57 Dari hasil data rata-rata komposisi dapat dikatakan bahwa sepenuhnya kebutuhan
TBS perusahaan bergantung pada TBS Pihak III. Perusahaan B sangat membutuhkan petani plasma hingga 90, hanya 10 persen saja produksi dari
kebun sendiri. Untuk memenuhi kapasitas pabrik kelapa sawit perusahaan menjalin kerja sama dengan petani dengan masa kontrak selama 1 tahun. Harga
TBS ditentukan pada awal kontrak dan disetujui oleh kedua belah pihak. Harga TBS tetap selama masa kontrak berlangsung. harga TBS disesuaikan dengan
harga pasar, perusahaan bekerja sama hanya dalam hal pembelian TBS saja, perusahaan tidak membantu petani dalam hal penyediaan sarana produksi,
kualitas TBS yang ditawarkan petani harus sesuai dengan standar yang ditetapkan Perusahaan B, perusahaan menerima TBS dari pihak III apabila buah dalam
keadaan matang atau tidak mentah, rendemen ≥ 19. Apabila tidak sesuai maka
TBS akan ditolak oleh perusahaan B.
b. Kegiatan Penjualan
1. Penjualan RBD Olein Perusahaan B hanya memiliki satu PKS dan seluruh produksi PKS diolah
menjadi RBD olein oleh karena itu kegiatan penjualan yang dilakukan oleh PT. B hanya kegiatan penjualan RBD Olein. Adapun data penjualan RBD Olein PT. B
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.1 Volume Penjualan RBD Olein PT. B ke Pasar Lokal Bulan
2006 Ton 2007Ton
2008Ton
Januari 1240
1230 1660
Februari 1320
990 1750
Maret 1120
850 1785
April 1590
985 1350
Mei 1480
1180 1476
Universitas Sumatera Utara
58 Juni
1230 875
1350 Juli
1320 789
1760 Agustus
1130 870
1650 September
1250 890
1540 Oktober
1420 910
1670
November 1510
930 1450
Desember 1320
990 1650
Sumber: Data Primer PT. B Dari data diatas setelah diamati selama 3 tahun terakhir dapat dijelaskan bahwa
pada tahun 2007 merupakan penurunan produksi RBD Olein, hal ini disebabkan karena pada tahun 2007 terjadi masa trek dimana masa turunnya produksi TBS
kebun perusahaan B, sehingga perusahaan B harus membeli TBS dari pihak III yang mutunya lebih rendah dari pada kebun sendiri, mutu yang rendah dari TBS
mengakibatkan persentase produksi RBD Olein semakin kecil. Selain itu juga jika dilihat jumlah produksi RBD Olein pada bulan
Ramadan setiap tahunnya juga mengalami pergerakan, pada tahun 2006 lebaran terjadi pada bulan November sehingga terjadi kenaikan pada bulan tersebut
sebesar 1510 Ton hingga pada awal tahun 2007 pada hari besar Natal mencapai titik tertinggi produksi RBD Olein sebesar 1230 Ton, hal ini dikarenakan jumlah
permintaan RBD Olein pada saat mengalami peningkatan sehingga perusahaan melakukan peningkatan produksi.
Perusahaan B menjual RBD Olein dalam bentuk curah, perusahaan belum bisa menjual produk yang bermerek dikarenakan skala perusahaan yang kecil.
RBD Olein dijual langsung kepada retailer atau pedagang pengumpul minyak goreng curah untuk dijual ke pedagang besar dan konsumen.
Penjualan RBD Olein juga ada yang dijual dengan sistem kerjasama dengan perusahaan pengolah RBD Olein bermerek seperti PT. Musim Mas. Kerja
sama sifatnya tidak terikat apabila perusahaan ingin menjual RBD Olein ke
Universitas Sumatera Utara
59 PT. Musim Mas perusahaan tinggal menghubungi perusahaan pembeli maka
perusahaan pembeli akan datang dan transaksi dilakukan, apabila sudah ada kesepakatan harga maka kerja sama dilakukan. RBD Olein yang diterima
PT. Musim Mas akan diproses kembali dengan melakukan penyaringan agar tercipta minyak goreng bermerek.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Integrasi Vertikal
Perusahaan A 1. Kegiatan Pembelian
Faktor-fator yang mempengaruhi integrasi vertikal pada kegiatan pembelian adalah:
1. Mutu Produksi Dalam pembelian TBS dari kebun Plasma dapat dipengaruhi oleh mutu
produksi TBS yang ingin di jual petani, Mutu yang tidak sesuai seperti buah yang mentah atau basah serta hal lainnya yang dapat mengurangi rendemen CPO akan
ditolak oleh perusahaan. TBS yang diterima PT. A apabila memiliki kriteria:
Universitas Sumatera Utara
60 • Rendemen CPO Tinggi sekitar 19 – 24
• Buah Matang
Gambar 5.7 Perbedaan Rendemen TBS menjadi CPO antara Pihak III dan Kebun sendiri PT. A
Sum ber:
Data Prim
er
Diolah Lampiran 5 Dari Gambar 5.7 dapat dijelaskan bahwa nilai rendemen pihak III lebih rendah
dibandingkan dengan nilai rendemen kebun sendiri milik PT. A. Rata-rata rendemen pihak ke III berkisar antara 19-20 sementara TBS PT. A
menghasilkan rendemen berkisar antara 23-24. Rendahnya rendemen pihak ketiga disebabkan karena kurangnya perhatian petani terhadap tehnik budidaya
seperti kurangnya perawatan dengan memangkas pelepah kering kelapa sawit, kurangnya pengetahuan petani mengenai masalah tehnik penyembuhan penyakit
pada tanaman kelapa sawit, selain itu juga akibat pengaruh musim yang tidak terkendali, pengaruh musim juga bukan hanya dialami oleh kebun plasma namun
juga bisa dialami kebun sendiri. Rendahnya rendemen yang dihasilkan TBS pihak III dapat berpengaruh
terhadap nilai CPO yang dihasilkan dengan kata lain nilai rendemen CPO yang dihasilkan akan lebih kecil, TBS dari Pihak III juga bisa mengakibatkan
Universitas Sumatera Utara
61 rendahnya rendemen CPO ke RBD Olein, akibat yang ditimbulkan kandungan
asam lemak bebas akan semakin tinggi, asam lemak bebas semakin tinggi akan mengakibatkan rendahnya produksi CPO dan RBD Olein, sebaliknya apabila
asam lemak bebas rendah maka produksi CPO dan RBD Olein akan bertambah, penyebab tingginya asam lemak bebas diakibatkan mutu TBS yang diolah
menjadi CPO. Apabila mutu TBS rendah maka persen nilai RBD Olein pun akan
semakin rendah dan nilai RBD stearin dan Fatty Acid akan semakin tinggi. Produksi RBD Olein pun akan menurun. Namun karena jaminan pasokan PKS
yang harus terpenuhi maka perusahaan tetap membeli TBS dari Pihak III meskipun rendemen yang dihasilkan berbeda dengan rendemen TBS kebun
sendiri.
2. Fluktuasi Produksi Fluktuasi produksi juga mempengaruhi kegiatan pembelian, Misalnya
Pembelian TBS kepada pihak III, perusahaan melakukan integrasi vertikal kepada pihak III dengan melakukan kerja sama kontrak. Pembelian kepada pihak III tidak
terus berlangsung, hanya saja jumlah pembelian bergantung kepada produksi TBS kebun sendiri. Adapun fluktuasi produksi TBS kebun sendiri dapat dilihat pada
gambar berikut ini
Gambar 5.8 Persentase Pembelian TBS kepada Pihak III dan Kebun Sendiri
Universitas Sumatera Utara
62 Sumber: Data Primer Diolah Lampiran 3
Dari Gambar 5.8 Dapat dijelaskan bahwa rata-rata pembelian TBS PT.A kepada Pihak III sebesar 40. Persentase ini berubah terus setiap bulannya. Pada
umumnya PT. A masih memerlukan Pihak III dalam memenuhi kebutuhan PKSnya. Persentase pembelian ini bisa mencapai 50 pada awal tahun 2007 hal
tersebut sering diakibatkan adanya masa trak atau masa dimana terjadi penurunan produksi kelapa sawit. Masa trek sering disebut masa dimana tanaman tidak bisa
menghasilkan buah. Disaat kondisi seperti inilah perusahaan melakukan integrasi dengan Pihak III untuk tetap memenuhi kapasitas PKS.
Pada bulan Maret dan Oktober 2008 merupakan produksi TBS tertinggi tanaman kelapa sawit perusahaan A. hal itu dapat terlihat dari gambar 5.8, apabila
produksi meningkat maka pembelian TBS kepada pihak III semakin berkurang. Sebaliknya terjadi pada akhir 2007 produksi kebun sendiri menurun sehingga
pembelian TBS kepada pihak III semakin meningkat. Disisi lain jumlah fluktuasi produksi TBS pihak III juga mengalami
penurunan apabila produksi TBS kebun sendiri mengalami peningkatan, hal ini
Universitas Sumatera Utara
63 bisa disebabkan masa banjir buah dimana produksi TBS mengalami peningkatan
secara besar-besaran. Pada masa banjir buah TBS biasanya lebih sedikit membeli kepada pihak III. Dengan demikian fluktuasi produksi dapat mempengaruhi
kegiatan integrasi vertikal, semakin tinggi produksi TBS maka produksi CPO dan RBD Olein semakin baik.
2. Kegiatan Penjualan