diperhitungkan dan dapat dipercaya masyarakat. Maka daripada itu dapat diperluas pengertiannya bahwa terdapat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan konsumen
sehingga memutuskan untuk memilih toko baju bekas impor New Look pembangunan USU, Medan sebagai tempat untuk membeli pakaian bekas impor.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitia dengan
judul “Analisis Faktor-Faktor Perilaku Konsumen Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Produk Baju Bekas Impor Studi kasus Pada Toko Baju New Look”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari hasil pemantauan yang telah dilakukan pada toko baju New Look Pembangunan
USU, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi konsumen dalam membeli produk baju bekas
impor?” 1.3 Batasan Masalah
Untuk membatasi lingkup penelitian maka peneliti memberi batasan masalah. Adapun faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah faktor pribadi yang terdiri dari gaya
hidup, situasi ekonomi pendapatan, dan karakteristiik konsep diri serta faktor harga
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor perilaku konsumen dalam membeli produk baju bekas impor pada toko baju New Look.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk melatih meningkatkan dan
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta lebih mengerti dan memahami teori-teori dari selama proses perkuliahan yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
2. Bagi pemilik usaha, dapat memberikan kontribusi berupa masukan yang berguna bagi toko baju New Look Pembangunan USU.
3. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan Program Studi Administrasi Bisnis, penelitian ini sebagai bahan masukan bagi fakultas dan jurusan untuk menjadi bahan referensi
tambahan bagi mahasiswa dan mahasiswi di masa mendatang. Serta dapat memberikan sumbangan kepustakaan yang berupa informasi tambahan yang berguna dan memberikan
sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang mempunyai permasalahan yang sama atau ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen
Proses dalam pembelian baju bekas impor, dapat diprediksi dengan mengetahui bagaimana perilaku konsumen dalam mengkonsumsi produk tersebut. Banyak para ahli
mendefinisikan tentang perilaku konsumen seperti yang dikemukakan sebagai berikut. Menurut Solomon 2000, perilaku konsumen adalah studi yang meliputi proses ketika
individu atau kelompok tertentu membeli, menggunakan atau mengatur produk, jasa, ide atau pengalaman untuk memenuhi kebutuhan dan hasrat.
Menurut Schiffman dan Kanuk 1997, Ilmu perilaku konsumen merupakan ilmu tentang bagaimana individu mengambil suatu
keputusan dalam menggunakan sumberdaya yang dimilikinya yaitu waktu, tenaga, dan uang untuk mengkonsumsi sesuatu, termasuk mempelajari apa, mengapa, kapan, dan
dimana seseorang membeli, serta seberapa sering seseorang membeli dan menggunakan suatu produk dan jasa.
Peter dan Olson 1999 menyatakan bahwa : a. Perilaku konsumen itu dinamis karena pikiran, perasaan, dan tingkah laku individu, kelompok
konsumen dan lingkungan sosial akan selalu berubah. b. Perilaku konsumen dipengaruhi pikiran antar manusia, perasaan, dan tingkah laku beserta
lingkungannya. c. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh perubahan-perubahan diantara manusia.
Universitas Sumatera Utara
Engel 1994, menyatakan bahwa: Perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan oleh
konsumen melewati lima tahapan yaitu: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi informasi, pembelian dan pasca pembelian. Proses pengambilan keputusan
pembelian konsumen dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu : a. Faktor perbedaan individu terdiri dari sumberdaya konsumen, motivasi dan keterlibatan,
pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup dan demografi. b. Faktor lingkungan yang terdiri dari budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan
situasi. c. Proses psikologis terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikapperilaku.
Pengertian perilaku konsumen seperti diungkapkan oleh Mowen 2002:6 adalah studi tentang unit pembelian buying unit dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan,
konsumsi dan pembuangan, barang, jasa, pengalaman serta ide-ide. Swastha dan Handoko 2000:10 mengatakan perilaku konsumen consumer
behavior dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk
didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan menentukan kegiatan-kegiatan tertentu.
Menurut Phillip Kotler 2001:202 perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh empat faktor, diantaranya sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Table 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keputusan Pembelian Konsumen Budaya
Sosial Pribadi
Psikologis
Pembeli -Kebudayaan
-Subbudaya -Kelassocial
-Kelompok acuan
-Keluarga Peran dan
status -Umur dan tahap siklus hidup
-Pekerjaan dan Situasi ekonomi pendapatan
-Gaya hidup -Kepribadian dan konsep diri
-Motivasi -Presepsi
-Pengetahuan -Keyakinan dan
sikap
Sumber: Kotler dan Amstrong 2001 Dari pengertian di atas maka perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan dan
hubungan sosial yang dilakukan oleh konsumen perorangan, kelompok maupun organisasi untuk menilai, memperoleh dan menggunakan barang-barang serta jasa melalui proses
pertukaran atau pembelian yang diawali dengan proses pengambilan keputusan yang menentukan tindakan-tindakan tersebut.
Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab
pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli. Produsen dapat
mempelajari apa yang dibeli konsumen untuk mencari jawaban atas pertanyaan mengenai apa yang mereka beli, dimana dan berapa banyak, tetapi mempelajari mengenai alasan tingkah
Universitas Sumatera Utara
laku konsumen bukan hal yang mudah, jawabannya sering tersembunyi jauh dalam benak konsumen.
2.1.2. Alasan Berbusana
Beberapa hal mengapa orang memilih busana antara lain adalah:
2.1.2.1 Faktor Umur dan Tahap Siklus Hidup
Usia dan tahap siklus hidup, daur hidup seseorang berubah seiring dengan selera konsumen, sehingga dalam memilih busana selalu memperhatikan usia karena mode untuk
anak-anak berbeda dengan mode untuk remaja. Konsumsi seseorang pada saat muda dan bujangan akan berbeda dengan konsumsi seseorang yang sudah berkeluarga dan mempunyai
anak. Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Selera akan makanan, pakaian, perabot dan rekreasi sering kali berhubungan dengan umur. Membeli juga
dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya. Pemasar sering menentukan sasaran pasar dalam bentuk tahap
daur hidup dan mengembangkan produk yang sesuai serta rencana pemasaran untuk setiap tahap.
2.1.2.2 Pekerjaan dan Situasi Ekonomi Pendapatan
Jenis pekerjaan yang berbeda berpengaruh jauh pada perbedaan kebutuhan seseorang. Misalnya kebutuhan busana seorang kuli bangunan berbeda dengan kebutuhan seorang
karyawan. Pekerja kasar tidak membutuhkan banyak kebutuhan. Berbeda dengan para karyawan kantor yang memerlukan banyak kebutuhan seperti kemeja, jas, dasi, celana, sabuk
dan sepatu. Serta barang – barang pendukung lainnya untuk melakukan pekerjaanya. Pilihan produk juga sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang. Penghasilan yang dapat
Universitas Sumatera Utara
dibelanjakan, tabungan dan aktiva, utang serta kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap kegiatan berbelanja atau menabung. Dalam hal ini harga poduk sangat berpengaruh
dalam menciptakan keputusan pembelian.
Pengertian Harga Menurut William J. Stanton 1994 dalam Dinawan 2010:33, harga adalah
sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang lainnya ditetapkan oleh pembeli atau penjual untuk satu harga yang
sama terhadap semua pembeli
Tjiptono 2005 mengatakan bahwa, harga memiliki dua peranan utama dalam
mempengaruhi ketertarikan beli, yaitu : 1. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk
memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian, adanya harga dapat membantu para pembeli untuk
memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari beberapa alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi
dana yang dikehendaki. 2. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam mendidik konsumen mengenai
faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi di mana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara obyektif.
2.1.2.3 Gaya Hidup Sedangkan menurut Minor dan Mowen 2002: 282, gaya hidup adalah
menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana
mengalokasikan waktu. Selain itu, gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati 2001: 174
Universitas Sumatera Utara
adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan
pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola
hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama
pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis. Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan
jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena indikator penyusunnya dari karakteristik konsumen.
Namun seperti yang dikatakan Lury 1998:9 bahwa sekalipun kemiskinan
menghalangi kemungkinan untuk berpartisipasi dalam konsumsi, namun hal itu tidak bisa mencegah—dalam arti sesungguhnya mungkin menghasut—partisipasi dalam budaya
konsumen. Konsumsi gaya hidup bukan monopoli kaum berduit saja, sebab kaum miskin sekalipun ikut berlomba-lomba mencicipi ‘kenikmatan’ bergaya, yaitu sebuah euforia
merayakan mode dan tren. Inilah yang dikatakan Lury sebagai proses reproduksi sosial.
Lury 1998:102 Perjuangan kelas bawah tersebut dimungkinkan terjadi karena
bergaya bagi manusia modern tidak hanya untuk menyembunyikan pribadi concealment, melainkan juga merupakan aksi untuk pelampiasan unburdening. Adapun
bentuk-bentuk lifestyling tersebut menurut Lury 1998: 305 dapat terjadi dalam tiga macam bentuk: 1 penyamaran masquerade; 2 peniruan imitation; dan
penggabunganincorporsation. Atas dasar itulah urusan gaya hidup bukan hanya milik golongan the have saja, sebab
orang miskin sekalipun masih bisa mencomot dan memakai model gaya hidup tertentu
Universitas Sumatera Utara
meskipun dengan meniru-niru atau berpura-pura. Seperti halnya orang berduit juga bisa berlagak miskin karena pilihan gaya.
2.1.2.4 Kepribadian dan Konsep Diri Menurut Kotler 2006:140 Personality adalah karakteristik unik dari
psikologi yang memimpin kepada kestabilan dan respon terus menerus terhadap lingkungan orang itu sendiri, contohnya orang yang percaya diri, dominan, suka bersosialisasi, otonomi,
defensif, mudah beradaptasi, agresif.
Dalam Kotler 2003:212 Tiap orang memiliki gambaran diri yang kompleks, dan
perilaku seseorang cenderung konsisten dengan konsep diri tersebut. Yang dimaksud kepribadian adalah ciri bawaan psikologis manusia human psychological traits yang khas
yang menghasilkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap rangsangan lingkungannya. Kepribadian biasanya digambarkan dengan menggunakan ciri bawaan seperti
kepercayaan diri, dominasi, otonomi, kehormatan, kemampuan bersosialisai, pertahanan diri, dan kemampuan beradaptasi.
Menurut Kotler dan Keler 2007:223 Kepribadian dapat menjadi variabel yang
sangat berguna dalam menganalisis pilihan merek konsumen. Gagasan adalah bahwa merek juga mempunyai kepribadian, dan bahwa konsumen mendefinisikan kepribadian merek
sebagai bauran spesifik atas ciri-ciri bawaan manusia yang bisa dikatakan dimiliki oleh merek tertentu.
2.2 Penelitian Terdahulu