17
2.4 Teori Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang memiliki arti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara
dua orang atau lebih biasa juga kelompok dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya. Menurut Chang dalam Lubis 2011 konflik sosial tidak hanya berakar pada kepada ketidakpuasan batin, kecemburuan, iri hati, kebencian, masalah
perut, masalah tanah, masalah tempat tinggal, masalah pekerjaan, masalah uang dan masalah kekuasaan. Namun menurutnya, emosi manusia sesaat pun bisa
memicu terjadinya konflik sosial. Teori konflik memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui
proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan
kondisi semula. Teori ini didasarkan pada pemilikan sarana-sarana produksi sebagai unsur pokok pemisahan kelas dalam masyarakat.
Pemikiran yang paling berpengaruh atau menjadi dasar dari teori konflik adalah pemikiran Karl Marx. Marx mengajukan konsepsi mendasar tentang
masyarakat dan perjuangannya, menurutnya m
asyarakat terintegrasi karena adanya struktur kelas dimana kelas borjuis menggunakan negara dan hukum untuk
mendominasi kaum proletar.
Konflik antar kelas sosial terjadi melalui proses produksi sebagai salah satu kegiatan ekonomi dimana didalam proses produksi
terjadi kegiatan pengekspoitasian terhadap kelompok proletar oleh kelompok borjuis.
Universitas Sumatera Utara
18
Perubahan sosial justru membawa dampak yang buruk bagi nasib kaum buruh proletar karena perubahan sosial berdampak pada semakin banyaknya
jumlah penduduk. Pertambahan jumlah penduduk akan menyulitkan kehidupan kelompok proletar karena tuntutan lapangan pekerjaan akan semakin tinggi
sedangkan jumlah lapangan kerja yang tersedia tidak bertambah konstan. Tingginya jumlah penawaran tenaga kerja akan berpengaruh pada rendahnya
ongkos tenaga kerja yang diterima, sehingga kehidupan selanjutnya kian buruk. Sementara kehidupan kelompok kapitalis borjuis akan semakin berlimpah
dengan segala macam kemewahannya. Gejala inilah yang pada akhirnya menimbulkan ketimpangan sosial yang berujung pangkal pada konflik sosial.
Dengan demikian, akar permasalahan yang menimbulkan konflik sosial adalah karena tajamnya ketimpangan sosial dan eksploitasinya.
Teori konflik Ralf Dahrendorf merupakan separuh penerimaan, separuh penolakan, serta modifikasi teori sosiologi Marx. Dahrendorf menganggap
masyarakat bersisi ganda, memiliki sisi konflik dan sisi kerja sama. Penerimaan Dahrendorf pada teori konflik Marx adalah ide mengenai pertentangan kelas
sebagai satu bentuk konflik dan sebagai sumber perubahan sosial. Dahrendorf mengakui terdapat perbedaan di antara mereka yang memiliki
sedikit dan banyak kekuasaan. Perbedaan dominasi itu dapat terjadi secara drastis. Namun, pada dasarnya tetap terdapat dua kelas sosial yaitu mereka yang berkuasa
dan yang dikuasai.
2.5 Mediasi Sebagai Resolusi Konflik