61
berasal dari jajaran pemerintahan tersebut memiliki status dan jabatan tinggi dalam pemerintahan, sehingga tim mediasi tersebut memiliki kedudukan yang
lebih tinggi dari kedua belah pihak yang berkonflik.
4.5.2 Tahapan Mediasi
Sebelum memasuki proses mediasi yang akan dilakukan, tim mediasi lebih dulu membuat pertemuan internal dengan seluruh anggota untuk membahas
langkah apa yang akan dilakukan pada proses mediasi. Dalam hasil wawancara dengan Ketua Tim Mediasi Kabupaten Serdang Bedagai Bapak Rudy disimpulkan
bahwa tahapan yang dilakukan dalam proses mediasi tersebut adalah: 1.
Memanggil para pihak yang berkonflik.
2. Mendengarkan kronologis konflik yang disampaikan masing-masing
pihak. 3.
Meminta para pihak untuk membawa bukti atau saksi. 4.
Melakukan sosialisasi tentang hak kepemilikan tanah.
5. Memberikan solusi atau saran bagi pihak yang berkonflik.
Tahapan yang telah disusun oleh tim mediasi tersebut diharapkan dapat memberikan hasil yang terbaik para pihak yang berkonflik nantinya. Tahapan
tersebut juga sama seperti yang disampaikan oleh Boulle 1996 yang membagi proses mediasi ke dalam tiga tahapan, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
62
1. Tahapan Persiapan
Dalam tahapan ini, para mediator mengadakan pertemuan internal untuk pembagian tugas kemudian melakukan pengumpulan informasi tentang
masalah yang akan diangkat dan melakukan pertemuan awal dengan pihak yang berkonflik dengan kesepakatan untuk menempuh mediasi.
2. Tahapan Pertemuan Mediasi
Pada tahap ini, mediator mendengarkan penyampaian masalah dari para pihak lalu mengidentifikasi hal-hal yang disepakati dan melakukan pembahasan
masalah-masalah. Pada tahap ini juga akan dilakukan pengambilan keputusan akhir.
3. Tahapan Pasca Mediasi
Pada tahap terakhir setelah proses mediasi berakhir, akan dilakukan pengesahan kesepakatan dan dikenakan sanksi jika melanggar kesepakatan.
4.5.3 Proses Mediasi Oleh Pemerintah
Proses Mediasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai terhadap Masyarakat Desa Penggalian dengan PT. NPK Nusa Pusaka
Kencana Bahilang hanya terfokus pada mengadakan pertemuan dan diskusi. Pertemuan mediasi yang dilakukan pada kasus tersebut sebanyak 6 enam kali
dan diadakan di Aula Pangeran Bedagai Kantor Bupati Kabupaten Serdang Bedagai. Strategi yang dilakukan oleh tim mediasi untuk menyelesaikan masalah
tersebut adalah dengan melakukan diskusi dan memberikan kesempatan bagi
Universitas Sumatera Utara
63
pihak yang berkonflik untuk memberikan argumen mereka masing-masing. Seperti yang disampaikan oleh Pak Rudy selaku ketua tim mediasi pada saat itu:
“Secara bergantian kedua belah pihak diberikan kesempatan untuk mengurai permasalahan dan mengajukan argumentasi mereka yang
disertai dengan bukti-bukti ataupun dokumen pendukung. Kemudian kami selaku tim mediasi meminta BPN Badan Pertanahan Negara
memberikan tanggapan dan penjelasan atas keterangan-keterangan yang telah disampaikan para pihak yang berkonflik, kemudian secara
bergantian anggota tim mediasi dipersilahkan untuk memberikan tanggapan, pendapat, dan saran apabila diperlukan peninjauan lapangan.
Kemudian tim membuat suatu kesimpulan sementara dan mengajukan kepada para pihak yang berkonflik untuk menyelesaikan permasalahan ini
secara non litigasi.”
Hal ini menunjukkan bahwa tim mediasi menyarankan untuk menyelesaikan masalah ini secara non litigasi atau musyawarah. Dalam proses
mediasi yang telah dilakukan, tim mediasi dapat dikatakan telah berhasil meredam konflik yang terjadi hal ini dapat dilihat dari masyarakat yang tidak lagi
menduduki lahan perkebunan sehingga pihak perusahaan tidak terganggu lagi dalam melakukan aktifitas perusahaannya, tetapi tidak berhasil menyelesaikan
konflik karena masyarakat masih berusaha untuk mendapatkan lahan yang menurut mereka memang harus dibagikan tersebut.
Hasil dari proses mediasi yang telah dilakukan adalah tim mediasi mendesak BPN Badan Pertanahan Negara selaku instansi yang berwenang dan
sah diakui oleh negara untuk melakukan pengukuran kembali atas lahan yang dipermasalahkan, dan hasilnya bahwa tanah yang dikelola oleh PT.NPK masih
kurang dari luas HGU yang diberikan Pemerintah seluas 1.018, 74 Ha seribu delapan belas koma tujuh puluh empat hektar sehingga PT. NPK menganggap
bahwa lahan seluas 286, 06 Ha dua ratus delapan puluh enam koma enak hektar
Universitas Sumatera Utara
64
yang diklaim oleh kelompok masyarakat tersebut merupakan bukan tanggung jawab mereka. Akan tetapi masyarakat tidak menerima hasil pengukuran tersebut
dengan alasan perusahaan telah bekerjasama dengan pihak BPN Badan Pertanahan Negara untuk memanipulasi data hasil pengukuran.
Adapun bagan proses mediasi yang dilakukan oleh pemerintah untuk menyelesaikan kasus antara PT. Nusa Pusaka Kencana Bahilang dengan
masyarakat Desa Penggalian dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 4.2 : Skema Proses Mediasi
PROSES MEDIASI
Pemaparan Laporan Kasus Oleh Tim Mediasi
Pembukaan Oleh Tim Mediasi
Pemaparan Kronologi Dari Pihak Berkonflik
Pemberian Bukti Penguat Dari Pihak Berkonflik
Sesi Diskusi
Pemaparan Hasil Mediasi Oleh Tim Mediasi
Universitas Sumatera Utara
65
Proses mediasi yang dilakukan sesuai dengan skema di atas dapat dijelaskan sebagai sebagai berikut:
Pembukaan oleh Tim Mediasi : Pada proses ini, tim mediasi terlebih dahulu membuka forum mediasi secara dan membacakan apa saja yang
akan dibahas dalam forum tersebut serta memastikan bahwa kedua belah pihak yang berkonflik sudah hadir di tempat.
Pemaparan Laporan Kasus oleh Tim Mediasi : Disini tim mediasi akan memaparkan laporan kasus yang akan dibahas pada forum, dalam hal ini
Ketua Tim Mediasi bertindak sebagai pemapar dan menjelaskan kembali apa tujuan diadakannya forum mediasi tersebut.
Pemaparan Kronologi Dari Pihak Berkonflik : Kedua belah pihak yang berkonflik dalam hal ini Masyarakat Desa Penggalian dengan PT.NPK
diberikan kesempatan untuk menyampaikan kronologi konflik versi mereka masing-masing.
Pemberian Bukti Penguat Dari Pihak Berkonflik : Pada tahap ini tim mediasi meminta para pihak yang berkonflik untuk menunjukkan bukti-
bukti yang berkaitan dengan tuntutan mereka. Tim mediasi dalam hal ini juga memeriksa keabsahan bukti yang diberikan oleh para pihak
berkonflik. Sesi Diskusi : Pada sesi diskusi, tim mediasi memberikan kesempatan
kepada kedua belah pihak yang berkonflik untuk saling mengajukan pertanyaan terkait konflik yang sedang terjadi. Tim mediasi dalam hal ini
Universitas Sumatera Utara
66
bertindak sebagai penengah dan memberikan solusi apa yang akan diberikan kepada pihak berkonflik.
Pemaparan Hasil Mediasi : Setelah sesi diskusi berakhir, kemudian tim mediasi membacakan kembali apa saja yang telah dibahas dalam forum
kemudian memberikan solusi dari tuntutan pihak yang berkonflik. Proses mediasi tersebut telah dilakukan sebanyak 6 enam kali dan
berjalan buntu. Dari hasil wawancara dengan masyarakat Desa Penggalian, mereka menyampaikan bahwa pada sesi diskusi suasana kerap kali menjadi panas
dikarenakan setiap bukti yang mereka tunjukkan selalu disalahkan oleh tim mediasi dan dianggap tidak sah. Oleh karena itu suasana forum mediasi yang
seharusnya berjalan tertib dan lancar malah menimbulkan kisruh dan tidak mendapatkan hasil.
Tim Mediasi sebagai pihak ketiga dalam menyelesaikan masalah dituntut untuk bersikap netral dan tidak memihak, selaku tim mediasi mereka merasa
sudah bersikap netral dalam melakukan proses mediasi. Hal senada juga disampaikan oleh pihak perusahaan seperti pada kutipan wawancara dengan Pak
Supriadi berikut ini: “Menurut saya tim mediasi sudah bersikap netral, karena tugas mereka
memang hanya sebagai fasilitator antara masyarakat dengan kami. Tim mediasi juga sudah melakukan usaha yang maksimal dan kami
memberikan saran jika memang masyarakat merasa dirugikan silahkan
mengajukan masalah tersebut ke pengadilan saja.”
Hal yang kontras dan tidak senada malah disampaikan oleh masyarakat Desa Penggalian, mereka merasa bahwa tim mediasi belum bersikap netral karena
Universitas Sumatera Utara
67
terkesan membela pihak perusahaan, seperti yang terlihat dalam kutipan wawancara dengan Pak Wendi selaku Ketua KTM kelompok tani menggugat
Kab. Serdang Bedagai : “Kalau menurut saya mereka kurang netral, karena setiap mereka
meminta bukti dari kami seperti pada waktu mediasi tahun 2013 dilakukan di kantor bupati, disitu dihadiri juga anggota dewan, nah kami sudah
saling tunjuk-tunjukan peta sebagai bukti malah mereka tidak menerima
peta tersebut karena tidak sah katanya.”
Masyarakat juga menganggap bahwa proses mediasi yang dilakukan hasilnya begitu-begitu saja, tidak ada kemajuan sehingga mereka merasa jenuh
dan merasa bahwa mediasi tidak efektif untuk menyelesaikan masalah mereka. Dalam hal ini, menurut analisa penulis tim mediasi memang belum bersikap
netral. Tim Mediasi dalam hal ini sudah bertentangan dengan Teori Mediasi Boulle yang mengatakan bahwa mediasi adalah sebuah proses pengambilan
keputusan dimana para pihak dibantu oleh mediator, dan mediator berupaya untuk meningkatkan proses pengambilan keputusan dan untuk membantu para pihak
mencapai hasil yang mereka inginkan bersama. Tim mediasi tidak dapat membantu para pihak untuk mencapai hasil yang mereka inginkan bersama karena
masyarakat merasa dirugikan akan hasil mediasi tersebut. Dalam hasil wawancara yang dilakukan dengan masyarakat Desa
Penggalian pada saat penelitian, diketahui bahwa sebenarnya masyarakat sudah tidak menginginkan lagi proses mediasi tersebut dilakukan karena tidak pernah
mendapatkan kejelasan tentang tuntutan mereka. Masyarakat Desa Penggalian malah mengharapkan agar pemerintah membentuk Tim Penyelesaian Konflik
Universitas Sumatera Utara
68
Pertanahan saja, dan membubarkan Tim Mediasi Penanganan Sengketa Tanah tersebut. Seperti yang disampaikan oleh Pak Syahrin:
“Kami sudah merasa sangat jenuh dengan proses ini, tidak ada hasilnya, setiap akhir mediasi pasti merasa hanya berkata “ya, nanti kami
usahakan” apanya yang diusahakan, buktinya sampai sekarang kami tidak mendapat jawaban akan tuntutan kami. Saya rasa tim mediasi tersebut
lebih baik dibubarkan dan bentuk tim baru yang lebih fokus untuk
menyelesaikan konflik pertanahan saja.” Hal senada juga disampaikan oleh Pak Wendy selaku Ketua Kelompok
Tani Menggugat KTM Kab.Serdang Bedagai yang mengatakan bahwa: “Tim mediasi ini sendiri sudah berjalan selama tiga tahun, dan kalau
melihat sepak terjangnya memang tidak pernah memberikan solusi. Jadi lebih baik dibubarkan, nah kalaupun berani Pemkab Sergai itu membentuk
Tim Penyelesaian Konflik Sengketa Tanah, itu yang kami harapkan. Apalagi sekarang di pemerintah pusat sudah ada Menteri Agraria,
kalaulah bersinerji antara Pemkab Sergai dengan pusat kita yakin akan ada win win solution dalam konflik pertanahan tersebut, jadi tidak ada
pihak yang dirugikan seperti ini.”
Proses mediasi dapat dikatakan berhasil apabila dapat mengurangi ketegangan antara kedua belah pihak yang berkonflik dan mendamaikan tuntuan
pihak yang terlibat dalam konflik tersebut. Untuk mendamaikan tuntutan, tim mediasi sebenarnya membutuhkan keahlian khusus skill dalam menemukan
strategi yang dapat membuat setiap pihak yang berkonflik mengurangi tuntutannya dan menerima hasil dari proses mediasi yang dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut. Namun dalam kasus antara masyarakat Desa Penggalian dengan PT.NPK ini, tim mediasi dapat dikatakan tidak berhasil untuk
mendamaikan tuntutan masyarakat terhadap PT.NPK, bahkan saran yang diberikan oleh tim mediasi untuk membawa kasus tersebut ke pengadilan jika
masyarakat merasa dirugikan juga terkesan tidak ditanggapi oleh masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
69
Menurut analisa penulis tim mediasi tidak berhasil melakukan pendekatan terhadap masyarakat, hal ini merupakan kelemahan dari tim mediasi yang
dibentuk oleh pemerintah. Struktur keanggotaan tim mediasi yang telah diatur oleh pemerintah sesuai dengan SK Surat Keputusan Bupati Serdang Bedagai
tersebut adalah salah satu kelemahan tim mediasi karena dalam struktur pemerintahan suatu jabatan kedudukan seseorang tidak dapat diperkirakan masa
jabatannya. Pergantian struktur anggota tim mediasi yang kerap kali berubah sesuai dengan perubahan jabatan dari anggotanya, menjadikan aktor-aktor baru
tersebut dituntut untuk mempelajari kembali kasus-kasus yang mungkin belum terselesaikan sebelumnya. Hal ini juga yang menjadikan masyarakat merasa
bahwa pemerintah terkesan tidak serius untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.
4.5.4 Jenis Mediasi Yang Dilakukan