Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing dan preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional

(1)

OLEH

DEVI NURMALASARI H14103018

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(2)

(dibimbing oleh IDQAN FAHMI).

Dalam beberapa tahun, retail moderen dapat terus meningkatkan pangsa pasarnya, tidak hanya di daerah perkotaan tapi juga sudah sampai ke pelosok-pelosok daerah. Menurut AC Nielsen seperti yang dikutip dalam KPPU (2004), kontribusi pasar tradisional terhadap pertumbuhan pasar nasional masih paling besar/cukup dominan sebesar 79,8 persen pada tahun 2000 namun laju pertumbuhannya terus mengalami penurunan, sedangkan pertumbuhan pasar moderen terus mengalami peningkatan. Penurunan ini dapat diduga sebagai salah satu konsekuensi langsung dari pesatnya pertumbuhan pasar moderen yang pangsa pasarnya mengalami peningkatan yang pesat. Kondisi pasar tradisional yang identik dengan kumuh, becek, semrawut, bau dan sebagainya menambah keterpurukan pasar tersebut. Sebagai implikasinya adalah terjadi penurunan daya saing pasar tradisional.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing pasar tradisional, menganalisa faktor-faktor-faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional dan merumuskan rekomendasi strategi yang dapat dilakukan pasar tradisional untuk meningkatkan daya saingnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan porter’s diamond untuk menganalisa potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing pasar tradisional dan dan analisis statistik Regresi Binary dengan menggunakan model Probit untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional. Dalam penelitian ini, pengolahan data dengan menggunakan software SPSS 12, Microsoft Excel dan Eviews 4.1.

Berdasarkan hasil analisis porter’s diamond didapatkan bahwa kondisi faktor: pasar tradisional merupakan wadah utama penjualan produk-produk kebutuhan pokok dan citra pasar tradisional buruk dimata konsumen baik dari bangunan maupun infrastrukturnya, kondisi permintaan: produk yang berkualitas terutama produk-produk segar dan pasar tradisional belum dapat memenuhi tuntutan diluar sisi harga seperti kenyamanan, dan pelayanan, strategi perusahaan, struktur dan persaingan: konsep tawar menawar dan belum ada aturan yang jelas dan tegas seperti peraturan presiden mengenai lokasi, komoditi, waktu operasi. dan jarak antara pasar moderen dan pasar tradisional, industri pendukung dan terkait: rantai distribusi barang masih panjang namun pasar tradisional mampu menyediakan barang dengan siklus harian sehingga barang lebih segar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional adalah variabel pendapatan, intensitas belanja, kualitas barang, kebersihan dan kenyamanan pasar. Semua variabel tersebut signifikan pada taraf


(3)

melakukan peningkatan fungsi dan daya tarik pasar tradisional dalam bentuk lain yang menciptakan sesuatu yang khas dan keunikan namun tingkat kenyamanan, keamanan, kebersihan, ketertiban menjadi terpelihara dengan baik. Pemerintah pusat maupun daerah harus bersinergi dan mendukung pemberdayaan pasar tradisional . Pemerintah pusat maupun daerah harus bersinergi dan mendukung pemberdayaan pasar tradisional dengan menegakkan dan mematuhi peraturan yang telah dibuat.

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diajukan adalah pasar tradisional harus dapat menciptakan dan membudayakan suasana pasar yang bersih, aman, tertib dan lebih menarik. Dengan berfokus pada konsumen, melalui usaha untuk memahami kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen maka pelayanan kepada konsumen sebaik-baiknya merupakan kunci untuk memenangkan persaingan yang semakin ketat. Dukungan dari Pemerintah Pusat dan Daerah baik berupa alokasi dana bantuan maupun kebijakan yang adil dan tidak tumpang tindih diharapkan dapat membantu perbaikan daya saing pasar tradisional.


(4)

Oleh Devi Nurmalasari

H14103018

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(5)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,

Nama Mahasiswa : Devi Nurmalasari

Nomor Registrasi Pokok : H14103018

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Daya Saing dan Preferensi Masyarakat dalam Berbelanja di Pasar Tradisional

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Idqan Fahmi, M.Ec. NIP. 131 803 657

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. NIP. 131 846 872


(6)

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2007

Devi Nurmalasari H14103018


(7)

Musrifah. Jenjang pendidikan yang dilalui penulis diantaranya menamatkan sekolah dasar pada SDN 06 PT Tebet Timur, kemudian melanjutkan ke SLTPN 73 Jakarta dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 26 Jakarta dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi internal dan eksternal kampus. Organisasi internal kampus seperti BEM FEM, Hipotesa dan BEM KM IPB. Penulis aktif di organisasi luar kampus yaitu pada LP3M2-Yayasan Panggilan Ilahi (YPI) Jakarta. Selain itu, penulis juga pernah aktif sebagai asisten dosen mata kuliah ekonomi umum selama satu tahun.


(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi besar yaitu Nabi Muhammad SAW, para sahabat, keluarga dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Saing dan Preferensi Masyarakat dalam Berbelanja di Pasar Tradisional”. Penulis sangat berharap hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait yang membutuhkan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ir. Idqan Fahmi, M.Ec. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak ilmu bagi penulis yang tak hanya sekedar bimbingan skripsi namun pengetahuan yang lain yang mudah-mudahan menambah pemahaman serta pengetahuan penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan diantaranya kepada:

1. Orangtua tercinta yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Terima kasih atas semangat dan doanya selama ini.

2. Kakak (Mas Opi) dan adik-adik tersayang (Aan, Syakila dan Jilan) yang memberikan semangat yang luar biasa bagi penulis.

3. Sahabat-sahabat (Ka Ami, Lida, Esi, Citra, Rico dan Inun) yang sangat setia memberikan semangat dan dukungan untuk penulis menyelesaikan skripsi.

4. Keluarga besar LP3M2-YPI, terima kasih atas kebersamaan dan semangatnya selama ini.

5. Andin dan Lea, teman satu perjuangan menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas bantuan dan semangat yang luar biasa untuk penulis.


(9)

6. Asih, Tyas, Yusuf Harry, Wawan, Aji, Giri, Aga, Weni, Nadia, Eka, Aci dan teman-teman IE 40 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan kebersamaannya selama ini.

7. Habib, Aan, Riska, Robby, Mba Leli, Mba May, Yana, Rien, Wati dan Kokom atas semangat dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis sangat menyadari bahwa tak ada yang sempurna di dunia termasuk dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan skripsi ini dan sangat berharap masukan-masukannya agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Semoga karya ini bisa mengawali langkah penulis selanjutnya dalam menggapai cita-cita dan harapan yang diinginkan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Bogor, Agustus 2007

Devi Nurmalasari H14103018


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian... 7

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 9

2.1. Konsep Pasar dan Klasifikasinya ... 9

2.2. Perilaku Konsumen... 12

2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 13

2.2.2 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ... 15

2.3. Preferensi Konsumen ... 17

2.4. Konsep Daya Saing Porter’s Diamond... 18

2.5. Keterkaitan antara Daya Saing dan Preferensi Masyarakat .... 20

2.6. Model Probit... 21

2.7. Penelitian Terdahulu ... 22

2.8. Kerangka Pemikiran... 25

2.9. Hipotesis... 27

III. METODE PENELITIAN ... 29

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 29


(11)

OLEH

DEVI NURMALASARI H14103018

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(12)

(dibimbing oleh IDQAN FAHMI).

Dalam beberapa tahun, retail moderen dapat terus meningkatkan pangsa pasarnya, tidak hanya di daerah perkotaan tapi juga sudah sampai ke pelosok-pelosok daerah. Menurut AC Nielsen seperti yang dikutip dalam KPPU (2004), kontribusi pasar tradisional terhadap pertumbuhan pasar nasional masih paling besar/cukup dominan sebesar 79,8 persen pada tahun 2000 namun laju pertumbuhannya terus mengalami penurunan, sedangkan pertumbuhan pasar moderen terus mengalami peningkatan. Penurunan ini dapat diduga sebagai salah satu konsekuensi langsung dari pesatnya pertumbuhan pasar moderen yang pangsa pasarnya mengalami peningkatan yang pesat. Kondisi pasar tradisional yang identik dengan kumuh, becek, semrawut, bau dan sebagainya menambah keterpurukan pasar tersebut. Sebagai implikasinya adalah terjadi penurunan daya saing pasar tradisional.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing pasar tradisional, menganalisa faktor-faktor-faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional dan merumuskan rekomendasi strategi yang dapat dilakukan pasar tradisional untuk meningkatkan daya saingnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan porter’s diamond untuk menganalisa potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing pasar tradisional dan dan analisis statistik Regresi Binary dengan menggunakan model Probit untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional. Dalam penelitian ini, pengolahan data dengan menggunakan software SPSS 12, Microsoft Excel dan Eviews 4.1.

Berdasarkan hasil analisis porter’s diamond didapatkan bahwa kondisi faktor: pasar tradisional merupakan wadah utama penjualan produk-produk kebutuhan pokok dan citra pasar tradisional buruk dimata konsumen baik dari bangunan maupun infrastrukturnya, kondisi permintaan: produk yang berkualitas terutama produk-produk segar dan pasar tradisional belum dapat memenuhi tuntutan diluar sisi harga seperti kenyamanan, dan pelayanan, strategi perusahaan, struktur dan persaingan: konsep tawar menawar dan belum ada aturan yang jelas dan tegas seperti peraturan presiden mengenai lokasi, komoditi, waktu operasi. dan jarak antara pasar moderen dan pasar tradisional, industri pendukung dan terkait: rantai distribusi barang masih panjang namun pasar tradisional mampu menyediakan barang dengan siklus harian sehingga barang lebih segar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional adalah variabel pendapatan, intensitas belanja, kualitas barang, kebersihan dan kenyamanan pasar. Semua variabel tersebut signifikan pada taraf


(13)

melakukan peningkatan fungsi dan daya tarik pasar tradisional dalam bentuk lain yang menciptakan sesuatu yang khas dan keunikan namun tingkat kenyamanan, keamanan, kebersihan, ketertiban menjadi terpelihara dengan baik. Pemerintah pusat maupun daerah harus bersinergi dan mendukung pemberdayaan pasar tradisional . Pemerintah pusat maupun daerah harus bersinergi dan mendukung pemberdayaan pasar tradisional dengan menegakkan dan mematuhi peraturan yang telah dibuat.

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diajukan adalah pasar tradisional harus dapat menciptakan dan membudayakan suasana pasar yang bersih, aman, tertib dan lebih menarik. Dengan berfokus pada konsumen, melalui usaha untuk memahami kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen maka pelayanan kepada konsumen sebaik-baiknya merupakan kunci untuk memenangkan persaingan yang semakin ketat. Dukungan dari Pemerintah Pusat dan Daerah baik berupa alokasi dana bantuan maupun kebijakan yang adil dan tidak tumpang tindih diharapkan dapat membantu perbaikan daya saing pasar tradisional.


(14)

Oleh Devi Nurmalasari

H14103018

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(15)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,

Nama Mahasiswa : Devi Nurmalasari

Nomor Registrasi Pokok : H14103018

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Daya Saing dan Preferensi Masyarakat dalam Berbelanja di Pasar Tradisional

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Idqan Fahmi, M.Ec. NIP. 131 803 657

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. NIP. 131 846 872


(16)

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2007

Devi Nurmalasari H14103018


(17)

Musrifah. Jenjang pendidikan yang dilalui penulis diantaranya menamatkan sekolah dasar pada SDN 06 PT Tebet Timur, kemudian melanjutkan ke SLTPN 73 Jakarta dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 26 Jakarta dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi internal dan eksternal kampus. Organisasi internal kampus seperti BEM FEM, Hipotesa dan BEM KM IPB. Penulis aktif di organisasi luar kampus yaitu pada LP3M2-Yayasan Panggilan Ilahi (YPI) Jakarta. Selain itu, penulis juga pernah aktif sebagai asisten dosen mata kuliah ekonomi umum selama satu tahun.


(18)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi besar yaitu Nabi Muhammad SAW, para sahabat, keluarga dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Saing dan Preferensi Masyarakat dalam Berbelanja di Pasar Tradisional”. Penulis sangat berharap hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait yang membutuhkan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ir. Idqan Fahmi, M.Ec. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak ilmu bagi penulis yang tak hanya sekedar bimbingan skripsi namun pengetahuan yang lain yang mudah-mudahan menambah pemahaman serta pengetahuan penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan diantaranya kepada:

1. Orangtua tercinta yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Terima kasih atas semangat dan doanya selama ini.

2. Kakak (Mas Opi) dan adik-adik tersayang (Aan, Syakila dan Jilan) yang memberikan semangat yang luar biasa bagi penulis.

3. Sahabat-sahabat (Ka Ami, Lida, Esi, Citra, Rico dan Inun) yang sangat setia memberikan semangat dan dukungan untuk penulis menyelesaikan skripsi.

4. Keluarga besar LP3M2-YPI, terima kasih atas kebersamaan dan semangatnya selama ini.

5. Andin dan Lea, teman satu perjuangan menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas bantuan dan semangat yang luar biasa untuk penulis.


(19)

6. Asih, Tyas, Yusuf Harry, Wawan, Aji, Giri, Aga, Weni, Nadia, Eka, Aci dan teman-teman IE 40 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan kebersamaannya selama ini.

7. Habib, Aan, Riska, Robby, Mba Leli, Mba May, Yana, Rien, Wati dan Kokom atas semangat dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis sangat menyadari bahwa tak ada yang sempurna di dunia termasuk dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan skripsi ini dan sangat berharap masukan-masukannya agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Semoga karya ini bisa mengawali langkah penulis selanjutnya dalam menggapai cita-cita dan harapan yang diinginkan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Bogor, Agustus 2007

Devi Nurmalasari H14103018


(20)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian... 7

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 9

2.1. Konsep Pasar dan Klasifikasinya ... 9

2.2. Perilaku Konsumen... 12

2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 13

2.2.2 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ... 15

2.3. Preferensi Konsumen ... 17

2.4. Konsep Daya Saing Porter’s Diamond... 18

2.5. Keterkaitan antara Daya Saing dan Preferensi Masyarakat .... 20

2.6. Model Probit... 21

2.7. Penelitian Terdahulu ... 22

2.8. Kerangka Pemikiran... 25

2.9. Hipotesis... 27

III. METODE PENELITIAN ... 29

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 29


(21)

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 30

IV. GAMBARAN UMUM PASAR TRADISIONAL ... 34

4.1. Gambaran Umum Pasar Tradisional di Indonesia ... 34

4.1.1. Perkembangan Kebijakan untuk Pengembangan Pasar Tradisional... 34

4.1.2. Kondisi Umum Pasar Tradisional ... 40

4.2. Gambaran Umum Pasar Tradisional di Kota dan Kabupaten Bogor ... 43

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

5.1. Potensi dan Kondisi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing Pasar Tradisional ... 45

5.2. Preferensi Masyarakat dalam Berbelanja Kebutuhan Sehari-hari ... 58

5.2.1. Karakteristik responden ... 58

5.2.2. Hubungan Preferensi Masyarakat dalam Berbelanja dengan Fakror Pribadi, Pola dan Perilaku Belanja... 59

5.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Masyarakat dalam Berbelanja Kebutuhan Sehari-hari di Pasar Tradisional ... 66

5.3. Rekomendasi Strategi untuk Peningkatan Daya Saing Pasar Tradisional... 69

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

6.1. Kesimpulan ... 78

6.2. Saran... 79

6.3. Keterbatasan Penelitian ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1.1. Kontribusi Penjualan Retail Moderen Terhadap Pasar Nasional

Periode April 2000-Maret 2003 (persen)... 2 1.2. Perkembangan Jumlah Pasar Tradisional dan Pasar Moderen

di Indonesia Periode 1995-2005 ... 4 2.1 Perbedaan Karakteristik antara Pasar Tradisional dengan

Pasar Moderen... 13 5.1. Hubungan antara Preferensi Belanja dengan Pekerjaan ... 60 5.2. Hubungan antara Preferensi Belanja dengan Pendapatan ... 61 5.3. Hubungan antara Preferensi Belanja dengan Pola Belanja ... 62 5.4. Hubungan antara Preferensi dengan Kendaraan yang Digunakan .... 63 5.5 Berbelanja di luar Rencana atau Tidak Terduga(Impuls buying) ... 63 5.6. Hubungan Preferensi ke-1 dan Preferensi ke-2 Masyarakat dalam

Berbelanja ... 64 5.7. Hasil Estimasi Model Binary (Probit) ... 67


(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 2.1. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ... 15 2.2. Porter’s Diamond Model... 19 2.3. Alur Kerangka Pemikiran ... 26 5.1. Analisis daya saing pasar tradisional dengan pendekatan

porter’s diamond... 46 5.2. Usia Responden ... 58 5.3. Pendidikan Responden ... 58 5.4. Pekerjaan Responden... 59 5.5. Pendapatan Rata-Rata Keluarga Perbulan ... 59 5.6. Alasan Konsumen Kurang Menyukai Belanja di Pasar Tradisional .. 65 5.7. Rekomendasi Strategi Peningkatan Daya Saing Pasar Tradisional ... 77


(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Data yang Digunakan dalam Estimasi ... 85 2. Hasil Olahan ... 87 3. Kuesioner Penelitian... 88


(25)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Era globalisasi telah merubah tatanan kehidupan masyarakat dunia ke arah

liberalisasi. Dampak liberalisasi tersebut tak hanya di satu bidang saja tetapi

berbagai bidang yang ada termasuk ekonomi. Liberalisasi ekonomi yang terjadi

merupakan konsekuensi logis dari fenomena globalisasi yang harus dihadapi oleh

negara Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang menganut sistem

perekonomian terbuka. Liberalisasi ekonomi yang terjadi juga berarti adanya

liberalisasi perdagangan. Secara otomatis, hal ini tentu berpengaruh terhadap

sektor perdagangan, dimana kepemilikan asing telah memasuki subsektor

perdagangan eceran.

Sektor perdagangan merupakan sektor yang berperan penting dalam

perekonomian negara. Hal ini ditunjukkan dari kontribusinya yang cukup positif

terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Pertumbuhan sektor

perdagangan termasuk hotel dan restoran sebelum krisis dari tahun 1990 s/d 1997

tercatat selalu di atas 5 persen, yaitu pada kisaran 5,43 persen pada tahun 1991,

dan 8,16 persen pada tahun 1996. Setelah krisis khususnya dalam tiga tahun

terakhir pertumbuhan sektor perdagangan berdasarkan harga konstan tahun 2000

menurun menjadi 4,38 persen pada tahun 2001, yang selanjutnya meningkat

kembali menjadi 5,80 persen pada tahun 2004, dan 8,59 persen di tahun 2005.

Sementara itu, pertumbuhan subsektor perdagangan besar dan eceran cenderung


(26)

2004. Berdasarkan data tersebut dan nilai transaksi dari sektor perdagangan,

sinyal positif dari pertumbuhan sektor perdagangan lebih didorong oleh subsektor

perdagangan eceran yang mencapai 82,20 persen dari total nilai transaksi

dibandingkan perdagangan besar yang hanya sebesar 17,80 persen (Departemen

Perdagangan, 2006).

Peranan dari pertumbuhan subsektor perdagangan eceran telah

menunjukkan bahwa industri ritel nasional telah memberikan kontribusi yang

cukup signifikan bagi pertumbuhan sektor perdagangan. Namun, terdapat indikasi

bahwa berkembangnya industri ritel nasional lebih didorong oleh pemain baru

dalam industri tersebut yaitu ritel moderen dibandingkan ritel tradisional yang

merupakan pemain lama. Dalam beberapa tahun saja, retail moderen dapat terus

meningkatkan pangsa pasarnya, tidak hanya di daerah perkotaan tapi juga sudah

sampai ke pelosok-pelosok daerah. Berdasarkan Tabel 1.1, meskipun kontribusi

pasar tradisional terhadap pertumbuhan pasar nasional masih paling besar/cukup

dominan sebesar 79,80 persen pada tahun 2000 namun laju pertumbuhannya terus

mengalami penurunan. Menurut AC Nielsen seperti yang dikutip dalam KPPU

(2004) penurunan ini dapat diduga sebagai salah satu konsekuensi langsung dari

pesatnya pertumbuhan pasar moderen yang pangsa pasarnya mengalami

peningkatan yang pesat.

Tabel 1.1. Kontribusi Penjualan Retail Moderen Terhadap Pasar Nasional Periode April 2000-Maret 2003 (persen)

Jenis Retail 2000 2001 2002 2003

Supermarket/hyper 16,70 20,50 20,20 21,20

Minimarket 3,40 4,60 4,90 5,10

Pasar Tradisional 79,80 74,90 74,90 73,80


(27)

Tabel 1.2 menunjukkan jumlah perkembangan pasar moderen yang

semakin meningkat selama periode 1995-2005 hingga 1277 unit sedangkan

jumlah pasar tradisional secara rata-rata mengalami penurunan. Ekspansi dari

pasar moderen inilah yang turut mendorong jumlah omset penjualan pasar

moderen semakin meningkat. Ekspansi ini pun dipermudah oleh Pemerintah

Daerah dalam proses perizinan dan pendiriannya sejak diberikannya wewenang

kekuasaan pada daerah atau dengan kata lain sejak otonomi daerah dilakukan. Hal

ini dilakukan Pemerintah Daerah dalam rangka ingin mengejar dan meningkatkan

Pendapatan Asli Daerahnya (PAD) yang sekarang ini menjadi tujuan utama

otonomi daerah.

Tabel 1.2. Perkembangan Jumlah Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Indonesia Periode 1994-2005 (unit)

Tahun Pasar Tradisional Pasar Modern

1995 9140 925

2000 8309 1119

2005 7394 1277

Sumber : Departemen Perdagangan dalam Hartati, 2006

Perkembangan pasar modern yang begitu pesat memberikan dampak yang

secara langsung maupun tidak langsung terhadap pasar tradisional selaku pemain

lama dalam industri ritel nasional. Kondisi pasar tradisional yang identik dengan

kumuh, becek, semrawut, bau dan sebagainya menambah keterpurukan pasar

tersebut. Harga yang murah saja tak menjadi jaminan bagi pasar tradisional untuk

dapat kembali merebut pangsa pasarnya yang sudah hilang, karena dibalik itu ada

pasar modern yang mampu menawarkan harga yang sama bahkan lebih murah

dari pasar tradisional. Selain itu, secara fisik pasar moderen juga memberikan


(28)

nyaman, tidak bau, ber-AC, dan bersih. Bahkan dalam perkembangannya, pasar

moderen juga menyediakan tempat hiburan, arena bermain untuk anak-anak,

restoran dan lain sebagainya.

Istilah “Siapa yang kuat/unggul dialah yang menang” mungkin bisa saja

terjadi dalam konteks ini, apabila pasar tradisional tidak segera memperkuat

posisinya untuk meningkatkan daya saingnya. Perlahan tapi pasti, pergeseran

minat masyarakat dalam berbelanja akan cenderung beralih dari pasar tradisional

ke pasar moderen, meskipun hal ini mungkin tidak akan terjadi hingga 100 persen

karena pasar tradisional masih memiliki langganannya terutama masyarakat kelas

bawah. Seandainya pasar tradisional dapat lebih memanfaatkan kesempatan dan

peluang ini untuk berusaha lebih kreatif dalam meningkatkan daya saingnya,

pergeseran belanja konsumen dari pasar tradisional ke pasar moderen setidaknya

dapat diminimalisir. Dalam artian pangsa pasar untuk pasar tradisional minimal

dapat dipertahankan sampai periode-periode berikutnya.

Pasar tradisional merupakan tulang punggung perekonomian yang tak bisa

dibiarkan tergerus oleh pasar moderen yang semakin menjamur, karena pasar ini

melibatkan jutaan pedagang yang relatif berskala kecil. Menurut Dharma,

Direktur Eksekutif Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh

Indonesia (DPP APPSI) bahwa APPSI mempunyai anggota 24.000 pasar, yang

mencakup 12,60 juta pedagang tersebar di 26 provinsi. Pasar tersebut bervariasi,

dari yang kecil, terdiri dari sekitar 200-500 pedagang, hingga yang besar seperti

Tanah Abang dan Senen, yang memiliki anggota 10.000 sampai 20.000 pedagang


(29)

gulung tikar karena dagangannya selalu rugi dan tidak dapat bertahan di tengah

derasnya persaingan usaha yang semakin ketat dengan pasar moderen, hasilnya

adalah jumlah pengangguran Indonesia yang akan meningkat. Selain itu, pasar

tradisional juga dianggap sebagai pusat jalur pemasaran hasil produksi kalangan

pengusaha kecil maupun sumber pasokan bahan baku yang dibutuhkan industri

yang dinilai sangat strategis bagi pengembangan ekonomi masyarakat.

Persaingan diantara pasar tradisional dan moderen memberikan

keuntungan bagi konsumen karena konsumen memiliki pilihan tempat berbelanja

yang lebih banyak. Konsumen yang rasional akan berusaha memilih tempat

berbelanja yang dapat memberikan tingkat kepuasaan kepadanya.

Oleh karena itu, penting untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja terutama pasar tradisional

yang menjadi fokus penelitian. Informasi ini tentunya sangat bermanfaat untuk

pengembangan pasar tradisional dalam rangka meningkatkan daya saingnya.

1.2. Perumusan Masalah

Pergeseran dominasi dalam ritel nasional memang telah nampak ketika

arus globalisasi tak bisa lagi dibendung apalagi dilarang. Hingga tahun 2006 ini

pangsa pasar tradisional terus mengalami penurunan, sebagian besar pangsa

pasarnya telah beralih ke pasar moderen. Bila pada tahun 2002, dominasi

penjualan di segmen pasar tradisional mencapai 75 persen maka pada tahun 2003

turun menjadi hanya 70 persen (Republika, 2005). Masih berdasarkan penelitian


(30)

tahunnya tumbuh 31,40 persen, dengan penetrasi hingga ke daerah-daerah kecil.

Sedangkan pertumbuhan pasar tradisional minus 8 persen (Pikiran Rakyat, 2006).

Booming pasar moderen di era tahun 90-an telah menyedot perhatian para konsumen Indonesia. Agresifitasnya untuk memperluas pangsa pasar telah

menimbulkan kekhawatiran di pihak lain dalam dunia ritel nasional yaitu pasar

tradisional. Dalam beberapa tahun saja, gerai-gerai pasar moderen di Indonesia

sampai akhir 2002 telah mencapai 2.408 gerai yang tersebar di seluruh Indonesia,

yang terdiri dari Minimarket 972 gerai, Supermarket 683 gerai, Departemen Store

376 gerai dan Hypermarket sebesar 17 gerai (Visdatin, 2003). Perkembangan pasar moderen yang telah mencapai kategori tak terkendali memang telah

menyisakan kekhawatiran bahkan fobia pasar tradisional. Kondisi pasar tradisional yang terkenal dengan ketidaknyamanannya, becek, kotor, tidak teratur,

dan sebagainya telah menjadi salah satu faktor menurunnya daya saing pasar

tersebut.

Hanya terdapat dua pilihan bagi pasar tradisional menghadapi persaingan

usaha yang ketat dengan pasar moderen yaitu dibiarkan mati atau ada strategi

yang dapat digunakan untuk mensiasati persaingan tersebut dengan mencari

potensi dari pasar tradisional yang bisa dikembangkan. Salah satu cara untuk

mensiasatinya adalah dengan mengetahui dan mempelajari apa yang diinginkan

konsumen. Konsumen menjadi unsur yang sangat penting bagi pengembangan

sebuah pasar karena konsumen merupakan salah satu pelaku yang menjadi syarat

terlaksananya sebuah transaksi perdagangan. Dalam hal ini pasar tradisional


(31)

menggunakan pendekatan preferensi masyarakat dalam berbelanja. Preferensi

konsumen (masyarakat) menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai alternatif

pilihan tempat berbelanja dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Dari

pemahaman tersebut, perlu diketahui alasan dan motivasi masyarakat dalam

memilih tempat berbelanja. Hal ini dapat dijadikan pedoman dalam

mengembangkan pasar tradisional yang bisa jadi selama ini belum digarap dengan

baik dan optimal. Secara sistematis, masalah yang akan diajukan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya

saing pasar tradisional?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam

berbelanja di pasar tradisional?

3. Strategi apa yang dapat direkomendasikan untuk peningkatan daya saing

pasar tradisional?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang akan diajukan, ada beberapa tujuan

dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Menganalisa potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya

saing pasar tradisional.

2. Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat

dalam berbelanja di pasar tradisional.

3. Merumuskan strategi yang dapat dilakukan pasar tradisional untuk


(32)

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakat dapat memilih

berbagai alternatif pilihan tempat berbelanja. Penelitian ini diasumsikan bahwa

masyarakat berbelanja di pasar tradisional atau selain pasar tradisional (pasar

moderen dan warung). Objek penelitian untuk mengetahui preferensi masyarakat

dalam berbelanja dibatasi dan difokuskan kepada ibu rumah tangga. Hal ini

dikarenakan ibu rumah tangga lebih memahami dan kompeten untuk mengurus

kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangganya. Penelitian ini untuk mengetahui

preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional hanya dilakukan di

Bogor. Ada kemungkinan pengambilan wilayah ini tidak dapat merepresentasikan

preferensi masyarakat secara nasional. Hal ini dikarenakan preferensi masyarakat

di tiap wilayah memiliki perbedaan baik dari kondisi demografis, faktor budaya

hingga kebijakan pemerintah daerahnya masing-masing. Meskipun dalam hal ini,

untuk pasar tradisional hampir sebagian besar di Indonesia memiliki karakteristik

dan kondisi yang tak jauh berbeda.

1.5. Manfaat Penelitian

Adanya identifikasi dan analisis dari perumusan masalah yang diajukan,

diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengelola pasar

tradisional, asosiasi yang bersangkutan, Pemerintah Provinsi dan daerah sebagai

bahan masukan dan referensi dalam pengembangan pasar tradisional. Selain itu,

penulis sendiri dalam menambah pengetahuan, wawasan dan mengaplikasikan


(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Konsep Pasar dan Klasifikasinya

Menurut Mariana dan Paskarina (2006), pasar memiliki berbagai definisi yang berkembang. Dari definisi yang ada, pasar dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok penjual dan pembeli yang mempertukarkan barang yang dapat disubstitusikan. Konsep dan pemaknaan pasar sesungguhnya sangat luas, mencakup dimensi ekonomi dan sosial-budaya. Dalam perspektif ekonomi pasar secara fisik diartikan sebagai tempat berlangsungnya transaksi barang dan jasa dalam tempat tertentu. Sedangkan secara ekonomi, pasar merupakan tempat bertemunya permintaan dan penawaran, yaitu ada yang menawarkan barang dan ada yang menginginkannya dengan harga yang disepakati kedua belah pihak.

Dalam perspektif sosial-budaya, pasar merupakan tempat berlangsungnya interaksi sosial lintas strata. Dikotomi tradisional dan moderen yang dikenakan terhadap jenis pasar bersumber dari pergeseran pemaknaan terhadap pasar, yang semula menjadi ruang bagi berlangsungnya interaksi sosial, budaya, dan ekonomi kemudian tereduksi menjadi ruang bagi berlangsungnya transaksi ekonomi dan pencitraan terhadap modernisasi yang berlangsung dalam masyarakat (Mariana dan Paskarina, 2006). Bagi sektor perdagangan, pasar merupakan tempat pedagang berusaha, sebagai sarana distribusi barang bagi produsen dan petani, tempat memonitor perkembangan harga dan stok barang beserta lapangan kerja bagi masyarakat luas (Sukesih, 1994).

Sukesih (1994) menyatakan bahwa citra pasar dalam arti fisik telah mengalami banyak pembenahan dan peningkatan menjadi hal yang menarik


(34)

seiring dengan kemajuan pembangunan ekonomi. Menariknya sarana tempat berdagang tersebut baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta, ditentukan oleh pengelola pasar/tempat perdagangan dan tidak kalah pentingnya yang dilakukan/peranan pedagang itu sendiri. Pengelola hanya menyediakan fasilitas dan kemudahan untuk keperluan pedagang dan pengunjung, sedangkan para pedagang perlu memperhatikan:

1. Kelengkapan Barang

Barang-barang harus lengkap agar pembeli tidak perlu mencari-cari ke toko lain atau ke pasar lain. Pengertian lengkap ini bukan hanya barangnya saja tetapi yang perlu diperhatikan adalah keterkaitan antara satu barang dengan barang lainnya, sehingga barang itu dapat dipakai atau digunakan dan saling melengkapi.

2. Display

Penataan barang atau pengaturannya (display) selain dapat menarik pembeli, cara ini dapat memberi kesan serba rapi dan teratur artinya mudah dicari dan mudah mengontrolnya.

3. Kualitas Barang

Kualitas barang banyak berpengaruh terhadap mengapa orang datang pada suatu toko. Adakalanya pembeli lebih senang dengan harga yang lebih mahal dengan kualitas terjamin, kecuali utnuk barang-barang yang diketahui harganya secara umum.


(35)

4. Harga Barang

Harga bersaing, artinya jangan ada kesan barang yang sama lebih mahal dibandingkan di pasar lainnya. Bila terpaksa dan tidak bisa dielakkan lagi maka perlu diberi alasan yang kuat mengapa barang tersebut menjadi lebih mahal. Mungkin karena faktor kualitas, pelayanan atau ada hal-hal lainnya yang menyebabkan barang berbeda harganya.

5. Kemudahan Berbelanja

Berbelanja ingin praktis, ia tidak mau direpotkan harus membawa tempat berbelanjaan dari rumah. Dengan tersedianya kantong-kantong plastik/kertas yang menarik sudah merupakan keharusan dalam pelayanan. 6. Ketepatan Ukuran

Adanya jaminan yang sesuai dengan timbangan, takaran dan ukuran dapat membuat kepuasan pembeli. Bila pedagang memberi harga murah tetapi kuantitasnya dikurangi, cara ini dapat membahayakan dan dapat membuat orang jera untuk berbelanja di toko tersebut.

Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.23/MPP/Kep/1/1998 tentang Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan, pasar didefinisikan sebagai tempat bertemunya pihak penjual dan pihak pembeli untuk melakukan transaksi dimana proses jual beli terbentuk, yang menurut kelas mutu pelayanan, dapat digolongkan menjadi pasar tradisional dan pasar modern (Departemen Perdagangan, 2006) :

1. Pasar Modern merupakan pasar yang dibangun oleh pemerintah, swasta atau koperasi dalam bentuk berupa mall, supermarket, department store


(36)

dan shopping center dimana pengelolaannya dilaksanakan secara modern dan mengutamakan pelayanan kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada di satu tangan, bermodal relatif kuat dan dilengkapi dengan label harga yang pasti.

2. Pasar Tradisional merupakan pasar yang bentuk bangunannya relatif sederhana, dengan suasana yang relatif kurang menyenangkan (ruang usaha sempit, sarana parkir kurang memadai, kurang menjaga kebersihan pasar dan penerangan yang kurang baik). Barang yang diperdagangkan adalah kebutuhan sehari-hari, harga barang relatif murah dengan mutu yang kurang diperhatikan dan cara pembeliannya dilakukan dengan tawar menawar.

Untuk dapat lebih memahami mengenai pasar tradisional dan pasar modern, perlu diketahui dahulu perbedaan karakteristik antara kedua pasar tersebut. Perbedaan karakteristik tersebut dapat dilihat di Tabel 2.1.

2.2. Perilaku Konsumen

Menurut Setiadi (2003), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran yang tepat pemasar harus memahami apa yang mereka pikirkan (kognisi) dan mereka rasakan (pengaruh), apa yang mereka lakukan (perilaku), dan apa serta dimana (kejadian di sekitar) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan konsumen.


(37)

Tabel 2.1. Perbedaan Karakteristik antara Pasar Tradisional dengan Pasar Moderen

No. Aspek Pasar Tradisional Pasar Modern

1 Histori Evolusi panjang Fenomena baru

2 Fisik Kurang baik, sebagian baik Baik dan mewah 3 Pemilikan/

kelembagaan

Milik masyarakat/desa, Pemda, sedikit swasta

Umumnya

perorangan/swasta

4 Modal Modal

lemah/subsidi/swadaya masyarakat/Inpres

Modal kuat/digerakkan oleh swasta

5 Konsumen Golongan menengah ke

bawah

Umumnya golongan menengah ke atas

6 Metode pembayaran

Ciri dilayani, tawar menawar

Ada ciri swalayan, pasti

7 Status tanah Tanah negara, sedikit

sekali swasta

Tanah

swasta/perorangan 8 Pembiayaan Kadang-kadang ada subsidi Tidak ada subsidi

9 Pembangunan Umumnya pembangunan

dilakukan oleh Pemda/desa/masyarakat

Pembangunan fisik umumnya oleh swasta

10 Pedagang yang masuk

Beragam, masal, dari sektor informal sampai pedagang menengah dan besar

Pemilik modal juga pedagangnya (tunggal) atau beberapa pedagang formal skala menengah dan besar

11 Peluang masuk/partisipasi

Bersifat masal (pedagang kecil, menengah dan bahkan besar)

Terbatas umumnya pedagang tunggal, dan menengah ke atas

12 Jaringan Pasar regional, pasar kota, pasar kawasan

Sistem rantai korporasi nasional atau bahkan terkait denga modal luar negeri (manajemen tersentralisasi)

Sumber: CESS (1998) dalam KPPU, 2004

2.2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Menurut Setiadi (2003), keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli. Sebagian besar adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pemasar, tetapi harus benar-benar diperhitungkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah sebagai berikut :


(38)

1. Faktor-faktor kebudayaan, diantaranya adalah: kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya, kelas sosial adalah kelompok-kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa.

2. Faktor-faktor Sosial diantaranya adalah kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok referensi dari konsumen sasaran mereka. Orang umumnya sangat dipengaruhi oleh kelompok referensi mereka. Keluarga, dalam kehidupan pembeli dapat dibedakan antara dua keluarga, yang pertama adalah: keluarga orientasi, yang merupakan orang tua seseorang. Dari orang tualah seseorang mendapatkan pandangan tentang agama, politik, ekonomi, dan merasakan ambisi pribadi nilai atau harga diri dan cinta. Keluarga prokreasi, yaitu pasangan hidup anak-anak seseorang keluarga merupakan organisasi pembeli dan konsumen yang paling penting dalam suatu masyarakat dan telah diteliti secara intensif. Peran dan Status, seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya –keluarga, klub,


(39)

organisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan status.

3. Faktor Pribadi diantaranya adalah umur, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri.

4. Faktor-faktor Psikologi diantaranya adalah motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap.

2.2.2. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Proses pembelian yang spesifik terdiri dari urutan kejadian berikut : pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Urutan kejadian tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

(Setiadi, 2003)

Gambar 2.1. menyiratkan bahwa konsumen melewati kelima tahap seluruhnya dalam setiap pembelian. Secara terinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pengenalan masalah. Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkan. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh ransangan internal dalam kasus pertama dari kebutuhan normal seseorang, yaitu rasa lapar dan dahaga yang meningkat Pengenalan

Kebutuhan

Pencarian informasi

Evaluasi Alternatif

Keputusan membeli

Perilaku pasca pembelian


(40)

sehingga suatu tingkat tertentu dan berubah menjadi dorongan. Atau suatu kebutuhan dapat timbul karena disebabkan rangsangan eksternal. 2. Pencarian Informasi. Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya

akan terdorong untuk mencari informasi lebih banyak. Salah satu faktor kunci bagi pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang dipertimbangkan oleh konsumen dan pengaruh relatif dari masing-masing sumber terhadap keputusan-keputusan membeli.

3. Evaluasi Alternatif. Ada beberapa proses evaluasi keputusan. Kebanyakan model dari proses evaluasi konsumen sekarang bersifat kognitif, yaitu mereka memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian tehadap produk terutama berdasarkan pertimbangan yang sadar dan rasional.

4. Keputusan Membeli. Ada dua faktor yang mempengaruhi tujuan membeli dan keputusan membeli. Faktor yang pertama adalah sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain akan mngurangi alternatif pilihan seseorang akan tergantung pada dua hal (1) Intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif pilihan konsumen dan (2) Motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain tersebut. Faktor yang kedua adalah keadaan yang tidak terduga.

5. Perilaku Pasca Pembelian. Sesudah pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan konsumen akan mengalami beberapa tingkatan kepuasaan atau ketidakpuasaan. Konsumen tersebut juga akan terlihat


(41)

dalam tindakan-tindakan sesudah pembelian dan penggunaan produk yang akan menarik minat pemasar.

2.3. Preferensi Konsumen

Kotler (1997) mendefinisikan preferensi konsumen sebagai suatu pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap produk (barang atau jasa) yang dikonsumsi. Preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada. Teori preferensi digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan bagi konsumen. Dalam ilmu ekonomi teori pilihan dimulai dengan menjelaskan preferensi (pilihan) seseorang. Preferensi ini meliputi pilihan dari yang sederhana sampai kompleks, untuk menunjukkan bagaimana seseorang dapat merasakan atau menikmati segala sesuatu yang ia lakukan. Setiap orang tidak bebas untuk melakukan segala sesuatu yang diinginkan karena terkendala oleh waktu, pendapatan dan banyak faktor lain dalam menentukan pilihannya.

Terdapat banyak aksioma yang digunakan untuk menerangkan tingkah laku individu dalam masalah penetapan pilihan. Menurut Nicholson (2001), terdapat tiga sifat dasar preferensi, yaitu :

1. Kelengkapan (Completeness)

Jika A dan B merupakan dua kondisi, maka tiap orang selalu harus bisa menspesifikasikan apakah :

a. A lebih disukai daripada B b. B lebih disukai daripada A c. A dan B sama-sama disukai


(42)

Dengan proposisi ini tiap orang diasumsikan selalu dapat menentukan pilihan diantara dua alternatif yang ditawarkan.

2. Transitivitas (Transitivity)

Jika seseorang mengatakan bahwa ia lebih menyukai A daripada B, dan lebih menyukai B daripada C, maka ia harus lebih menyukai A daripada C.

3. Kontinuitas (Continuity)

Jika seseorang mengatakan “A lebih disukai daripada B” maka situasi yang mirip dengan A harus lebih disukai daripada B. Dengan proposisi ini tiap orang harus konsisten dalam setiap penetapan pilihan yang diambilnya.

Ketiga proposisi diatas diasumsikan tiap orang dapat membuat atau menyusun rangking semua kondisi atau situasi mulai dari yang paling disukai hingga yang paling tidak disukai. Pada sejumlah alternatif yang ada, orang lebih cenderung memaksimumkan kepuasannya.

2.3. Konsep Daya Saing Porter’s Diamond

Daya saing usaha dapat didefinisikan sebagai kemampuan usaha suatu perusahaan dalam suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan yang dihadapi (Porter, 1995). Dalam ilmu ekonomi, daya saing merupakan konsep yang bersifat relatif (Relative Concept). Dalam pemahaman tersebut, konsep daya saing identik dengan konsep efisiensi. Dengan menggunakan kriteria atau melihat indikator tertentu sebagai acuan, maka dapat diukur tingkat kuat lemahnya daya saing. Porter menganalisis daya saing sebuah industri dengan pendekatan diamond model. Adapun elemen dari diamond model tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2.


(43)

Gambar 2.2. Porter’s Diamond Model

a. Kondisi Faktor

Kondisi faktor dalam analisis Porter adalah variabel-variabel yang sudah ada dan dimiliki oleh suatu industri seperti sumber daya manusia (human resource), modal (capital resource), infrastruktur fisik (physical infrastructure), infrastruktur informasi (information infrastructure), infrastruktur administrasi (administrative infrastructure), serta sumber daya alam. Semakin tinggi kualitas faktor input ini, maka semakin besar peluang industri untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas.

b. Kondisi Permintaan

Kondisi permintaan menurut diamond model dikaitkan dengan sophisticated and demanding local customer. Kondisi permintaan merupakan sifat dari permintaan asal untuk barang dan jasa. Semakin maju suatu masyarakat dan semakin demanding pelanggan dalam negeri, maka industri akan selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas produk atau melakukan inovasi guna memenuhi keinginan pelanggan lokal yang tinggi.

Strategi Perusahaan, Struktur dan

Persaingan

Kondisi Faktor Permintaan Kondisi

Industri Pemasok dan Terkait


(44)

Namun dengan adanya globalisasi, kondisi permintaan tidak hanya berasal dari lokal tetapi juga bersumber dari luar negeri.

c. Industri Pemasok dan Terkait

Adanya industri pemasok dan terkait akan meningkatkan efisiensi dan sinergi dalam suatu industri. Sinergi dan efisiensi dapat tercipta terutama transaction cost, sharing teknologi, informasi maupun skill tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh industri atau perusahaan lainnya. Manfaat lain industri pemasok dan terkait adalah akan terciptanya daya saing dan produktivitas yang meningkat.

d. Strategi Perusahaan, Struktur dan Persaingan

Strategi perusahaan dan pesaing dalam diamond model juga penting karena kondisi ini akan memotivasi perusahaan atau industri untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan dan selalu mencari inovasi baru. Dengan adanya persaingan yang sehat, perusahaan akan selalu

mencari strategi baru yang cocok dan berupaya untuk selalu meningkatkan efisiensi.

2.5. Keterkaitan antara Daya Saing Dengan Preferensi Masyarakat

Tweeten dalam Saragih (2000) lebih lanjut mendefinisikan keunggulan bersaing sebagai kemampuan suatu perusahaan dalam mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar secara menguntungkan dan berkelanjutan melalui pemanfaatan keunggulan komparatifnya. Konsep keunggulan bersaing dengan deskripsi tersebut secara eksplisit menyertakan preferensi atau selera konsumen sebagai syarat keharusan (necessary condition) dalam upaya peningkatan daya


(45)

saing. Harga yang murah dan kompetitif sebagai implikasi dari orientasi biaya produksi minimum (efisiensi) di pasar bukanlah suatu determinan tunggal dalam keunggulan bersaing. Preferensi konsumen merupakan sebuah cetak biru (blue print) yang harus digarap secara serius. Terlebih pada struktur pasar yang mengarah pada mekanisme liberalisasi perdagangan tanpa distorsi.

2.6. Model Probit

Menurut Arief (1993), model Probit didasarkan atas asumsi bahwa variabel dependen yang diteliti mengikuti fungsi distribusi kumulatif yang berbentuk normal. Oleh karena didasarkan atas normal cumulative distribution function, maka model ini disebut juga sebagai model normit(normit model).

Menurut Gujarati (1997), penggunaan model Probit yaitu untuk menjelaskan perilaku suatu variabel tak bebas (dependen) yang dummy atau dichotomous. Variabel dependennya bernilai 0 atau 1. Modelnya secara sederhana sebagai berikut :

Yi = α + β Xi + Ui...(2.1)

Yi bersifat dikotomi sebagai fungsi linear dari variabel yang menjelaskan Xi € (Yi/

Xi) merupakan harapan bersyarat dari Yi untuk Xi tertentu.

Sedangkan menurut Koop (2003), model Probit digunakan ketika variabel dependennya berupa data kualitatif sebagai dummy yang bernilai 0 dan 1. Ketika individu membuat sebuah pilihan diantara dua pilihan, secara ekonomi akan dirumuskan dengan fungsi utilitas. Jika utilitas dari individu i dan Uji (Untuk J =

0,1). Individu akan memilih 1 jika U1i > U0i dan sebaliknya jika pilihannya 0.


(46)

mengasumsikan perbedaan utilitas ini mengikuti regresi linear normal yang dinyatakan sebagai berikut :

Yi* = Xi’ β + εi...(2.2) Ahli ekonomi tidak meninjau Yi* secara langsung, tetapi hanya pilihan yang

sebenarnya dibuat oleh individu i.

Menurut Maddala (1994) dalam prakteknya Yi* tidak dapat diobservasi.

Sedangkan yang dapat kita observasi adalah variabel dummy Y yang didefinisikan sebagai berikut :

Y = 1 jika Yi* > 0

Y = 0 jika sebaliknya

Prob (Yi = 1) = Prob (Ui > - β’ Xi)

= 1 – F (- β’ Xi)...(2.3)

Nilai pengamatan dari Y dalam model Probit ini hanya dapat direalisasikan sebagai sebuah proses binomial dengan probabilitas seperti diatas. Oleh karena itu kemungkinan fungsinya adalah :

L = Пyi = 0 F(- β’ Xi) Пyi = 1 [ 1 - F(- β’ Xi) ]...(2.4)

2.7. Penelitian Terdahulu

Sukesih (1994) dalam penelitiannya yang berjudul “Pasar Swalayan dan Prospeknya” menyatakan bahwa di kota-kota besar (khususnya Jakarta) telah terjadi gejala pergeseran yang cepat dalam pola berbelanja masyarakat. Pendapatan masyarakat yang meningkat menyebabkan jumlah barang dan jenis barang yang dikonsumsi masyarakat semakin bertambah, dan tingkat pendidikan masyarakat menyebabkan kecenderungan untuk memilih sendiri barang yang


(47)

dibeli sesuai dengan seleranya. Wanita yang bekerja semakin banyak menyebabkan pola belanja yang berubah. Pola hidup masyarakat kelompok atas, negara maju semakin mempengaruhi pola hidup kelompok masyarakat atas di kota-kota besar yang pada gilirannya akan dicontoh oleh lapisan menengah sampai golongan bawah. Semua perubahan ini mempengaruhi pertumbuhan pasar swalayan yang pesat.

KPPU (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Kajian Bidang Industri dan Perdagangan Sektor Ritel” menyatakan bahwa ketika taraf hidup masyarakat meningkat, disamping membutuhkan ketersediaan berbagai macam barang yang lengkap dari kebutuhan primer hingga kebutuhan tersier, masyarakat juga membutuhkan fasilitas-fasilitas pendukung seperti kenyamanan, kebebasan ataupun jaminan harga murah dan kualitas baik. Kenyamanan menjadi alasan utama untuk beralihnya tempat berbelanja bagi masyarakat dari pasar tradisional ke pasar moderen, meskipun masyarakat tidak mungkin meninggalkan pasar tradisional 100 persen. Berdasarkan survey yang dilakukan, untuk pakaian jadi, 67,5 persen orang membeli di pasar moderen, tetapi untuk sayur mayur 92,5 persen orang masih membeli di pasar tradisional.

Hartati (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Pergeseran Perdagangan Eceran Dari Sektor Tradisional Ke Moderen” menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran perdagangan eceran baik di tingkat nasional maupun propinsi dengan indikator jumlah pasar pada kurun waktu 1995 dan 2000 serta 2000 dan 2005 dimana jumlah pasar tradisional selam periode tersebut terus mengalami penurunan sedangkan jumlah pasar moderen mengalami peningkatan


(48)

pada periode yang sama. Selain itu, laju pertumbuhan omset juga mengalami hal yang sama, laju pertumbuhan omset pasar tradisional mengalami hal sebaliknya. Hal ini mengindikasikan konsumen lebih tertarik untuk berbelanja di pasar moderen daripada pasar tradisional.

Sridawati (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Masyarakat Terhadap Penggunaan Kartu Pembayaran Elektronik” dengan menggunakan alat analisis regresi logistik menyatakan bahwa ada delapan variabel yang nyata mempengaruhi preferensi masyarakat dalam menggunakan kartu pembayaran elektronik, diantaranya: jenis kelamin, umur, pendidikan, pendapatan rata-rata per bulan, pengeluaran, lokasi, teknologi dan motivasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketiga kartu bervariasi, pada kartu kredit yang mempengaruhi penggunaannya adalah pendidikan, pengeluaran, dan teknologi. Pada kartu debet yang mempengaruhi penggunaannya adalah jenis kelamin, pendapatan dan motivasi. Sedangkan pada kartu ATM yang mempengaruhi penggunaannya adalah umur, pendidikan, pendapatan dan lokasi.

Pada penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja yang akan membentuk preferensi masyarakat dan selanjutnya membentuk persepsi konsumen terhadap pasar tradisional yang dapat dijadikan acuan/rekomendasi untuk meningkatkan daya saing sebuah pasar. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode analisis probit. Sedangkan untuk menganalisa potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing pasar tradisional dengan menggunakan analisis porter’s diamond.


(49)

2.8. Kerangka Pemikiran

Penurunan pertumbuhan jumlah maupun omset penjualan pasar tradisional dari tahun ke tahun telah menunjukkan gejala pergeseran pola belanja masyarakat Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa preferensi masyarakat dalam berbelanja lebih cenderung ke pasar moderen dibandingkan ke pasar tradisional. Dengan kata lain pasar tradisional sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat yang lebih memilih berbelanja di pasar moderen. Padahal seperti diketahui pasar tradisional merupakan sarana pengembangan ekonomi rakyat yang menjadi salah satu saluran distribusi yang cukup efektif untuk menyalurkan dan mendistribusikan barang dari produsen ke konsumen.

Adanya gejala pergeseran pola berbelanja masyarakat tentunya menguntungkan bagi pasar moderen sedangkan bagi pasar tradisional ini merupakan sebuah ancaman. Referensi dalam meningkatkan daya saing sebuah pasar khususnya pasar tradisional dapat dilihat dari sisi konsumen dengan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional. Faktor-faktor ini akan membentuk preferensi masyarakat (dalam hal ini preferensi masyarakat adalah preferensi IRT), selanjutnya membentuk persepsi konsumen terhadap pasar tradisional. Informasi dari persepsi konsumen terhadap pasar tradisional diharapkan dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk pengembangan pasar tradisional yang selama ini belum digarap dengan baik dan optimal.

Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis statistik Regresi Binary dengan menggunakan model Probit, dimana variabel


(50)

dependennya berskala biner. Potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing pasar tradisional dianalisa dengan menggunakan analisis daya saing porter’s diamond. Hasil analisis deskriptif dan probit tersebut dirumuskan untuk menyusun rekomendasi strategi dalam peningkatan daya saing pasar tradisional. Alur kerangka pemikiran konseptual penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Alur Kerangka Pemikiran Terjadi gejala pergeseran

masyarakat berbelanja dari pasar tradisional ke pasar moderen

Persepsi konsumen terhadap pasar tradisional Pasar Tradisional

Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat berbelanja

di pasar tradisional Potensi dan kondisi

faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing pasar tradisional

Preferensi IRT

Strategi peningkatan daya saing pasar tradisional


(51)

2.9. Hipotesis

Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional adalah

1. Umur berpengaruh positif artinya semakin tua umur seseorang semakin besar peluang masyarakat yang preferensi belanjanya ke pasar tradisional. 2. Pendidikan berpengaruh negatif artinya semakin tinggi pendidikan

seseorang semakin kecil peluang masyarakat yang preferensi belanjanya ke pasar tradisional.

3. Dummy pekerjaan artinya peluang bagi IRT yang bekerja lebih kecil yang preferensi belanjanya ke pasar tradisional dibandingkan dengan IRT yang tidak bekerja.

4. Pendapatan rata-rata keluarga perbulan berpengaruh negatif artinya semakin tinggi pendapatan seseorang semakin kecil peluang masyarakat yang preferensi belanjanya ke pasar tradisional.

5. Intensitas belanja berpengaruh positif artinya semakin tinggi intensitas belanja seseorang di pasar tradisional semakin besar peluang masyarakat yang preferensi belanjanya ke pasar tradisional.

6. Harga barang artinya semakin murah harga barang di pasar tradisional semakin besar peluang masyarakat yang preferensi belanjanya ke pasar tradisional.


(52)

7. Kualitas barang artinya semakin baik kualitas barang di pasar tradisional semakin besar peluang masyarakat yang preferensi belanjanya ke pasar tradisional.

8. Kelengkapan barang artinya semakin lengkap barang di pasar tradisional semakin besar peluang masyarakat yang preferensi belanjanya ke pasar tradisional.

9. Kebersihan pasar artinya semakin bersih pasar tradisional semakin besar peluang masyarakat yang preferensi belanjanya ke pasar tradisional. 10. Kenyamanan pasar artinya semakin nyaman pasar tradisional semakin

besar peluang masyarakat yang preferensi belanjanya ke pasar tradisional. 11. Keamanan pasar artinya semakin aman pasar tradisional semakin besar

peluang masyarakat yang preferensi belanjanya ke pasar tradisional. 12. Dummy tempat tinggal artinya peluang bagi IRT yang tinggal di Kota

Bogor yang preferensi belanjanya ke pasar tradisional lebih kecil dibandingkan IRT yang tinggal di Kabupaten Bogor.


(53)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota dan Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive karena Bogor merupakan salah satu wilayah dari Jawa Barat. Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang mengalami penurunan jumlah pasar tradisional yang cukup signifikan. Sedikitnya 100 pasar dari sekitar 800 pasar tradisional yang tersebar di Jawa Barat kolaps (Murwanto, 2006). Selain itu, lokasinya terjangkau oleh peneliti dan efisien dalam waktu, biaya dan tenaga. Waktu penelitian ini dimulai dari Juni 2007 sampai Juli 2007.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui metode survei dengan menggunakan instrumen kuesioner dan wawancara. Kuisioner yang disebarkan berupa daftar pertanyaan yang telah disusun dengan rapi. Data sekunder berupa studi literatur dan data-data lain yang berkaitan dengan topik penelitian ini diperoleh dari berbagai dokumen yang tersedia antara lain majalah, buku, surat kabar, artikel di internet, Departemen Perdagangan, Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) serta instansi terkait lainnya.

3.3. Metode Penarikan Contoh

Penelitian ini menggunakan metode penarikan contoh yang disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Metode penarikan contoh untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional dengan menggunakan accidental sampling. Penarikan contohnya


(54)

dilakukan di tempat-tempat umum seperti rumah sakit, stasiun, masjid, pemukiman, dan kampus yang ada di wilayah Bogor. Penarikan contoh tidak diambil di pasar tradisional maupun selain pasar tradisional (pasar moderen dan warung). Hal ini dilakukan dalam rangka menghindarkan bias yang akan terjadi jika penarikan contoh diambil dari masing-masing tempat belanja tersebut.

Responden yang diambil sebagai sampel adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) karena umumnya IRTlah yang melakukan aktivitas belanja kebutuhan sehari-hari sehingga IRT dianggap lebih memahami dan kompeten dalam urusan ini. Jumlah sampel yang dijadikan responden sebanyak 97 orang, yang terdiri dari IRT yang preferensi belanjanya ke pasar tradisional sebanyak 42 orang sedangkan IRT yang preferensi belanjanya selain ke pasar tradisional sebanyak 55 orang.

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan analisis statistik Regresi Binary dengan menggunakan model Probit. Dalam penelitian ini, pengolahan data dengan menggunakan softwareSPSS 12, Microsoft Excel dan Eviews 4.1.

Penelitian ini mengikuti beberapa tahapan yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, yaitu :

1. Deskriptif data

Tahapan ini dilakukan untuk melihat karakteristik seluruh data yang diperoleh. Sebelum dilakukan pengolahan data dilakukan pengkodean data kualitatif dan mengklasifikasikan kategori jawaban untuk disesuaikan dengan tujuan penelitian.


(55)

2. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan porter’s diamond, metode frekuensi dan crosstabs. Analisis dengan pendekatan porter’s diamond digunakan untuk menganalisa kondisi dan potensi daya saing pasar tradisional. Analisis dengan menggunakan metode frekuensi digunakan untuk menjelaskan berbagai variabel yang berkaitan dengan jumlah dan persentase karakteristik responden. Sedangkan metode crosstabs digunakan untuk membandingkan antara IRT yang preferensi belanjanya ke pasar tradisional dan selain pasar tradisional dengan kategori yang ditentukan.

3. Model Probit

Model Probit digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat berbelanja di pasar tradisional. Variabel dependen yang digunakan untuk model Probit dalam penelitian ini adalah preferensi IRT yang berbelanja ke pasar tradisional. Model Persamaan regresinya dapat ditulis sebagai berikut:

Y = β1 + β2X1 + β3X2 + β4D1 + β5X3 + β6X4 + β7X5 + β8X6 + β9X7 + β10X8 + β11X9

+ β12X10 + β13D2 + ui………...(3.1)

Keterangan :

Y = 1 jika IRT preferensi belanjanya ke pasar tradisional 0 jika IRT preferensi belanjanya selain ke pasar tradisional X1 = Umur (tahun)

X2 = Pendidikan (tahun)


(56)

X3 = Pendapatan rata-rata keluarga per bulan (Rupiah)

X4 = Intensitas belanja (kali/bulan)

X5 = Harga barang

Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal yang bernilai 1 hingga 5. Nilai 1 adalah untuk pendapat masyarakat yang sangat tidak setuju dan nilai 5 adalah untuk pendapat masyarakat yang sangat setuju terhadap pernyataan “harga barang di pasar tradisional murah”.

X6 = Kualitas barang

Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal yang bernilai 1 hingga 5. Nilai 1 adalah untuk pendapat masyarakat yang sangat tidak setuju dan nilai 5 adalah untuk pendapat masyarakat yang sangat setuju terhadap pernyataan “kualitas barang di pasar tradisional baik”.

X7 = Kelengkapan barang

Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal yang bernilai 1 hingga 5. Nilai 1 adalah untuk pendapat masyarakat yang sangat tidak setuju dan nilai 5 adalah untuk pendapat masyarakat yang sangat setuju terhadap pernyataan “barang yang dijual dipasar tradisional lengkap”. X8 = Kebersihan pasar

Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal yang bernilai 1 hingga 5. Nilai 1 adalah untuk pendapat masyarakat yang sangat tidak setuju dan nilai 5 adalah untuk pendapat masyarakat yang sangat setuju terhadap pernyataan “kondisi pasar tradisional bersih”.


(57)

X9 = Kenyamanan pasar

Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal yang bernilai 1 hingga 5. Nilai 1 adalah untuk pendapat masyarakat yang sangat tidak setuju dan nilai 5 adalah untuk pendapat masyarakat yang sangat setuju terhadap pernyataan “berbelanja di pasar tradisional merasa nyaman”. X10 = Keamanan pasar

Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal yang bernilai 1 hingga 5. Nilai 1 adalah untuk pendapat masyarakat yang sangat tidak setuju dan nilai 5 adalah untuk pendapat masyarakat yang sangat setuju terhadap pernyataan “berbelanja di pasar tradisional merasa aman”. D2 = Dummy tempat tinggal

1 jika IRT tinggal di Kota Bogor 0 jika IRT tinggal di Kabupaten Bogor

i = Responden ke-i

ui = error

β1 = Intersep


(58)

IV. GAMBARAN UMUM PASAR TRADISIONAL

4.1. Gambaran Umum Pasar Tradisional di Indonesia

Kegiatan pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang penting bagi

produsen untuk menyampaikan produk yang dihasilkannya kepada masyarakat

luas. Salah satu sarana pemasaran tersebut adalah melalui pasar. Pasar merupakan

sarana bagi pengecer/peritel dalam melakukan seluruh aktivitasnya yang

berhubungan antara lain dengan penawaran, penjualan barang dan jasanya kepada

konsumen akhir. Istilah aktivitas digunakan oleh karena di dalam perdagangan

eceran/ritel tersebut kegiatan yang lebih daripada sekedar menjual. Aktivitas

tersebut meliputi kegiatan antara lain menangani pemasaran, manajemen

personalia, manajemen operasional, manajemen keuangan, sistem dan prosedur

arus barang dan sebagainya. Kegiatan uasaha perpasaran/ritel baik yang berskala

kecil, menengah maupun besar merupakan bagian dari kegiatan perdagangan jasa

yang memiliki nilai strategis bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini karena

perannya yang dapat mendorong pertumbuhan produksi, distribusi, pemenuhan

kebutuhan konsumen serta penciptaan lapangan kerja (Direktorat Bina Pasar dan

Distribusi, 2005).

4.1.1. Perkembangan Kebijakan untuk Pengembangan Pasar Tradisional Pasar tradisional merupakan sebuah perwujudan eksistensi kegiatan

ekonomi yang telah melembaga lama. Sejak awal kehadiran pasar tradisional

merupakan sarana tempat penjualan barang yang dilaksanakan oleh pedagang

kecil dan menengah dan koperasi dengan konsumen melalui tawar menawar.


(59)

ini. Di era 70an hingga 80an, pasar tradisional masih memegang peranan yang

dominan dalam formasi pasar nasional yang menyediakan barang-barang

kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat Indonesia.

Upaya pengembangan pasar terus dilakukan oleh pihak pemerintah dengan

mengeluarkan kebijakan yang mendukung pengembangan tersebut. Hal ini

terbukti, pada tahun 1976, pemerintah mengeluarkan kebijakan dengan

menyediakan sarana usaha perdagangan berupa tempat usaha yang dituangkan

untuk pertama kalinya dalam Instruksi Presiden RI No. 7 Tahun 1976 tentang

Bantuan Pembangunan dan Pemugaran Pasar, yang dikenal sebagai Program

Inpres Pasar. Program Inpres Pasar tersebut diharapkan dapat mewujudkan

pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya atau dengan kata lain distribuasi

pendapatan dari kegiatan usaha perdagangan tersebut dapat lebih merata secara

proporsional terutama dalam pemerataan kesempatan berusaha.

Selain itu, Pemerintah juga menyediakan dana untuk membangun Pusat

Pertokoan melalui Inpres Nomor 8 Tahun 1979 tentang Program Bantuan Kredit

Kontruksi Pembangunan dan Pemugaran Pusat Pertokoan/Perbelanjaan/Perdagangann

dan/atau Pertokoan. Tujuan Inpres Pertokoan tersebut adalah untuk membantu

Pemerintah Daerah Tingkat II dan Pemerintah DKI Jakarta menyediakan dana

bagi pembangunan dan pemugaran Pusat Pertokoan, Perbelanjaan, Perdagangan

dan atau Pertokoan yang akan diperuntukkan 60 persen bagi perdagangan

golongan ekonomi lemah dan di kompensasi pula dengan Kredit Investasi Kecil

(KIK) sedangkan 40 persen untuk golongan ekonomi kuat yang akan dibayar


(60)

Adanya kebijakan pemerintah untuk mendirikan atau memugar pasar dan

pertokoan melalui Inpres ini ternyata memberikan dampak yang positif bagi

berkembangnya jumlah pasar tradisional dan pasar swalayan di berbagai ibukota

propinsi dan ibukota kabupaten. Seiring berjalannya waktu, ternyata Program

Inpres ini sudah kurang kondusif bagi pendorong perkembangan pasar khususnya

pasar tradisional. Hal ini karena telah tejadi perubahan tren lingkungan akibat dari

adanya globalisasi. Pasar tradisional kurang cukup antisipatif dalam melihat

perubahan lingkungan yang terjadi sedangkan pasar moderen sendiri dapat

menyesuaikan dengan perubahan lingkungan yang terjadi. Hingga pada

perkembangannya, pasar moderen dapat memperluas usahanya dan menarik

perhatian konsumen Indonesia untuk beralih memenuhi kebutuhannya di pasar

tersebut.

Booming pasar moderen terjadi pada tahun 90an, kehadiran pasar ini telah memberikan alternatif masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Pada awalnya

target dari pasar ini adalah hanya kalangan menengah ke atas. Pasar modern

kemudian terus berkembang di Indonesia dengan melihat potensi pasar yang

masih sangat besar dalam bisnis ritel ini. Namun, pada tahun 1997, saat krisis

ekonomi terjadi pasar moderen sempat mengalami sedikit guncangan. Tindakan

penjarahan dan pembakaran pusat perbelanjaan saat itu, membuat bisnis ini

mengalami ketidakstabilan. Pada tahun yang sama, pasar tradisional terbukti

masih tetap bertahan dengan kondisi ekonomi yang tidak stabil. Hingga beberapa

tahun setelah krisis terjadi, pasar moderen mulai bangkit kembali dengan


(61)

tak terbatas hanya pada kalangan menengah ke atas saja namun sudah

berkembang ke kalangan menengah ke bawah. Contoh pasar moderen ini adalah

Ramayana dan Robinson.

Liberalisasi perdagangan juga turut mendorong perkembangan pasar

moderen di Indonesia. Pemerintah melalui Keppres No. 118 Tahun 2000 telah

membuka sebagian sektor perdagangan untuk Penanaman Modal Asing (PMA)

seperti perdagangan eceran skala besar (Mall, perdagangan besar,

distributor/wholesaler, perdagangan ekspor dan impor). Sumber daya manusia yang baik dan manajemen yang profesional mengakibatkan pasar moderen asing

dapat cepat tumbuh dan berkembang. Contohnya adalah Carrefour yang berasal

dari Perancis, Giant dari Malaysia, dan lain-lain. Semakin banyak pemain dalam

bisnis eceran ini menunjukkan persaingan yang semakin ketat baik bagi pasar

moderen lokal maupun pasar tradisional.

Penciptaan sinergi antara pengusaha pasar moderen dengan pedagang kecil

dan menengah, koperasi serta pasar tradisional, maka ditetapkan Keputusan

Bersama Menteri Dalam Negeri No. 145/MPP/Kep/5/97 dan No. 57 Tahun 1997

Tanggal 12 Mei 1997 mengenai Penataan dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan.

Tujuan Keputusan Bersama ini adalah untuk menciptakan sinergi antara pasar

moderen dengan pedagang kecil dan menengah, koperasi serta pasar tradisional

dengan kejelasan kewewenangan dalam pengaturan, pembinaan, pengembangan

dan pengendalian pasar moderen. Pada pelaksanaannya, kebijakan ini dirasakan


(62)

pesat. Hal ini diduga terdapat indikasi terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang

dilakukan pasar moderen terhadap peraturan tersebut.

Selain itu, kebijakan otonomi daerah yang memberikan kewenangan pada

Pemerintah Daerah menyebabkan kemudahan akses perizinan pasar moderen yang

tidak lagi harus meminta perizinan kepada Pemerintah Pusat kecuali pada daerah

dan jenis pasar moderen tertentu. Kemudahan akses ini dipergunakan pasar

moderen untuk melebarkan usahanya ke berbagai daerah hingga ke pelosok.

Motivasi Pemerintah Daerah yang besar terhadap upaya peningkatan Pendapatan

Asli Daerah (PAD) terkadang melupakan pengembangan pasar tradisional yang

telah ada di daerahnya dan menyuburkan pendirian pasar moderen.

Berdasarkan fasilitas yang dimiliki serta luas areal yang dipakai untuk

aktivitas perdagangan eceran, pasar moderen dapat dibedakan menjadi :

1. Hypermarket

Hypermarket adalah toko moderen yang memiliki luas areal diatas 5000 m2 per outletnya dengan variasi jenis barang yang lebih banyak dan pilihan merek

yang lebih luas. Hypermarket dapat menempati Pusat-pusat perdagangan/Pusat Pasar/Pusat Pertokoan atau gedung yang dibangun sendiri di lokasi khusus.

Konsep yang ditawarkan oleh hypermarket adalah konsep one stop shopping atau pusat pertokoan yang lengkap yang menyediakan berbagai macam kebutuhan

rumah tangga sehari-hari dimulai dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan

sandang. Kepemilikan hypermarket umumnya adalah join venture antara swasta lokal dengan swasta asing atau kepemilikin asing seperti kepemilikan Giant dan


(1)

1 31 16 1 3 4 2 3 4 2 2 2 1

0 47 18 1 5 1 3 2 2 1 1 1 1

1 34 12 1 2 4 5 5 5 4 4 4 0

0 35 16 0 4 1 5 0 5 1 1 1 0

0 32 18 0 2 4 3 4 3 3 3 3 0

0 31 12 0 3 1 3 3 2 1 1 2 0

0 35 16 1 5 4 3 2 2 3 3 3 0

0 34 12 1 3 3 2 3 4 2 2 2 1

1 46 9 1 5 3 4 4 3 3 3 3 1

0 43 12 0 2 8 5 2 2 1 3 2 0

0 36 15 1 1 8 3 3 4 1 3 2 0

0 39 12 0 2 4 3 4 4 3 4 4 1

1 32 15 1 4 4 2 1 3 4 3 2 0

0 33 16 0 2 2 4 3 4 1 1 1 0

0 22 9 0 1 1 4 3 4 2 3 2 0

0 27 15 1 1 2 3 3 3 1 2 2 0

0 40 9 0 2 1 3 5 4 2 3 2 0

0 40 12 0 4 1 2 2 4 1 1 4 0

1 36 12 0 2 1 5 2 3 5 5 5 0

1 41 16 0 2 12 5 4 4 1 5 5 0

1 65 12 1 3 12 5 5 4 1 2 3 1

1 39 12 1 3 4 4 3 5 2 1 2 0

0 37 15 0 2 0 3 2 3 1 2 2 0

0 32 16 0 2 0 4 3 4 2 2 2 0

0 38 15 1 3 4 3 3 3 2 2 3 0

1 27 12 0 1 1 3 4 5 3 2 3 0

1 26 9 0 1 4 4 4 3 1 3 1 0

1 38 16 0 3 4 5 4 4 4 3 3 0

1 44 12 1 3 4 3 3 3 1 1 1 1

1 33 15 1 5 4 5 3 4 1 4 3 1

0 26 6 0 1 2 4 3 4 2 3 3 1

1 35 9 0 1 1 4 4 4 2 3 3 1

1 27 12 0 1 4 4 3 4 2 2 2 0

0 36 12 0 1 0 4 3 4 1 3 2 0

1 38 9 0 1 2 4 3 4 2 4 3 0

0 40 12 0 1 4 4 3 4 3 2 1 0

1 54 6 0 2 4 5 3 4 1 3 3 0

1 35 6 0 1 4 4 3 4 2 3 3 0

0 30 6 0 1 1 4 3 4 2 2 2 0

0 28 16 1 2 4 5 3 3 1 2 1 1

1 45 16 1 5 5 5 4 5 2 2 2 1

0 26 9 0 2 1 4 3 4 2 3 4 1

0 39 6 1 2 0 3 2 4 2 3 2 1


(2)

Dependent Variable: PREFERENSI

Method: ML - Binary Probit (Quadratic hill climbing) Date: 08/16/07 Time: 07:26

Sample: 1 97

Included observations: 97

Convergence achieved after 11 iterations

Covariance matrix computed using second derivatives

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. PENDAPATAN 1.92E-07 1.16E-07 1.660842 0.0967

INTENSITAS_BELANJA 0.064666 0.017574 3.679597 0.0002

X7KUAL 0.305387 0.182927 1.669442 0.0950

X9KKD 0.263759 0.155178 1.699716 0.0892

X10KTDKNY 0.285387 0.156335 1.825484 0.0679

C -3.184963 0.787749 -4.043119 0.0001

Mean dependent var 0.432990 S.D. dependent var 0.498063 S.E. of regression 0.429279 Akaike info criterion 1.153857 Sum squared resid 16.76951 Schwarz criterion 1.313117 Log likelihood -49.96205 Hannan-Quinn criter. 1.218254 Restr. log likelihood -66.36152 Avg. log likelihood -0.515073 LR statistic (5 df) 32.79892 McFadden R-squared 0.247123 Probability(LR stat) 4.13E-06

Obs with Dep=0 55 Total obs 97


(3)

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

Mohon kesediaan Saudara untuk mengisi kuesioner ini. Hasil kuesioner ini akan digunakan untuk tugas akhir (skripsi) Devi Nurmalasari NRP H14103018 Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) Fakultas Ekonomi dan Manajemen Departemen Ilmu Ekonomi. Atas bantuan dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

No.kuisioner :………

Nama responden :………

Alamat sekarang :………...

A. Data Responden

A1. Usia Anda saat ini………tahun A2. Apa pekerjaan Anda saat ini?

a. Pegawai negeri d. Buruh

b. Pegawai swasta e. Wiraswasta

c. Ibu rumah tangga f. Lainnya, sebutkan... A3. Apakah status pendidikan terakhir Anda?

a. Tamat SD atau kurang c. Tamat SMU e. Tamat S1

b. Tamat SLTP d. Tamat Diploma f. Tamat S2 atau lebih A4. Berapa jumlah anggota keluarga Anda?... A5. Berapa pendapatan rata-rata keluarga Anda sebulan?

a. < Rp 1 juta d. Rp 3-4 juta b. Rp 1-2 juta e. Rp 4-5 juta c. Rp 2-3 juta f. Rp > Rp 5 juta A6. Berapa pengeluaran rata-rata keluarga Anda sebulan?

a. < Rp 1 juta d. Rp 3-4 juta b. Rp 1-2 juta e. Rp 4-5 juta c. Rp 2-3 juta f. Rp > Rp 5 juta

B. Preferensi Konsumen

B1. Dimana Anda lebih suka berbelanja kebutuhan sehari-hari?(silahkan pilih salah satu)

a. Pasar Tradisional (contoh: pasar anyar, pasar bogor, dll) b. Pasar Moderen (hypermarket, supermarket, minimarket)

c. Warung

d. Lainnya, sebutkan... B2. Jika jawabannya a, sebutkan pasar tradisional tempat Anda berbelanja... B3. Jika jawabannya b, sebutkan nama pasar moderen tersebut... B4. Setelah pilihan pada no.1, dimana lagi Anda lebih suka berbelanja

kebutuhan sehari-hari?

a. Pasar moderen, sebutkan nama pasar moderennya... b. Pasar tradisional

c. Warung


(4)

C. Pola Belanja Konsumen

C1. Bagaimana pola belanja Anda?(sesuaikan dengan pilihan pertama tempat Anda berbelanja/jawaban B.1)

a. Belanja harian b. Belanja mingguan c. Belanja bulanan

C2. Produk apa yang biasa dibeli sesuai dengan pilihan pertama tempat Anda berbelanja/jawaban B.1?(pilihan produk boleh lebih dari satu)

a. produk segar (contoh: buah-buahan, sayur-sayuran, ikan, ayam, daging)

b. produk toileters (contoh: sabun mandi, deterjen, shampo, pasta gigi) c. kebutuhan pokok (contoh: beras, gula, telur, minyak goreng)

d. produk bahan makanan (contoh: mie instant, makanan kaleng, biskuit) e. elektronik (contoh: tv, radio, kulkas, dvd, vcd)

f. produk lainnya, sebutkan………

C3. Berapa jarak dari rumah Anda ke tempat pilihan pertama Anda

berbelanja?... C4. Dengan kendaraan apa Anda pergi ke tempat belanja tersebut tersebut?.. C5. Berapa uang yang biasa Anda keluarkan setiap kali berbelanja di tempat

tersebut?

a. Kurang dari Rp. 50.000

b. Antara Rp. 50.000 – Rp 100.000 c. Antara Rp. 100.001 – Rp. 200.000 d. Antara Rp. 200.001 – Rp. 300.000 e. Antara Rp. 300.001 – Rp. 400.000 f. Antara Rp. 400.001 – Rp. 500.000 g. Lebih dari Rp. 500.000

D. Perilaku Konsumen

D1. Dimana Anda paling sering berbelanja kebutuhan sehari-hari?

a. Superindo h. Matahari Supermarket

b. Hero Supermarket i. Hypermart

c. Indomaret j. Indomart

d. Alfa Gudang Rabat k. Alfamart

e. Giant l. Pasar Tradisional

f. Ramayana Supermarket m.Warung

g. Carrefour n. Lainnya,………

D2. Jika Anda berbelanja kebutuhan sehari-hari, apakah Anda pernah membeli barang yang diluar rencana?

a. Selalu c. Jarang

b. Sering d. Tidak pernah

E. Motivasi Konsumen

E1. Apa motivasi Anda dalam berbelanja? a. jalan-jalan

b. belanja barang tertentu


(5)

E2. Jika Anda Lebih suka berbelanja di pasar tradisional, silahkan berikan urutan dari keterangan yang ada di tabel bawah ini, alasan Anda tetap mengunjungi dan berbelanja pasar tradisional!

No. Keterangan Urutan

1. Lokasi dekat dengan rumah

2. Pembelian dalam jumlah yang fleksibel 3. Harga bisa ditawar

4. Harga lebih murah 5. Menyediakan produk segar

Ket: nilai 1 berarti prioritas utama yang paling disukai dan nilai selanjutnya lebih rendah prioritas kesukaannya

E3. Jika Anda Lebih suka berbelanja selain di pasar tradisional, silahkan berikan urutan dari keterangan yang ada di tabel bawah ini, alasan Anda kurang menyukai berbelanja di pasar tradisional!

No. Keterangan Urutan

1. Harga tidak pasti

2. Kehigienisan produk tidak terjamin 3. Sulit menemukan kios

4. Becek, kotor, bau, sempit, panas 5. Kurang aman (copet)

Ket: nilai 1 berarti prioritas utama yang paling tidak disukai dan nilai selanjutnya lebih rendah prioritas ketidaksukaannya

F. Pendapat Konsumen

F1. Baik responden yang lebih suka berbelanja di pasar tradisional maupun selain pasartradisional, Silahkan checklist (√ ) pada kolom penilaian Anda

ketika berbelanja di pasar tradisional!!

No. Variabel 1 2 3 4 5

1. Harga Barang Murah

2. Kualitas Barang Baik

3. Menawarkan beragam produk (kelengkapan barang)

4. Kebersihan diperhatikan

5. Nyaman dalam

berbelanja

6. Aman dalam

berbelanja 7. Intensitas

berbelanja

...kali per hari/minggu/bulan*

8. Uang yang

dikeluarkan


(6)

ketika berbelanja di pasar

tradisional

9. Jarak dari rumah ke pasar

tradisional

... .

Keterangan :*)coret yang tidak perlu

Nilai 1 = sangat tidak setuju Nilai 5 = sangat setuju F2. Menurut Anda, apakah pasar tradisional masih dibutuhkan oleh masyarakat di

zaman sekarang maupun akan datang?berikan alasannya!!... F3. Apa saran Anda untuk pengembangan pasar

tradisional?... ... ... .