi Melayu

Tradisi keintelektualan Melayu dapat dilihat pada hasil-hasil kesusasteraan yang terdiri dari bentuk lisan dan tulisan. Bentuk lisan dan tulisan berkembang secara terus- menerus selaras dengan perkembangan zaman Melayu. Sastera lisan misalnya yang diturunkan dari satu generasi kepada generasi berikutnya melalui proses sosialisasi anggota masyarakat ia menjadi satu unsur local genius kebijaksanaan di suatu tempatan, ia juga memperlihatkan kekreatifan dan kebijaksanaan berfikir anggota masyarakatnya. Bentuk-bentuk sastra lisan itu misalnya cerita penglipur lara, cerita jenaka, cerita nasihat, cerita binatang, mitos, legenda, cerita asal-usul dan lain-lain. Bentuk-bentuk ucapan lisan yang lain seperti pantun, peribahasa, simpulan bahasa, pepatah-petitih, seloka, dan seumpamanya yang kemudiannya didokumentasikan dalam bentuk tulisan, menampakkan ciri-ciri akal budi dan kebijaksanaan orang Melayu menangani segala sikap dan prilaku kehidupan yang dihasilkan oleh proses pengintelektualan orang Melayu sepanjang zaman. Universitas Sumatera Utara 18 Suku Malayu atau Suku Melayu Minang adalah salah satu suku yang tergolong banyak populasinya dalam kelompok suku Minangkabau. Suku Malayu sudah semenjak lama diakui sebagai bagian dari suku bangsa Minangkabau itu sendiri. Mereka menganut adat Minangkabau yang matrilineal, mempunyai pemuka-pemuka adat atau penghulu yang disebut Datuk dan hidup bersuku-suku menurut garis ibu. Kalau mereka ditanya, mereka tentu akan menjawab bahwa mereka adalah orang Minang atau orang Padang, bukan orang Melayu di luar Minang seperti Melayu Riau, Melayu Jambi, Melayu Bengkulu, Melayu Palembang, Melayu Malaysia dan Melayu-melayu lainnya. Suku Malayu umumnya menganut adat Lareh Koto Piliang namun ada pula yang memadukan kedua sistem adat di Minangkabau yaitu Lareh Koto Piliang dan Lareh Bodi Caniago tergantung di nagari mana mereka tinggal. Suku Melayu menyebar hampir ke seluruh wilayah Minangkabau baik luhak darek maupun rantau. Di Sungai Pagu Muara Labuh, Sangir dan sekitarnya, raja alam dipegang oleh Suku Melayu dengan gelar Yang Dipertuan Raja Disembah. Di Renah Indo Jati termasuk Inderapura, Tapan, Lunang, Silaut dan Mukomuko, penduduknya juga mayoritas bersuku Malayu dengan berbagai pecahannya. Di Tanah Datar, Sijunjung dan Pasaman, suku Mandailiang juga merupakan kerabat Suku Malayu. Begitu pula di Solok, Suku Malayu juga tergolong mayoritas. Keluarga raja Pagaruyung juga bersuku Malayu Kampung Dalam. Di beberapa daerah di Minangkabau luhak dan rantau, Suku Malayu disebut sebagai suku raja seperti di Air Bangis, Lunang, Inderapura, Sungai Pagu dan Ampek Angkek Agam. Suku Malayu di Minangkabau awalnya berasal dari Melayu luar wilayah Minangkabau yang datang ke wilayah Minangkabau bersamaan dengan pemindahan pemerintahan Kerajaan Malayu Darmasraya ke pedalaman Minangkabau di Pagaruyung Universitas Sumatera Utara 19 dan menerima pengakuan sebagai orang Minang sehingga mereka bersuku sebagaimana suku-suku di Minangkabau. Dipercaya Suku Malayu dibawa dan didorong oleh Adityawarman untuk menyebar ke seluruh wilayah Minangkabau bersama suku Minangkabau lainnya.

2.5 Pendekatan Sejarah Sastra