12
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit adalah salah satu sumber minyak nabati yang memiliki peranan cukup besar dalam menunjang perekonomian nasional. Hal tersebut
didasarkan dengan adanya peningkatan yang sangat pesat pada beberapa karakter penting seperti luas areal, tingkat produksi Crude Palm Oil CPO dan kontribusi
terhadap perekonomian nasional Budiman, 2002. Komoditi kelapa sawit telah berhasil mengatasi kekurangan minyak
goreng yang berasal dari minyak kelapa yang terjadi sejak tahun 1972. Jika semula bagian terbesar dari produksi digunakan untuk ekspor maka sejak tahun
1972 keperluan dalam negeri menjadi berbanding sama atau kadang-kadang lebih tinggi. Komoditi kelapa sawit ternyata berhasil menembus daerah yang selama ini
belum memiliki komoditi kelapa sawit seperti Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya dan Propinsi lainnya di luar Aceh, Sumut dan Lampung. Komoditi kelapa sawit
bisa dikembangkan baik berbentuk pola usaha perkebunan besar maupun skala kecil. Tumbuhan tanaman kelapa sawit cenderung tahan terhadap cuaca dan lebih
ampuh menghadapi kendala dan masalah seperti serangan penyakit dan perubahan musim Amang,1996.
Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia berjalan sangat pesat. Berdasarkan data statistik Indonesia, dari tahun 1990 hingga tahun
2005 luas areal budidaya tanaman kelapa sawit meningkat lebih 8 kali lipat dari 597.000 ha pada tahun 1990 menjadi 6,046 juta ha pada tahun 2006. Komposisi
pengusahaan kelapa sawit juga berubah, yaitu sebelumnya hanya perkebunan
Universitas Sumatera Utara
13 besar, namun saat ini telah mencakup perkebunan rakyat PR dan perkebunan
besar swasta PBS. Berdasarkan data statistik pada tahun 2005, luas areal PR sekitar 2,202 juta ha 40,44, PBN 630.000 ha 11,58 dan PBS 2,61 juta ha
47,98. Sumatera mendominasi ketiga jenis pengusahaan, sedangkan Kalimantan dan Sulawesi menjadi lokasi pengembangan perkebunan swasta dan
perkebunan rakyat BPS, 2005. Berdasarkan data minyak dunia Oil World pada tahun 2007, Indonesia
telah tercatat sebagai produsen CPO terbesar di dunia, dengan produksi sekitar 17,10 juta ton. Hal ini terlihat dengan banyaknya industri kelapa sawit yang
berdiri dengan skala yang sangat besar seperti PT. Multi Mas Nabati yang memproduksi CPO sebesar 450.000 Ton dan PT. Ivomas Tunggal yang
memproduksi sebesar 117.600 Ton. Industri yang berdiri kebanyakan menguasai industri hulu hingga industri hilir dengan memiliki kebun kelapa sawit , pabrik
kelapa sawit dan pabrik pengolah CPO menjadi minyak goreng sendiri Disperindag, 2007.
Hal tersebut mengindikasikan penerapan strategi integrasi vertikal di industri perkebunan kelapa sawit. Strategi tersebut dilakukan perusahaan produsen
dengan mendirikan atau memiliki sendiri perusahaan distributor dan pemasoknya untuk mendukung kegiatan utamanya atau produsen menjalin kerja sama dengan
pelaku usaha independen sebagai distributor atau pemasoknya Wajdi, 2004. Disatu sisi, menurut Farida 2008 strategi integrasi vertikal dapat
mengakibatkan adanya monopoli pada suatu bisnis tertentu. Karena itu undang- undang persaingan usaha mengatur sedemikian rupa agar strategi integrasi vertikal
Universitas Sumatera Utara
14 ini dapat dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku pada UU No.5 Tahun
1999 pasal 14 yang berisi bahwa: “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang
bertujuan untuk menguasai produksi sejumiah produk yang termasuk dalam rangkaian produksi barang dan atau jasa tertentu yang mana setiap rangkaian
produksi merupakan hasil pengolahanl atau proses lanjutan, baik dalam satu rangkaian langsung maupun tidak langsung, yang dapat mengakibatkan
terjadinya persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat” Untuk mencegah timbulnya penguasaan pasar oleh perusahaan pengguna strategi
integrasi vertikal, pemerintah Indonesia mengeluarkan UU tentang persaingan usaha yang mengatur tatacara melakukan integrasi vertikal pada industri.
Khudori 2007 pada penelitiannya menyatakan bahwa sekelompok pengusaha yang memegang menguasai industri hulu hingga hilir kelapa sawit
membuat struktur industri kelapa sawit mengarah kepada pasar monopoli. Dengan menguasai pasar, perusahaan mencoba menerapkan monopoli, artinya mengurangi
persaingan di dalam industri dan mampu menjual dengan harga yang lebih tinggi. Menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan 2008, industri
minyak goreng di Sumatera Utara hanya dikuasai beberapa perusahaan besar saja, seperti PT. Intiboga Sejahtera yang memproduksi minyak goreng sebesar 381.918
Ton dan PT. Smart Tbk yang memproduksi 317. 620 Ton. Selain itu, integrasi vertikal dapat meningkatkan efisiensi biaya, karena
dapat mengurangi biaya-biaya berupa transportasi juga biaya transaksi. Seharusnya dengan efisiensi yang tinggi perusahaan perkebunan dapat
menurunkan harga minyak goreng, Namun demikian, pada kenyataannya harga minyak goreng tak kunjung menurun Arifin, 2009.
Universitas Sumatera Utara
15 Hal tersebut mengindikasikan bahwa integrasi vertikal dapat memberikan
kemampuan pada perusahaan untuk mempengaruhi harga pasar. Apakah integrasi vertikal pada akhirnya dimanfaatkan untuk meningkatkan harga pasar atau bahkan
digunakan untuk menurunkan harga pasar, hal ini sangat tergantung pada motivasi perusahaan dalam melakukan integrasi vertikal. Dengan demikian perlu dilakukan
penelitian analisa integrasi vertikal pada perusahaan minyak goreng guna mengetahui bagaimana sebenarnya integrasi vertikal yang diterapkan oleh
perusahaan perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
16
Identifikasi Masalah
Setelah menguraikan latar belakang maka dapat disimpulkan beberapa masalah yang akan diidentifikasi, yaitu :
1. Proses atau kegiatan integrasi vertikal apa saja yang dilakukan perusahaan minyak goreng?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perusahaan minyak goreng melakukan integrasi vertikal?
3. Bagaimana pengaruh skala usaha terhadap keputusan perusahaan melakukan integrasi vertikal?
4. Bagaimana pengaruh orientasi pasar terhadap keputusan perusahaan melakukan integrasi vertikal?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menjelaskan proses atau kegiatan integrasi vertikal apa saja yang
dilakukan perusahaan minyak goreng. 2. Untuk menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perusahaan
minyak goreng melakukan integrasi vertikal. 3. Untuk menjelaskan bagaimana pengaruh skala usaha terhadap keputusan
perusahaan melakukan integrasi vertikal. 4. Untuk menjelaskan bagaimana pengaruh orientasi pasar terhadap keputusan
perusahaan melakukan integrasi vertikal.
Universitas Sumatera Utara
17
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan di kemudian hari dapat dipergunakan sebagai :
1. Sumbangan dalam penelitian yang terkait dengan masalah integrasi vertikal terutama pasar minyak goreng.
2. Sebagai bahan informasi dan referensi serta studi bagi pihak-pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penelitian mengenai Integrasi Vertikal.
Universitas Sumatera Utara
18
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN