10
Program kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan oleh pihak pengusaha. Karena dengan adanya program kesehatan
yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan,
sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama. Menurut Silalahi dan Rumondang 1995 menyatakan kesehatan kerja yaitu terhindarnya
dari penyakit yang mungkin akan timbul setelah memulai pekerjaannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan salah satu upaya perlindungan yang diajukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya. Hal tersebut bertujuan agar tenaga kerja dan
orang lain yang ada di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat serta semua sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien Suma’mur,
1981.
2.2 Higiene Industri
Maksud dan tujuan higiene perusahaan adalah melindungi pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan atau industri dari risiko bahaya khususnya
faktor fisis, kimiawi, dan biologis yang mungkin timbul oleh karena beroperasinya suatu proses produksi. Sasaran suatu kegiatan higiene perusahaan
adalah faktor lingkungan dengan jalan identifikasi bahaya dan pengukuran agar tahu secara kualitatif dan kuantitatif bahaya yang sedang dihadapi atau yang
mungkin timbul, dan dengan pengetahuan yang tepat tentang risiko faktor bahaya tersebut diselenggarakan tindakan korektif yang merupakan prioritas utama waktu
itu serta selanjutnya upaya pencegahan yang bersifat lebih menyeluruh. Cara kerja
Universitas Sumatera Utara
11
higiene perusahaan industri adalah teknis-teknologis yang ditujukan kepada lingkungan kerja dengan pengenalan, identifikasi, pengukuran, evaluasi dan
pengendalian bahaya dan risiko faktor fisis, kimiawi, dan biologis Suma’mur, 2014.
2.3 Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja pasal 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No Per 01Men1981 tentang kewajiban melapor penyakit akibat kerja Permen.Nakertrans No. Per 01Men1981.
Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja pasal 1 Keputusan Presiden No.
22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang timbul karena hubungan kerja Keppres No. 22 Tahun 1993.
Baik penyakit akibat kerja maupun penyakit yang timbul karena hubungan kerja mempunyai pengertian yang sama yaitu penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja. Faktor-faktor yang menjadi penyebab penyakit akibat kerja sebagai
berikut: 1. Faktor fisis seperti:
a. Suara yang dapat mengakibatkan tuli akibat kerja b. Radiasi sinar rontgen atau sinar radioaktif, yang menyebabkan antara lain
penyakit susunan darah dan kelainan kulit. Radiasi sinar inframerah dapat mengakibatkan katarak cataract kepada lensa mata, sedangkan sinar
Universitas Sumatera Utara
12
ultraviolet menjadi sebab konjungtivitis fotoelektrika conjunctivitis photoelectica.
c. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heatstroke atau pukulan panas, kejang panas heatcramps atau hiperpireksia hyperpyrexia, sedangkan suhu
terlalu rendah antara lain menimbulkan frostbite. d. Tekanan udara tinggi menyebabkan penyakit kaison caisson disease.
e. Penerangan lampu yang buruk dapat menyebabkan kelainan kepada indera penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan.
2. Faktor kimiawi, antara lain: a. Debu yang menyebabkan pneumokoniosis pneumoconiosis, diantaranya
silikosis, asbestosis dan lainnya. b. Uap yang daintaranya menyebabkan demam uap logam metal fume fever
dermatosis penyakit kulit akibat kerja atau keracunan oleh zat toksis uap formaldehida.
c. Gas, misalnya keracunan oleh Co, H
2
S dan lainnya. d. Larutan zat kimia yang misalnya menyebabkan iritasi kepada kulit.
e. Awan atau kabut misalnya racun serangga insektisides, racun jamur dan lainnya yang menimbulkan keracunan.
3. Faktor biologis, misalnya bibit penyakit antraks atau brusela brucella yang menyebabkan penyakit akibat kerja pada pekerja penyamak kulit.
4. Faktor fisiologisergonomis yaitu antara lain kesalahan konstruksi mesin, sikap badan yang tidak benar dalam melakukan pekerjaan dan lain-lain yang
Universitas Sumatera Utara
13
kesemuanya menimbulkan kelelahan fisik dan gangguan kesehatan bahkan lambat laun dapat terjadi perubahan fisik tubuh pekerja atau kecacatan.
5. Faktor mental-psikologis yang terlihat misalnya pada hubungan kerja atau hubungan industrial yang tidak baik dengan akibat timbulnya misalnya depresi
atau penyakit psikosomatis.
2.4 Kebisingan 2.4.1 Definisi Kebisingan