BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengaruh Pornografi
1. Pengertian Pengaruh
Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu atau benda orang, benda yang
membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.
1
Pengaruh tersebut dapat dirasakan oleh seseorang ketika mengalami suatu peristiwa yang dialaminya secara berulang-ulang, jika
orang tersebut sangat menyukainya bahkan bersikap fanatik terhadap apa yang dialaminya bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh positif
atau bahkan negatif pada dirinya baik perilaku maupun kepercayaan. Dari pengertian di atas, diketahui bahwa pengaruh adalah suatu
daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain. Sehingga dalam penelitian ini, penulis meneliti mengenai seberapa besar daya yang
ada atau yang ditimbulkan oleh pornografi internet terhadap perilaku seksual.
2. Pengertian Pornografi
Menurut “Ensiklopedi Hukum Islam”, pornografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu porne yang artinya perempuan jalang, sedangkan
graphein artinya tulisan atau gambaran. Pornografi adalah bahan yang
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, h. 849.
15
dirancang dengan sengaja dan semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi seksual atau syahwat
2
. Prof. Dadang Hawari dalam bukunya Konsep Agama Islam
Menanggulangi HIVAIDS menerangkan lebih luas lagi tentang pornografi:
Pornografi mengandung arti : a. Penggambaran tingkah laku secara erotis dengan perbuatan atau usaha
untuk membangkitkan nafsu birahi seksual, misalkan dengan pakaian merangsang.
b. Perbuatan atau sikap merangsang atau dengan melakukan perbuatan seksual cabul. Porenografi dapat dilakukan secara langsung sepertti
hubungan seksual, ataupun melalui media cetak dan elektronik, seperti gambar atau bacaan porno yang dengan sengaja dan dirancang untuk
membangkitkan nafsu birahi.
3
Sedangkan menurut undang-undang tentang pornografi dalam bab I pasal 1 yang dimaksud dengan “pornografi” adalah;
“materi seksualitas yang dibuat oleh manusia dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak,
animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan komunikasi lain melalui berbagai bentuk media komunikasi dan atau
pertunjukan di muka umum, yang dapat membangkitkan hasrat seksual dan atau melanggar nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat”.
4
Undang-undang pornografi ini menjadi kontroversial, namun
setelah mengalami proses sidang yang panjang dan beberapa kali penundaan, akhirnya pada tanggal 30 Oktober 2008 dalam Rapat
Paripurna DPR, RUU Pornografi ini disahkan.
2
Dadang Hawari. Konsep Agama Islam Menanggulangi HIV AIDS Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 2002, h. 24.
3
Ibid., h. 24
4
http:www.detiknews.comread20080916080110100676810inilah-isi-ruu- pornografi
di akses pada tanggal 29 Maret 2010
3. Macam-macam pornografi