32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian efek toksik ekstrak etanol herba selada air Nasturtium officinale R. Br., dilakukan terhadap mencit jantan dan betina. Pada penelitian
ini, dosis ekstrak etanol herba selada air yang digunakan: 50, 500, 1000, 2000, dan 4000 mgkg bb. Pengamatan dilakukan selama 14 hari meliputi pengamatan gejala
toksik, berat badan, kematian hewan, berat organ relatif, serta pemeriksaan makropatologi dan histopatologi organ hati mencit.
4.1 Hasil Pengamatan Gejala Toksik
Pengamatan terhadap pengujian efek toksik dilakukan pada setiap kelompok, efek toksik yang terjadi diamati dibandingkan dengan kontrol. Waktu
pengamatan adalah adalah 5 menit, 10 menit, 15 menit, 30 menit, 60 menit, 120 menit, 180 menit dan 240 menit. Total waktu pengamatan adalah 4 jam.
Pengamatan efek toksik yang timbul dilakukan pengujian yang meliputi uji panggung, uji katalepsi, uji urinasi, uji defekasi dan uji salivasi. Hasil pengujian
dapat dilihat pada Tabel 4.1 hasil uji panggung, Tabel 4.2 hasil uji katalepsi, Tabel 4.3 hasil uji urinasi, Tabel 4.4 hasil uji defekasi dan Tabel 4.5 hasil uji
salivasi.
33
Tabel 4.1 Hasil uji panggung
No. Dosis
Waktu menit Jenis
Kelamin 5
10 15
30 60
120 180
240 1.
K Jantan
- -
- -
- -
- -
Betina -
- -
- -
- -
- 2.
P1 Jantan
- -
- -
- -
- -
Betina -
- -
- -
- -
- 3.
P2 Jantan
- -
- -
- -
- -
Betina -
- -
- -
- -
- 4.
P3 Jantan
- -
- -
- -
- -
Betina -
- -
- -
- -
- 5.
P4 Jantan
- -
- -
- -
- -
Betina -
- -
- -
- -
- 6.
P5 Jantan
- -
- -
- -
- -
Betina -
- -
- -
- -
-
Keterangan: K = kontrol; P1 = dosis 50 mgkg bb; P2 = dosis 500 mgkg bb; P3 = dosis 1000 mgkg bb; P4= dosis 2000 mgkg bb; P5 = dosis
4000 mgkg bb; - = tidak menunjukkan penurunan aktivitas motorik; + = menunjukkan penurunan aktivitas motorik
Berdasarkan Tabel 4.1 pada uji panggung menunjukkan bahwa mencit jantan dan betina setelah pemberian EEHSA masih dalam keadaan normal, tidak
ditemukan gejala toksik pada semua kelompok berupa penurunan aktivitas motorik mencit ditandai dengan abduksi yaitu kaki terbuka karena adanya depresi
SSP, ataksia sempoyongan dan reaksi refleks yaitu ketidakmampuan mencit membalikan dirinya apabila diletakkan dengan punggung yang tebalik
Pudjiastuti, 2009.
34
Tabel 4.2 Hasil uji katalepsi
No. Dosis
Waktu menit Jenis
Kelamin 5
10 15
30 60
120 180
240 1.
K Jantan
- -
- -
- -
- -
Betina -
- -
- -
- -
- 2.
P1 Jantan
- -
- -
- -
- -
Betina -
- -
- -
- -
- 3.
P2 Jantan
- -
- -
- -
- -
Betina -
- -
- -
- -
- 4.
P3 Jantan
- -
- -
- -
- -
Betina -
- -
- -
- -
- 5.
P4 Jantan
- -
- -
- -
- -
Betina -
- -
- -
- -
- 6.
P5 Jantan
- -
- -
- -
- -
Betina -
- -
- -
- -
-
Keterangan: K = kontrol; P1 = dosis 50 mgkg bb; P2 = dosis 500 mgkg bb; P3 = dosis 1000 mgkg bb; P4= dosis 2000 mgkg bb; P5 = dosis
4000 mgkg bb; - = kaki depan mencit mudah mencapai permukaan meja; + = kaki depan mencit tidak mudah mencapai permukaan
meja
Berdasarkan Tabel 4.2 pada uji katalepsi menunjukkan mencit jantan dan betina setelah pemberian EEHSA masih dalam keadaan normal yaitu mudahnya
kaki depan mencit mencapai permukaan meja yang ditaruh pada pensil yang digerakan dari atas ke bawah. Kaki depan mencit yang susah digerakkan
menunjukkan adanya gangguan neurologi yaitu adanya reaksi ketegangan kekakuan, tremor yaitu mencit terlihat gemetar dan kejang yang disebabkan
adanya stimulasi SSP Pudjiastuti, 2009.
35
Tabel 4.3 Hasil uji urinasi
No. Dosis
Waktu menit Jenis
Kelamin 5
10 15
30 60
120 180
240 1.
K Jantan
- +
+ +
+ +
+ +
Betina -
- -
+ +
+ +
+ 2.
P1 Jantan
- +
+ +
+ +
+ +
Betina -
+ -
+ +
+ +
+ 3.
P2 Jantan
- +
+ +
+ +
+ +
Betina -
- +
- +
+ +
+ 4.
P3 Jantan
- +
+ +
+ +
+ +
Betina -
- +
+ +
+ +
+ 5.
P4 Jantan
- -
+ +
+ +
+ +
Betina -
- +
+ +
+ +
+ 6.
P5 Jantan
- -
+ +
+ +
+ +
Betina -
- -
+ +
+ +
+
Keterangan: K = kontrol; P1 = dosis 50 mgkg bb; P2 = dosis 500 mgkg bb; P3 = dosis 1000 mgkg bb; P4= dosis 2000 mgkg bb; P5 = dosis
4000 mgkg bb; - = tidak ada pengeluaran urin; + = adanya pengeluaran urin
Berdasarkan Tabel 4.3 pada uji urinasi umumnya menunjukkan bahwa mencit jantan dan betina setelah pemberian EEHSA masih dalam keadaan normal
pada semua kelompok, yaitu mencit masih mengeluarkan urin sebagaimana mestinya dan tidak ada perbedaan yang signifikan pada semua kelompok.
Pengeluaran urin yang berlebihan menunjukkan adanya sifat muskarinik Pudjiastuti, 2009. Pengeluaran urin juga dapat dipengaruhi oleh sifat ekstrak
yang memiliki aktivitas sebagai diuretik Ginting et al., 2014.
36
Tabel 4.4 Hasil uji defekasi
No. Dosis
Waktu menit Jenis
Kelamin 5
10 15
30 60
120 180
240 1.
K Jantan
- +
+ +
+ +
+ +
Betina -
+ -
+ +
+ +
+ 2.
P1 Jantan
- +
+ +
+ +
+ +
Betina -
+ -
+ +
+ +
+ 3.
P2 Jantan
- +
+ +
+ -
+ +
Betina -
+ +
+ -
+ +
+ 4.
P3 Jantan
- +
- +
+ +
+ +
Betina -
- +
+ +
+ +
+ 5.
P4 Jantan
- +
+ +
+ +
+ +
Betina -
+ +
+ +
+ +
+ 6.
P5 Jantan
- +
- +
+ +
+ +
Betina -
+ +
+ +
+ +
+
Keterangan: K = kontrol; P1 = dosis 50 mgkg bb; P2 = dosis 500 mgkg bb; P3 = dosis 1000 mgkg bb; P4= dosis 2000 mgkg bb; P5 = dosis
4000 mgkg bb; - = tidak ada pengeluaran feses; + = adanya pengeluaran feses
Berdasarkan Tabel 4.4 pada uji defekasi yaitu pengeluaran tinja menunjukkan bahwa mencit setelah pemberian EEHSA masih dalam keadaan
normal, tidak ada perbedaan yang signifikan pada semua kelompok. Mencit jantan dan betina tidak mengalami diare setelah pemberian EEHSA. Diare menunjukkan
adanya tanda-tanda muskarinik Pudjiastuti, 2009 dan merupakan salah satu gejala toksik Retnomurti, 2008.
37
Tabel 4.5 Hasil uji salivasi
No. Dosis
Waktu menit Jenis
Kelamin 5
10 15
30 60
120 180
240 1.
K Jantan
- -
- -
- -
- -
Betina -
- -
- -
- -
- 2.
P1 Jantan
- -
- -
- -
- -
Betina -
- -
- -
- -
- 3.
P2 Jantan
- -
- -
- -
- -
Betina -
- -
- -
- -
- 4.
P3 Jantan
- -
- -
- -
- -
Betina -
- -
- -
- -
- 5.
P4 Jantan
- -
- -
- -
- -
Betina -
- -
- -
- -
- 6.
P5 Jantan
- -
- -
- -
- -
Betina -
- -
- -
- -
-
Keterangan: K = kontrol; P1 = dosis 50 mgkg bb; P2 = dosis 500 mgkg bb; P3 = dosis 1000 mgkg bb; P4= dosis 2000 mgkg bb; P5 = dosis
4000 mgkg bb; - = tidak ada pengeluaran saliva; + = adanya pengeluaran saliva
Berdasarkan Tabel 4.5 pada uji salivasi yaitu pengeluaran saliva menunjukkan bahwa mencit jantan dan betina setelah pemberian EEHSA masih
dalam keadaan normal, tidak ditemukan pengeluaran saliva yang merupakan gejala toksik pada mencit jantan dan betina pada semua kelompok. Pengeluaran
saliva yang berlebihan menunjukkan adanya sifat muskarinik Pudjiastuti, 2009.
4.2 Hasil Pengamatan Berat Badan