69
Menurut analisa penulis tim mediasi tidak berhasil melakukan pendekatan terhadap masyarakat, hal ini merupakan kelemahan dari tim mediasi yang
dibentuk oleh pemerintah. Struktur keanggotaan tim mediasi yang telah diatur oleh pemerintah sesuai dengan SK Surat Keputusan Bupati Serdang Bedagai
tersebut adalah salah satu kelemahan tim mediasi karena dalam struktur pemerintahan suatu jabatan kedudukan seseorang tidak dapat diperkirakan masa
jabatannya. Pergantian struktur anggota tim mediasi yang kerap kali berubah sesuai dengan perubahan jabatan dari anggotanya, menjadikan aktor-aktor baru
tersebut dituntut untuk mempelajari kembali kasus-kasus yang mungkin belum terselesaikan sebelumnya. Hal ini juga yang menjadikan masyarakat merasa
bahwa pemerintah terkesan tidak serius untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.
4.5.4 Jenis Mediasi Yang Dilakukan
Lewicki 1999 menggolongkan pelaksanaan mediasi ke dalam tiga jenis yaitu content mediation, issue identification, dan positive framming of the issue.
1. Content Mediation merupakan jenis mediasi yang dilakukan dimana
mediator berusaha mengembalikan situasi negosiasi ke dalam tahap tawar- menawar agar negosiator berpeluang kembali mencapai kesepakatan.
Mediator hanya berfungsi untuk mengarahkan negosiator untuk kembali ke akar permasalahan dan arah tujuan dari negosiasi itu sendiri sehingga
diharapkan akan dicapai kata mufakat. 2.
Issue Identification merupakan mediasi yang dijalankan dengan memprioritaskan isu yang akan diselesaikan sehingga kedua pihak sama-
sama fokus dalam satu isu dan mencari solusi penyelesaiannya.
Universitas Sumatera Utara
70
3. Positive Framing of The Issue yaitu mediasi yang dilakukan dengan cara
memfokuskan pada hasil yang ingin dicapai oleh pihak-pihak negosiator. Dengan memfokuskan hasil maka diharapkan masing-masing pihak
memperoleh titik terang dan kesamaan pandangan dalam menyelesaikan masalah sehingga mencapai kesepakatan.
Dari hasil temuan di lapangan melalui hasil wawancara dengan tim mediasi, dapat disimpulkan bahwa proses mediasi yang telah dilakukan antara masyarakat
Desa Penggalian dengan PT.Nusa Pusaka Kencana Bahilang adalah Content Mediation, dimana pada jenis mediasi ini fungsi mediator adalah untuk
mengarahkan para pihak yang berkonflik untuk kembali ke akar permasalahan dan arah tujuan dari negosiasi yang dilakukan sehingga akan menghasilkan suatu kata
mufakat. Hal ini terlihat dari pernyataan Ketua Tim Mediasi yaitu Pak Rudy yang didapatkan dari hasil wawancara:
“Fungsi kami sebagai mediator dalam proses ini memang untuk mendengarkan kembali apa akar permasalahan mereka, seperti yang saya
katakan sebelumnya kami hanya sebagai fasilitator yang merngarahkan mereka untuk mencapai
kesepakatan secara musyawarah mufakat.” Hal senada juga disampaikan oleh Pak Chairin selaku Sekretaris Tim
Mediasi saat dilakukan wawancara terpisah dengan ketua tim mediasi, mengatakan bahwa:
“Sebagai pihak ketiga atau kita sebut sebagai mediator dalam hal ini kami memang berusaha agar proses mediasi tersebut menghasilkan
kesepakatan yang diperoleh berdasarkan kata mufakat. Jadi kami mendengarkan apa saja yang sebenarnya diinginkan oleh kedua belah
pihak untuk menyelesaikan masalah ini agar tidak berlarut-
larut.”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat dilihat bahwa tim mediasi berusaha agar akhir dari proses mediasi tersebut menghasilkan sebuah keputusan
Universitas Sumatera Utara
71
yang sama-sama diinginkan oleh kedua belah pihak berkonflik dan menghasilkan kata mufakat. Tetapi pada kenyataannya, masyarakat masih saja merasa bahwa
mereka dirugikan dalam proses mediasi dan belum menghasilkan kata mufakat. Tim Mediasi juga mengatakan bahwa selama proses mediasi dilakukan, ada
beberapa kendala yang dialami salah satunya adalah masyarakat yang tidak dapat memberikan bukti otentik. Seperti yang disampaikan oleh anggota tim mediasi,
Pak : “Pada saat proses mediasi dilakukan, kami meminta para pihak untuk
menunjukkan bukti mereka masing-masing. Disini kami kewalahan karena masyarakat bersikeras tidak mau mengakui hasil pengukuran tanah yang
telah dikeluarkan oleh BPN Sumut, sementara di Indonesia hasil pengukuran tanah yang diakui adalah hasil yang dikeluarkan oleh badan
yang berwenang yaitu Badan Pertanahan Negara jadi kami juga berpegang pada keputusan tersebut
.” Dari hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa hasil dari proses
mediasi tersebut memang mengalami kebuntuan dan tidak bisa menyelesaikan konflik yang terjadi antara masyarakat Desa Penggalian dengan PT. Nusa Pusaka
Kencana Bahilang. Kurangnya kepercayaan masyarakat dengan hasil pengukuran ulang yang dilakukan oleh BPN Badan Pertanahan Negara menjadikan
permasalahan tersebut berjalan alot tanpa menemukan titik temunya. Karena hal ini juga, pihak perusahaan merasa mediasi sudah tidak perlu lagi dilakukan dan
menyarankan jika masyarakat masih merasa dirugikan agar mengajukan kasus tersebut ke pengadilan saja.
Dalam hal ini menurut analisa penulis, tim mediasi oleh pemerintah tidak berhasil menyadarkan kedua belah pihak yang berkonflik untuk menyelesaikan
masalah tersebut secara kekeluargaan. Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap kenetralan tim mediasi juga menjadi faktor utama yang menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
72
ketidakberhasilan proses mediasi tersebut. Alternatif mediasi sebagai resolusi konflik tidak bisa dicapai karena masyarakat tidak dapat menerima hasil mediasi
yang dilakukan dan terkesan mengabaikan tuntutan mereka. Seperti halnya yang terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Asrul Aziz
Lubis 2014 tentang Peranan Tokoh Masyarakat Dalam Mediasi Konflik, mengatakan bahwa mediasi tersebut juga berjalan buntu dikarenakan Tokoh
Masyarakat sebagai mediator dalam konflik tersebut dinilai tidak berlaku adil dan juga tidak menyerukan kesadaran sosial antara kedua belah pihak yang bertikai.
Hal ini juga dikarenakan salah satu pihak yang berkonflik meragukan kenetralan tokoh masyarakat sebagai mediator dalam penyelesaian konflik, dimana tokoh
masyarakat lebih condong membela kaum mayoritas dalam kasus tersebut. Tokoh masyarakat dalam hal ini seharusnya berperan sebagai panutan dan menjalankan
sikap adil demi kepentingan masyarakat yang bertikai.
4.6 Para Aktor Dan Peran Aktor Dalam Proses Mediasi