H P juga menyatakan bahwa ia tidak mengakses gambar atau artikel porno, ia hanya mengakses film porno saja. Ia pun mengoleksi
banyak film porno di handphonenya. HP merasa tidak tertarik dan tidak terangsang oleh gambar dan artikel porno. Namun jika telah mengakses
film porno, ia merasa terangsang sehingga ia berfantasi erotis sampai melakukan onani, tak jarang ia pun menemui pasangannya dan melakukan
aktifitas seksual seperti berpelukan, berciuman, hingga rabaan. Dalam pengakuannya, ia telah melakukan persetubuhan dalam memuaskan hasrat
seksualnya setelah seringnya mengakses pornografi.
4. Bentuk Pornografi Internet Yang Paling Berpengaruh Terhadap
Perilaku Seksual Remaja.
Untuk memudahkan pembaca dalam mengetahui materi pornografi apa saja yang mereka akses dan apa pengaruhnya, penulis membuat tabel
analisis tentang pengaruh pornografi terhadap perilaku seksual berdasarkan keterangan dari para informan.
Tabel 5 Tabel analisis pengaruh pornografi terhadap perilaku seksual
Jenis pornografi yang
mempengaruhi Jenis pengaruh
Informan inis
ial arti
kel gam
bar Film
Ona ni
pelu kan
Ciu man
Bercum bu
bersetu buh
R R -
√ √
√ - - -
- R N
- √
√ √
√ - - -
E K -
√ √
√ √
√ - -
A Z -
√ √
√ √
√ √
√ A S
- √
√ -
√ √
√ √
R H √
√ √
√ √
√ √
√ I -
√ √
√ √
√ √
√ H P
- -
√ √
√ √
√ √
Jum lah
1 7 8 7 7 6 5 5
Dari data analisis tersebut diketahui bahwa pornografi internet yang sering dan yang digemari oleh para informan adalah film porno. Dari ke-
delapan informan, semuanya mengakses dan menggemari film porno. Peringkat kedua yaitu gambar porno. Dari kedelapan informan, hanya satu
informan yang tidak mengakses gambar porno. Peringkat ke-tiga yaitu artikel porno, hanya satu dari delapan informan saja yang mengakses
artikel porno.
Alasan dari para informan yang lebih menggemari film porno dibandingkan dengan gambar dan artikel porno adalah karena mereka
menganggap bahwa film porno lebih nyata, lebih jelas, sehingga mereka lebih terpuaskan. Alasan lain adalah bahwa film porno lebih mudah untuk
mereka tiru dibandingkan dengan artikel dan gambar porno dan mereka bisa mencari gaya-gaya baru dalam bercinta. Delapan informan mengaku
bahwa mereka lebih menyukai film porno dibandingkan dengan gambar porno dan artikel porno. Walaupun diantara mereka ada yang lebih banyak
mengoleksi gambar porno, namun semuanya lebih menyukai mengakses film porno dibandingkan dengan bentuk pornografi lainnya.
Peringkat kedua adalah gambar porno. Gambar porno lebih mudah di akses dari pada film porno, hanya dengan meng-Klik saja gambar yang
ada di situs porno tersebut, gambar porno akan tampil dengan ukuran penuh. Tidak seperti film porno yang harus menunggu unduhan file film
tersebut, belum lagi yang terkadang gagal dalam mengunduh file tersebut. Terkadang dalam mengakses film porno, harus menjadi member terlebih
dahulu dan mengharuskan untuk membayar premium. Gambar porno lebih mudah diakses bahkan bisa dengan mudahnya diunduh lewat telepon
genggam yang memiliki layanan internet. Beberapa dari informan mengunduh gambar porno dari telepon genggamnya.
Selanjutnya adalah artikel porno yang hanya satu dari delapan informan yang mengakses artikel porno. Artikel porno dianggap tidak
menarik oleh para informan karena mereka menganggap artikel porno tidak membuat mereka terangsang karena itu merupakan tulisan-tiulisan
saja dan mengharuskan untuk membacanya, sedangkan gambar atau film porno bisa langsung dilihat dan dinikmati.
Semua informan mengaku bahwa mereka lebih menyukai film porno dibandingkan dengan bantuk pornografi lainnya. Mereka lebih
sering mengakses film porno, dari kedelapan informan, hanya satu yaitu R R yang lebih sering mengakses gambar porno dibandingkan dengan film
porno. Pendapat mereka tentang film porno senada, yaitu menurut mereka bahwa film porno lebih jelas, lebih nyata, lebih detail, dan gampang untuk
ditiru. Pengaruhnya pun lebih terasa dibandingkan dengan artikel dan gambar porno, dengan melihat film porno, hasrat seksual mereka langsung
terbangkitkan dan dorongan untuk melakukan pemuasan dorongan seksual sangat besar. Seperti yang diungkapkan oleh A S :
“…Ya tentu, kan gaya dalam berpacaran atau dalam merangsang hasrat seksual pasangan saya, mengikuti dari film-film porno yang pernah
saya lihat di internet, baik itu film porno semi atau full. Dan memang saya kalau setelah mengakses pornografi terutama film porno, cara
memuaskannya ya dengan melakukan rangsangan seksual dengan pasangan saya…”.
26
Dari tabel analisis tersebut, diketahui bahwa jenis pengaruh yang paling banyak adalah onani. Semua informan melakukan onani dengan
alasan menyalurkan hasrat seksual yang tak terbendung karena telah
26
Wawancara Pribadi dengan A S, Cisetu, 25 April 2010.
mengakses pornografi. onani menjadi penyaluran hasrat seksual yang paling mudah mereka lakukan dibandingkan dengan melakukan relasi
seksual dengan pasangannya atau dengan wanita lain. Pengaruh lain yang satu peringkat dibawah onani adalah pelukan.
Pelukan lebih dianggap lumrah oleh para remaja dalam berpacaran, mereka bisa melakukannya didepan teman-temannya atau bahkan di
tempat umum. Jika mereka ingin melakukan relasi seksual dengan pasangannya setelah mengakses pornografi, maka Perilaku sepertti ini
menjadi alternatif yang paling mudah dilakukan dalam menyalurkan hasrat seksual setelah mengakses pornografi.
Satu peringkat lebih rendah pengaruhnya adalah perilaku berciuman. Perilaku berciuman dalam berpacaran masih dianggap hal
yang agak tabu untuk dilakukan karena ciuman biasanya dilakukan oleh pasangan yang sudah sangat dekat sekali. Berciuman tidak bisa dilakukan
para remaja disembarang tempat, karena masyarakat masih menganggap tabu perilaku berciuman dalam berpacaran. Para informan harus mencari
tempat yang aman untuk melakukannya. Dalam penelitian ini, Bercumbu dan bersenggama adalah peringkat
terakhir dalam pengaruh pornografi. Larangan agama, adat, hukum positif, hamil diluar nikah, dan penularan penyakit seksual menjadi pertimbangan
para remaja untuk melakukannya. Mereka lebih memilih melakukan pelukan dan ciuman dengan pasangannya atau yang lebih mudah lagi
adalah melakukan onani dibandingkan dengan harus melakukan bercumbu dan bersetubuh, karena masa depan mereka adalah taruhannya.
Bercumbu dan bersetubuh memiliki peringkat yang sama karena perbedaan perilaku tersebut sangat tipis. Keduanya sama-sama saling
melakukan rangsangan seksual terhadap tubuh pasangannya, dengan melakukannya dengan berbagai macam cara dan dilakukan di seluruh
bagian tubuh terutama di daerah yang paling sensitif. Hanya saja perilaku bercumbu tidak sampai melakukan penetrasi alat kelamin atau masuknya
alat kelamin pria kepada alat kelamin wanita, dalam bercumbu penetrasi dilakukan dengan menggunakan jari atau alat bantu lainnya. Sedangkan
dalam bersetubuh atau bersenggama, tidak hanya melakukan rabaan atau rangsangan seksual saja, akan tetapi juga melakukan penetrasi kelamin.
Sehingga perbedaan antara perilaku bercumbu dan bersenggama sangat tipis sekali, maka dari itu, dalam penelitian ini, perilaku bercumbu dan
bersenggama menempati peringkat yang sama. Dari data tabel dan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
pornografi yang paling berpengaruh adalah film porno sedangkan perilaku seksual yang paling dipengaruhi pornografi adalah perilaku onani. Onani
lebih menjadi alternatif yang baik bagi mereka dalam menyalurkan hasrat seksualnya. Bagi para informan yang telah biasa melakukan
persetubuhanpun mengaku bahwa onani adalah penyalur hasrat seksual yang paling mudah dilakukan, karena pasangan wanitanya tidak selalu
siap untuk melakukannya dan terkadang pula para informan tidak memiliki cukup uang untuk memuaskan hasrat seksualnya kepada wanita
tuna susila. Maka dari itu, onani adalah cara mereka yang paling mudah
dan aman dalam menyalurkan hasrat seksualnya.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan