Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru Bp4 Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Keluhan yang dirasakan penderita TB Paru dapat bermacam-macam atau malah tanpa keluhan sama sekali. Gejala klinik TB Paru dapat dibagi atas 2 golongan,
yaitu : gejala sistemik dan gejala respiratorik.
2.5.1. Gejala Sistemik
a. Demam
Demam merupakan gejala pertama dari TB Paru, biasanya timbul pada sore dan malam hari disertai keringat mirip demam influenza yang segera mereda. Demam
dapat hilang timbul dan makin lama makin panjang masa serangannya. Demam dapat mencapai suhu tinggi yaitu 40º- 41ºC.
b. Malaise
Karena TB Paru bersifat radang menahun maka dapat terjadi rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan makin kurus, sakit kepala, mudah
lelah dan pada wanita kadang-kadang dapat terjadi gangguan siklus haid.
2.5.2. Gejala Respiratorik
a. Batuk
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkus, selanjutnya akibat adanya peradangan pada bronkus batuk akan menjadi produktif.
Batuk produktif ini berguna untuk membuang produk-produk ekskresi peradangan. Dahak dapat bersifat mukoid atau purulen.
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru Bp4 Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
b. Batuk Darah
Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah. Batuk darah tidak selalu timbul akibat pecahnya aneurisma pada dinding kavitas, dapat juga terjadi karena
ulserasi pada mukosa bronkus.
c. Sesak Nafas
Gejala ini di temukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru yang cukup luas. Pada awal penyakit gejala ini tidak pernah didapat.
d. Nyeri Dada
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan yang terdapat di pleura terkena, gejala ini dapat bersifat lokal atau pleuritik.
8,16
2.6. Diagnosa TB Paru
Penetapan diagnosis TB Paru hampir sama pada semua tingkatan umur. Adapun pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan diagnosis TB Paru adalah
sebagai berikut:
2.6.1. Pemeriksaan Bakteriologis
Tanda pasti penderita TB Paru ditetapkan dengan pemeriksaan kultur yang membutuhkan waktu sekitar 6-8 minggu. Pemeriksaan dahak 3 kali, identik dengan
pemeriksaan kultur pemeriksaan dahak ini lebih cepat dan lebih murah. Pemeriksaan tersebut berupa pemeriksaan mikroskopis dari dahak yang telah dibuat sediaan hapus
dan diwarnai secara Ziehl Neelsen. Bila kuman BTA dijumpai 2 kali dari 3 kali pemeriksaan penderita disebut penderita BTA+ menular. Jumlah kuman yang
ditemukan merupakan informasi yang sangat penting karena berhubungan dengan
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru Bp4 Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
derajat penularan penderita maupun dengan beratnya penyakit. Sebagian di Negara- negara berkembang, pemeriksaan dahak secara mikroskopik merupakan satu-satunya
cara dimana diagnosis TB Paru dapat dipastikan.
3
Pencatatan hasil pembacaan berdasarkan skala IUATLD International Union Against Tuberculosis and Lung Disease tahun 2000 adalah sebagai berikut:
1. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang disebut negatif
2. Ditemuka n 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, hasilnya meragukan
3. Ditemuka n 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + atau 1+
4. Ditemuka n 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ atau 2+
5.
Ditemukan 10 BTA dalam I lapang pandang disebut +++ atau 3+
15
2.6.2. Pemeriksaan Radiologis Foto Rontgen
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara praktis untuk menemukan lesi tuberkulosis. Pemeriksaan ini memang membutuhkan biaya lebih
dibandingkan pemeriksaan sputum. Pemeriksaan khusus yang kadang-kadang juga diperlukan adalah bronkografi yakni untuk melihat kerusakan bronkus atau paru yang
disebabkan oleh TB. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan bila penderita akan menjalani pembedahan paru.
16,17,20
2.6.3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah
Pemeriksaan darah kurang mendapat perhatian karena hasilnya kadang- kadang meragukan. Pada saat TB aktif, akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru Bp4 Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
meninggi dengan diferensiasi pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih dibawah normal.
b. Sputum
Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan ditemukannya kuman BTA, diagnosis TB sudah dapat dipastikan. Sputum yang baik untuk di periksa
adalah sputum yang kental dan purulen mucopurulen berwarna hijau kekuning- kuningan dengan volume 3-5 ml tiap pengambilan. Hasil pemeriksaan dinyatakan
positif apabila sedikitnya dua dari tiga SPS BTA hasilnya positif. Bila hanya ada satu spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut dengan foto rontgen.
2.6.4. Pemeriksaan Uji Tuberkulin
Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux test. Tuberkulin yang dipakai yaitu Purifeid Protein Derivativa PPD. Test tuberkulin positif jika indurasi 10
mm, pembacaannya dilakukan setelah penyuntikan yaitu 48-72 jam.
3
Test Mantoux dengan 0,1 ml protein murni turunan tuberkulin di suntikkan intradermal ke
permukaan volar lengan bawah sehingga terbentuk gelembung.
19
2.7. Pengobatan TB Paru
2.7.1. Tahap Pengobatan
Obat anti tuberkulosis diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat dalam jumlah yang cukup dan dosis yang tepat selama 6-8 bulan supaya semua
kuman dapat dibunuh. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu :
a. Tahap Intensif
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru Bp4 Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Pada tahap awal penderita minum obat setiap hari dengan pengawasan langsung oleh PMO.Hal ini untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap
rifampisin. Bila tahap intensif dilakukan dengan benar maka penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
b. Tahap Lanjutan