Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru Bp4 Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
No Pengawas Menelan Obat
Kepatuhan Berobat Patuh
Tidak Patuh Total
f f
f
1 Petugas Kesehatan 12
85,7 2
14,3 14
100 2 Keluarga
76 78,4
21 21,6
97 100
2
= 0,404 df = 1
p = 0,730
Dari tabel 5.15. dapat dilihat bahwa dari 14 orang penderita TB Paru Relapse yang Pengawas Menelan Obat PMO petugas kesehatan sebanyak 12 orang 85,7
patuh dalam berobat dan 2 orang 14,3 tidak patuh, sedangkan dari 97 orang penderita TB Paru Relapse yang Pengawas Menelan Obat PMO keluarga sebanyak
76 orang 78,4 patuh dalam berobat dan 21 orang 21,6 tidak patuh. Berdasarkan hasil analisa statistik uji Exact Fisher’s diperoleh nilai p0,05,
berarti dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi Pengawas Menelan Obat PMO berdasarkan kepatuhan berobat.
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1. Penderita TB Paru Relapse dan Kecenderungan Berdasarkan Tahun
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru Bp4 Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
26 21
18 15
9 4
5 13
y = 26.46-2.80x
5 10
15 20
25 30
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
Tahun F
r e
k u
e n
s i
Gambar 6.1. Diagram Bar dan Garis Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan Tahun di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru
BP4 Medan Tahun 2000-2007
Gambar 6.1. dapat dilihat bahwa proporsi penderita TB Paru Relapse yang berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru BP4 Medan tahun 2000-2007
mengalami penurunan setiap tahunnya. Proporsi penderita TB Paru Relapse tertinggi pada tahun 2000 sebanyak 26 kasus 23,4 dan terendah pada tahun 2007 sebanyak
5 kasus 4,5. Berdasarkan metode Least Squares dengan rumus y = a + bx, didapat trend
dari frekuensi penderita TB Paru Relapse yang berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru BP4 Medan tahun 2000-2007 dengan persamaan garis lurus
y = 26,46-2,80x menunjukkan adanya penurunan. Hal ini terjadi karena adanya komitmen dari Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru BP4 Medan untuk melakukan
kegiatan pemberantasan dan penanggulangan penyakit TB Paru setiap tahunnya. 45
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru Bp4 Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
6.2. Sosiodemografi Penderita TB Paru Relapse
6.2.1. Umur
Gambar 6.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan Umur di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru
BP4 Medan Tahun 2000-2007
Gambar 6.2. dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita TB Paru Relapse berdasarkan umur adalah penderita dengan kelompok umur 15-55 tahun
sebesar 92,8 sedangkan proporsi terendah pada kelompok umur 55 tahun sebesar 7,2.
Hal ini dapat diasumsikan karena kelompok umur 15-55 tahun adalah kelompok usia produktif yang mempunyai mobilitas yang sangat tinggi sehingga
kemungkinan untuk terpapar kuman Mycobacterium tuberculosis paru lebih besar, selain itu reaktifan endogen aktif kembali basil yang telah ada dalam tubuh
cenderung terjadi pada usia produktif.
Proporsi Umur Penderita TB Paru Relapse
7.2
92.8
15-55 tahun 55 tahun
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru Bp4 Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
WHO 1995 menyatakan bahwa di negara berkembang 75 penderita TB Paru terjadi pada kelompok usia produktif 15-50 tahun.
16
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Bismark Gea 2005 di Puskesmas Gunungsitoli dengan desain Case Series yang memperoleh hasil proporsi
tertinggi penderita TB Paru terdapat pada kelompok umur 15-55 tahun sebesar 75.
25
6.2.2. Jenis Kelamin
Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan Jenis Kelamin di Balai Pengobatan Penyakit Paru-
Paru BP4 Medan Tahun 2000-2007
Gambar 6.3. dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita TB Paru Relapse berdasarkan jenis kelamin adalah jenis kelamin laki-laki sebesar 64,9 dan
proporsi terendah pada jenis kelamin perempuan sebesar 35,1. Hal ini disebabkan karena laki-laki memiliki mobilitas yang lebih tinggi
dibandingkan perempuan sehingga kemungkinan untuk terpapar kuman penyebab TB
Proporsi Jenis Kelamin Penderita TB Paru Relapse
35.1
64.9
Laki-laki Perempuan
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru Bp4 Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Paru lebih besar , selain itu kebiasaan laki-laki mengkonsumsi rokok , dan minum alkohol dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh.
2
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Karolina Surbakti 2007 di Puskesmas Kabanjahe dengan desain Case Series yang memperoleh hasil proporsi
tertinggi terdapat pada jenis kelamin laki-laki sebesar 67,5.
29
6.2.3. Agama
Gambar 6.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan Agama di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru
BP4 Medan Tahun 2000-2007
Gambar 6.4. dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita TB Paru Relapse berdasarkan agama adalah agama Islam sebesar 63,1 dan proporsi terendah
adalah Kristen Khatolik sebesar 11,7.
Proporsi Agama Penderita TB Paru Relapse
11.7
25.2 63.1
Islam Kristen Protestan
Kristen Khatolik
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru Bp4 Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Hal ini diasumsikan karena penderita TB Paru Relapse yang datang berkunjung berobat ke Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru BP4 Medan paling
banyak beragama Islam.
14
6.2.4. Suku
Gambar 6.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan Suku di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru
BP4 Medan Tahun 2000-2007
Gambar 6.5. dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita TB Paru Relapse berdasarkan suku adalah suku Jawa sebesar 44,1 dan proporsi terendah
terdapat pada suku Nias sebesar 2,7. Hal ini belum bisa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penderita TB
Paru Relapse berdasarkan suku, tetapi dapat disebabkan karena proporsi penderita TB Paru Relapse yang datang berkunjung berobat ke Balai Pengobatan Penyakit Paru-
Paru BP4 Medan paling banyak adalah suku Jawa.
Proporsi Suku Penderita TB Paru Relapse
31.5 44.1
8.1 7.3
6.3 2.7
Jawa Batak
Mandailing Karo
Melayu Nias
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru Bp4 Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
6.2.5. Pendidikan
Gambar 6.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan Pendidikan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-
Paru BP4 Medan Tahun 2000-2007
Gambar 6.6. dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita TB Paru Relapse dengan tingkat pendidikan SLTPsederajat sebesar 36,0 dan proporsi
terendah terdapat pada tingkat pendidikan tidak sekolahtidak tamat SD sebesar 4,5. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap kemampuan penderita
untuk menerima informasi tentang penyakit, terutama TB Paru. Kurangnya informasi tentang penyakit TB Paru menyebabkan kurangnya pengertian penderita terhadap
penyakit dan bahayanya sehingga menyebabkan berkurangnya kepatuhan penderita terhadap pengobatan atau berhenti berobat bila gejala penyakit tidak dirasakan lagi.
17
Proporsi Pendidikan Penderita TB Paru Relapse
33.3 16.2
10 4.5
36.0
SLTPSederajat SLTASederajat
SDSederajat AkademiPT
Tidak SekolahTidak tamat SD
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru Bp4 Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Penelitian yang dilakukan Turno Junaidi 2001 di Wilayah Kerja Puskesmas Mutiara Kabupaten Pidie dengan desain Cross Sectional yang memperoleh hasil
proporsi tertinggi terdapat pada tingkat pendidikan SLTP sebesar 66,67.
36
6.2.6. Pekerjaan
Gambar 6.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan Pekerjaan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru
BP4 Medan Tahun 2000-2007
Gambar 6.7. dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita TB Paru Relapse terdapat pada wiraswasta sebesar 47,7, kemudian petani,supir,tukang
sebesar 23,4 dan proporsi terendah adalah PNSTNIPOLRIPensiunan sebesar 2,7.
Hal ini dapat diasumsikan bahwa seseorang yang terinfeksi TB Paru bukan karena dipengaruhi oleh tingkat aktifitas pekerjaan yang tinggi tetapi dapat juga
dipengaruhi dari lingkungan tempat tinggal seperti : kelembaban rumah, keadaan
Proporsi Pekerjaan Penderita TB Paru Relapse
2.7 10
16.2
23.4 47.7
Wiraswasta Petani,supir,tukang
IRT PelajarMahasiswa
PNSTNIPOLRIPensiunan
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru Bp4 Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
ventilasi rumah, keadaan jendela rumah, serta pencahayaan alami yang masuk ke ruangan rumah.
Penelitian yang dilakukan oleh Turno Junaidi di Puskesmas Mutiara Kabupaten Pidie dengan desain Cross Sectional yang memperoleh hasil proporsi
tertinggi Penderita TB Paru berdasarkan sanitasi perumahan 57,78 tidak memenuhi syarat kesehatan.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Domen Silalahi 2005 di Dinas Kesehatan Kota PematangSiantar dengan desain Case Series yang memperoleh
hasil proporsi tertinggi terdapat pada pekerja wiraswasta sebesar 28,1.
41
6.2.7. Status Perkawinan
Gambar 6.8. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan Status Perkawinan di Balai Pengobatan Penyakit
Paru-Paru BP4 Medan Tahun 2000-2007
Proporsi Status Perkawinan Penderita TB Paru Relapse
70.3 29.7
Kawin Belum Kawin
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru Bp4 Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 6.8. dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita TB Paru Relapse terdapat pada status kawin sebesar 70,3 dan proporsi terendah terdapat
pada status belum kawin sebesar 29,7. Hal ini dapat diasumsikan bahwa tingginya proporsi penderita TB Paru
Relapse pada status kawin jika dikaitkan dengan umur penderita disebabkan oleh karena banyaknya penderita yang menikah 15 tahun hal itu dapat dilihat dari
tingginya proporsi umur 15-55 tahun. Kontak intensif pada orang yang kawin memiliki resiko untuk terkena
penyakit TB Paru, karena penderita TB Paru akan menularkan penyakit pada anggota keluarga sendiri. Oleh sebab itu penderita TB Paru sebaiknya di tempatkan dikamar
yang terpisah serta melakukan pengobatan secara tuntas dan adekuat agar tidak terjadi penularan pada anggota keluarga.
17
Penelitian yang dilakukan oleh Vevi Hairani 2006 di Puskesmas Pantai Cermin dengan desain Case Series yang memperoleh hasil proporsi tertinggi terdapat
pada status kawin sebesar 87,5.
39
6.2.8. Pengawas Menelan Obat PMO
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru Bp4 Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 6.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan Pengawas Menelan Obat PMO di Balai
Pengobatan Penyakit Paru-Paru BP4 Medan Tahun 2000-2007
Gambar 6.9. dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita TB Paru Relapse yang berperan sebagai Pengawas Menelan Obat PMO adalah keluarga
sebesar 87,4, sedangkan petugas kesehatan sebesar 12,6. Hal ini diasumsikan karena keluarga lebih dekat dan mempunyai waktu
banyak untuk bertemu, sedangkan petugas kesehatan lebih sedikit waktu untuk bertemu dan jarak rumah dengan penderita yang sangat jauh.
Penelitian yang dilakukan Karolina Surbakti 2007 di Puskesmas Kabanjahe dengan desain Case Series yang memperoleh hasil proporsi tertinggi terdapat pada
Pengawas Menelan Obat PMO keluarga sebesar 81,7.
29
6.2.9. Kepatuhan Berobat Proporsi Pengawas Menelan Obat Penderita TB Paru
Relapse
87.4 12.6
Keluarga Petugas Kesehatan
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru Bp4 Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 6.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan Kepatuhan Berobat di Balai Pengobatan Penyakit
Paru-Paru BP4 Medan Tahun 2000-2007
Gambar 6.10. dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita TB Paru Relapse berdasarkan kepatuhan berobat adalah patuh sebesar 79,3, sedangkan yang
tidak patuh sebesar 20,7. Hal ini sesuai dengan strategi DOTS yang melibatkan PMO, untuk
menjamin kepatuhan penderita menelan obat secara teratur yang dilakukan dengan pengawasan langsung oleh seorang pengawas menelan obat.
40
Penelitian Seri W 2003 di Puskesmas Perawatan Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat dengan desain Case Series yang memperoleh hasil proporsi
tertinggi terdapat pada penderita yang patuh menjalani pengobatan sebesar 87,9.
40
6.2.10. Konversi Sputum Proporsi Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru Relapse
79.3 20.7
Patuh Tidak Patuh
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru Bp4 Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 6.11. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan Konversi Sputum Tahap Intensif dan Lanjutan di
Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru BP4 Medan Tahun 2000-2007
Gambar 6.11. dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita TB Paru Relapse yang mengalami konversi pada tahap intensif sebesar 81,5 dan yang
mengalami konversi pada tahap lanjutan sebesar 87,0. Tingginya konversi sputum ini berhubungan erat dengan kepatuhan
penderita menelan obat secara teratur dan terus menerus. Hal ini menunjukkan bahwa angka konversi sudah memenuhi target nasional dimana target angka konversi
sebesar 80.
16
Penelitian yang dilakukan Vevi Hairani 2006 di Puskesmas Pantai Cermin dengan desain Case Series yang memperoleh hasil proporsi tertinggi terdapat pada
penderita yang mengalami konversi pada tahap lanjutan sebesar 100.
39
81.5 87
13 18.5
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Intensif Lanjutan
Konversi Tidak Konversi
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru Bp4 Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
6.2.11. Tempat Berobat Terdahulu
Gambar 6.12. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan Tempat Berobat Dahulu di Balai Pengobatan
Penyakit Paru-Paru BP4 Medan Tahun 2000-2007
Gambar 6.12. dapat dilihat bahwa proporsi terbesar penderita TB Paru Relapse berobat di Puskesmas sebesar 70,3, kemudian BP4 sebesar 18,9 dan
proporsi terkecil adalah RSU sebesar 10,8. Hal ini diasumsikan bahwa penderita TB Paru Relapse yang sebelumnya
berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru BP4 Medan tersebut mayoritas sudah pernah berobat dan mendapatkan pengobatan tuberkulosis paru.
6.2.12. Hasil Akhir Pengobatan Proporsi Tempat Berobat Dahulu Penderita TB Paru
Relapse
70.3 10.8
18.9
Puskesmas BP4
RSU
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru Bp4 Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 6.13. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan di Balai Pengobatan
Penyakit Paru –Paru BP4 Medan Tahun 2000-2007
Gambar 6.13. dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita TB Paru Relapse dengan hasil akhir pengobatan adalah sembuhpengobatan lengkap sebesar
75,7, dan terendah yang meninggal sebesar 2,7. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya keinginan penderita untuk sembuh
dari penyakit TB Paru, selain itu hal ini juga di dukung oleh karena kepatuhan penderita dalam menjalani pengobatan secara teratur dan peran serta dari Pengawas
Menelan Obat PMO.
23
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tujuan M, 2003 di Puskesmas Bangko Kabupaten Maringin dengan desain Case Series yang
memperoleh hasil proporsi tertinggi terdapat pada sembuhpengobatan lengkap sebesar 90,2.
42
Proporsi Hasil Akhir Pengobatan Penderita TB Paru Relapse
75,7 21.6
2,7
SembuhPengobatan Lengkap DefaultedDO atau Gagal
Meninggal
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru Bp4 Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
6.3. Konversi Sputum Tahap Intensif Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan
Gambar 6.14. Diagram Bar Proporsi Konversi Sputum Tahap Intensif Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan Penderita TB Paru
Relapse di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru BP4 Medan Tahun 2000-2007
Gambar 6.14. dapat dilihat bahwa proporsi penderita TB Paru Relapse yang sembuhpengobatan lengkap semuanya 100 mengalami konversi pada tahap
intensif, sedangkan proporsi penderita TB Paru Relapse yang defaultedDO atau gagal sebanyak 16,7 mengalami konversi pada tahap intensif dan yang tidak
konversi sebanyak 83,3. Berdasarkan hasil analisa statistik uji Exact Fisher’s di peroleh nilai
p0,05 ada perbedaan proporsi konversi sputum tahap intensif berdasarkan hasil akhir pengobatan artinya proporsi penderita TB Paru Relapse yang mengalami
100
16.7 83.3
20 40
60 80
100
SembuhPengobatan Lengkap DefaultedDO atau gagal
Konversi Tidak Konversi
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru Bp4 Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
konversi pada tahap intensif dengan hasil akhir pengobatan sembuhpengobatan lengkap lebih besar dibandingkan penderita yang defaultedDO atau gagal.
6.4. Konversi Sputum Tahap Lanjutan Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan