Sahnya Suatu Perjanjian Kredit

perjanjian lain yang mengikutinya, misalnya perjanjian pengikatan jaminan; 2. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak dan kewajiban diantara debitur dan kreditur; 3. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit.

C. Sahnya Suatu Perjanjian Kredit

Syarat sahnya perjanjian yang dikaji berdasarkan hukum kontrak yang terdapat dalam KUHPerdata diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata yang menentukan empat syarat sahnya perjanjian, yaitu: 59 1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian; 3. Suatu hal tertentu; 4. Suatu sebab yang halal. Mengenai syarat-syarat sahnya suatu perjanjian tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kesepakatan teostemingizin kedua belah pihak. Syarat yang pertama sahnya kontrak adalah adanya kesepakatan atau consensus pada pihak. Kesepakatan ini diatur dalam Pasal 1320 ayat 1 KUHPerdata. Yang dimaksud kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak satu orang atau lebih dengan pihak lainnya. Yang sesuai itu adalah pernyataannya. Karena kehendak itu tidak dapat dilihatdiketahui orang lain. 59 Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pada dasarnya sebelum para pihak sampai pada kesepakatan mengenai hal- hal tersebut, maka salah satu atau lebih pihak dalam perjanjian tersebut akan menyampaikan terlebih dahulu suatu bentuk pernyataan mengenai apa yang dikehendaki oleh pihak tersebut dengan segala macam persyaratan yang mungkin dan diperkenankan oleh hukum untuk disepakati oleh para pihak. Pernyataan yang disampaikan tersebut dikenal dengan nama “penawaran”. Jadi penawaran itu berisikan kehendak dari salah satu atau lebih pihak dalam perjanjian, yang disampaikan kepada lawan pihaknya, untuk memperoleh persetujuan dari lawan pihaknya tersebut. 60 Kesepakatan ini dapat terjadi dengan berbagai cara, namun yang paling penting adalah adanya penawaran dan penerimaan atas penawaran tersebut. Cara- cara untuk terjadinya penawaran dan penerimaan dapat dilakukan secara tegas maupun dengan tidak tegas, yang penting dapat dipahami atau dimengerti oleh para pihak bahwa telah terjadi penawaran dan penerimaan. 61 Dengan adanya kata sepakat, maka perjanjian itu telah ada. Sejak saat itu pula perjanjian mengikat kedua belah pihak dan dapat dilaksanakan. Meskipun perjanjiannya tidak dilakukan secara tertulis, tetap dapat dilaksanakan. 62 Ada lima cara terjadinya persesuaian pernyataan kehendak, yaitu dengan: 63 60 Kartini Muljadi Gunawan Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, h. 95. 61 Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, h. 14. 62 Gatot Supramono, Perbankan Dan Masalah Kredit, Djambatan, Jakarta, 1995, h. 37. 63 Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, h. 33 a. Bahasa yang sempurna dan tertulis; b. Bahasa yang sempurna secara lisan; c. Bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima pihak lawan. Karena dalam kenyataannya sering kali seseorang menyampaikan dengan bahasa yang tidak sempurna tetapi dimengerti oleh pihak lawannya; d. Bahasa isyarat asal dapat diterima pihak lawannya; e. Diam atau membisu, tetapi asal dipahami atau diterima pihak lawan. Pada dasarnya, cara yang paling banyak dilakukan oleh para pihak, yaitu dengan bahasa yang sempurna secara lisan dan secara tertulis. Tujuan pembuatan secara tertulis adalah agar memberikan kepastian hukum bagi para pihak dan sebagai alat bukti yang sempurna, di kala timbul sengketa di kemudian hari. 64 Pemohon calon nasabah tidak akan dapat melakukan penarikan kredit, bila tidak ada pernyataan sepakat dari bank bahwa pemohon sudah boleh menarik kreditnya. Lahirnya kata sepakat adalah setelah bank memutuskan menyetujui permohonan kredit, disini lahirnya perjanjian kredit. Adapun perjanjian kredit harus dibuka dalam bentuk tertulis, sebenarnya hanya merupakan formalitas, untuk kepentingan administrasi dan kepentingan pembuktian apabila ada masalah di kemudian hari. 65 2. Kecakapan bertindak. Kecakapan bertindak adalah kecakapan atau kemampuan utuk melakukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akan menimbulkan 64 Ibid. 65 Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan di Bidang Yuridis,Rineka Cipta, Jakarta, 2009, h. 168. akibat hukum. Orang-orang yang akan mengadakan perjanjian haruslah orang- orang yang cakap dan mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum, sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang. Orang yang cakap dan berwenang untuk melakukan perbuatan hukum orang yang sudah dewasa. Ukuran orang dewasa adalah telah berumur 21 tahun atau telah kawin. Orang yang tidak berwenang untuk melakukan perbuatan hukum, yaitu: 66 a. Anak yang dibawah umur minderjarigheid; b. Orang yang ditaruh dibawah pengampunan; dan c. Istri Pasal 1330 KUH Perdata. Akan tetapi sejalan dengan perkembangan zaman istri dapat melakukan perbuatan hukum, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 31 UU Nomor 1 tahun 1974 jo. Sema No. 3 tahun 1963. 3. Hal Tertentu. Syarat ketiga mengenai sahnya perjanjian adalah hal tertentu. Di sini yang dimaksudkan bahwa objek perjanjian harus tertentu. Ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata memberi petunjuk, bahwa dalam perjanjian yang menyangkut tentang barang, paling sedikit ditentukan tentang jenisnya, sedangkan mengenai jumlahnya dapat ditentukan kemudian. Di dalam berbagai literatur disebutkan bahwa yang menjadi objek perjanjian adalah prestasi pokok perjanjian. Prestasi adalah apa yang menjadi 66 Salim H.S, Op. cit, h. 34 kewajiban debitur dan apa yang menjadi hak kreditur. Prestasi ini terdiri dari perbuatan positif dan negatif. Prestasi terdiri atas: 67 a. Memberikan sesuatu; b. Berbuat sesuatu; dan c. Tidak berbuat sesuatu Pasal 1234 KUHPerdata. Misalnya, jual beli rumah. Yang menjadi prestasipokok perjanjian adalah menyerahkan hak milik atas rumah dan menyerahkan uang harga dari pembelian rumah itu. Contoh lainnya, dalam perjanjian kerja maka yang menjadi pokok perjanjian adalah melakukan pekerjaan dan membayar upah. Prestasi itu harus dapat ditentukan, dibolehkan, dimungkinkan, dan dapat dinilai dengan uang. Dapat ditentukan artinya di dalam mengadakan perjanjian, isi perjanjian harus dipastikan dalam arti dapat ditentukan secara cukup. Misalnya, A membeli lemari kepada B dengan harga Rp 500.000,-. Ini berarti bahwa objeknya itu adalah lemari, bukan benda lainnya. 4. Sebab yang halal. Untuk mengetahui syarat sebab yang halal, adalah dengan melihat dasar timbulnya sebuah perjanjian. Bagaimana sebuah perjanjian dapat terjadi. Apa yang menjadi latar belakang sampai terjadinya perjanjian. Hal ini yang dimaksud oleh KUHPerdata, padahal yang sesungguhnya adalah persoalan itikad baik dalam membuat perjanjian. 68 67 Ibid. 68 Gatot Supramono, Op. cit, h. 170. Dalam Pasal 1320 KUHPerdata tidak dijelaskan pengertian oorzaak causa yang halal. Di dalam Pasal 1337 KUHPerdata hanya disebutkan causa yang terlarang. Satu sebab adalah terlarang apabila bertentangan dengan Undang- Undang, Kesusilaan, dan Ketertiban Umum. Hograad sejak tahun 1927 mengartikan oorzaak sebagai sesuatu yang menjadi tujuan para pihak. Contoh A menjual sepeda motor kepada B akan tetapi sepeda motor yang dijual oleh A itu adalah barang hasil curian. Jual beli seperti itu tidak menjadi tujuan dari pihak B karena B menginginkan barang yang dibelinya itu adalah barang yang sah. Syarat yang pertama dan kedua disebut syarat objektif, karena menyangkut pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. Sedangkan syarat ketiga dan keempat disebut syarat objektif, karena menyangkut objek perjanjian. Apabila syarat pertama dan kedua tidak terpenuhi maka perjanjian itu dapat dibatalkan. Artinya, bahwa salah satu pihak dapat mengajukan kepada Pengadilan untuk membatalkan perjanjian yang disepakatinya. Tetapi apabila para pihak tidak ada yang keberatan maka perjanjian itu tetap dianggap sah. Syarat ketiga dan keempat tidak terpenuhi maka perjanjian itu batal demi hukum. Artinya, bahwa dari semula perjanjian itu dianggap tidak ada.

D. Berakhirnya Perjanjian Kredit

Dokumen yang terkait

Mekanisme objek agunan kredit pada Bank Rakyat Indonesia dengan jaminan surat keputusan pegawai negeri sipil dilingkungan pemerintahan daerah khusus ibukota Jakarta

0 8 104

TINJAUAN YURIDIS SURAT KEPUTUSAN PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAI JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT (Studi pada PT. Bank Lampung di Kota Bandar Lampung)

2 29 55

ASPEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT KEPUTUSAN PEGAWAI NEGERI SIPIL ASPEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT KEPUTUSAN PEGAWAI NEGERI SIPIL (Studi di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Solo Slamet Riyadi Unit Palur).

0 1 12

Cover Tinjauan Yuridis Mengenai Perjanjian Pemberian Kredit Dengan Jaminan Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil

0 0 9

Abstract Tinjauan Yuridis Mengenai Perjanjian Pemberian Kredit Dengan Jaminan Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil

0 0 1

Chapter I Tinjauan Yuridis Mengenai Perjanjian Pemberian Kredit Dengan Jaminan Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil

0 0 16

Chapter II Tinjauan Yuridis Mengenai Perjanjian Pemberian Kredit Dengan Jaminan Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil

0 1 31

Reference Tinjauan Yuridis Mengenai Perjanjian Pemberian Kredit Dengan Jaminan Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil

0 0 4

Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Macet Dalam Perjanjian Kredit Perbankan Dengan Jaminan Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (Studi Pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Lubuk Pakam)

0 0 6

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT PERBANKAN A. Istilah, Pengertian Dan Dasar Hukum Kredit Perbankan - Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Macet Dalam Perjanjian Kredit Perbankan Dengan Jaminan Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil

0 0 24