Perilaku Seksual Remaja Perilaku Seksual Remaja

Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan vokasional. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa, juga menjadi cirri dari tahap ini. 30 Sedangkan WHO menetapkan batasan usia remaja adalah 10-20 tahun. Walaupun penetapan tersebut berdasarkan pada usia kesuburan fertilitas wanita, batasan tersebut berlaku juga pada remaja laki-laki. WHO membagi kurun usia tersebut dalam dua bagian, yaitu remaja awal.

3. Perilaku Seksual Remaja

Perilaku seksual manusia termasuk pada masa remaja bukan hanya cerminan rangsangan hormon semata, melainkan menggambarkan juga hasil saling pengaruh antara hormon dan pikiran. Pikiran itu sendiri dipengaruhi oleh pengalaman, pendidikan, dan budaya. Sehingga walaupun dorongan seksual itu bersifat biologis, namun pola perilaku seksual seseorang dipengaruhi oleh tata nilai dan adat istiadat yang berbeda-beda sesuai dengan etnis, agama, dan status sosio ekonominya. Perilaku seksual pada manusia bukanlah hal yang sederhana dan hanya dipengaruhi oleh hormon semata. Erikson mengungkapkan bahwa perilaku seksual merupakan faktor penentu terhadap sekresi hormon dan sekaligus juga merupakan motor utamanya, yang kemudian diikuti oleh 30 Hendriati Agustiani. Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi kaitannya dengan konsep diri dan penyesuaian pada remaja. Bandung: Refika Aditama, 2006 h.29 efek-efek hormon tersebut terhadap tubuh. 31 Dengan kata lain, perilaku itu sendiri mempengaruhi produksi dan kegiatan hormon. Berbagai perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain dikenal sebagai : a. Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan emosi. b. Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan, pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan- sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual. c. Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang pada dasarnya menunjukan tidak berhasilnya seseorang dalam mengendalikannya atau kegagalan untuk mengalihkan dorongan tersebut ke kegiatan lain yang sebenarnya masih dapat dikerjakan. Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada remaja, oleh karena itu bila tidak ada penyaluran yang sesuai menikah maka harus dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut. 31 Kartono Mohamad, Kontradiksi dalam kesehatan reproduksi, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1998, h. 17. BAB III GAMBARAN UMUM DESA CISETU

A. Gambaran Geografis Desa Cisetu