Tabel 4.1 Perkembangan Investasi Provinsi Sumatera Utara
Tahun 1985-2006 Tahun
PMDN Miliar Rupiah
PMA 000 US
1985 2529970
761500 1986
2114043 8763140
1987 7459538
6442990 1988
5923532 6573246
1989 1395819
7213570 1990
2083952 5888613
1991 1369088
4916359 1992
1995158 1292900
1993 4490563
5569533 1994
6352119 3347711
1995 3501897
1032843 1996
2723739 5822254
1997 3084897
4786931 1998
3394913 8381093
1999 8048844
6408782 2000
8012005 8586700
2001 3554251
4172231 2002
3806400 1038257
2003 5972933
8945026 2004
5532121 3076498
2005 5462417
5842000 2006
5503431 5782341
Sumber : Badan Pusat Setatistik Sumatera Utara
4.4 Perkembangan Suku Bunga SBI
Berawal dari krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997, prioritas kebijakan moneter diarahkan untuk mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar
Universitas Sumatera Utara
rupiah. Kebijakan tersebut dilakukan melalui pengendalian pertumbuhan jumlah uang beredar agar sesuai kebutuhan riil perekonomian.
Bank Indonesia sebagai otoritas moneter melakukan pengendalian tersebut diantaranya melalui Operasi Pasar Terbuka OPT yang diterjemahkan dalam bentuk
perkembangan suku bunga SBI yang relatif menurun dengan magnitude yang kecil sepanjang tekanan inflasi kedepan masih berada dalam kisaran target inflasi yang
telah ditetapkan. Seiring dengan perkembangan positif yang terjadi pada likuiditas
perokonomian, yang memberikan keyakinan terhadap membaiknya prospek inflasi sehingga membuka ruang gerak bagi Bank Indonesia untuk memberikan sinyal
penurunan suku bunga secara bertahap melalui penurunan suku bunga instrument moneter suku bunga SBI guna mempercepat proses pemulihan ekonomi. Penurunan
tersebut dilakukan secara hati-hati dengan tetap memperhatikan suku bunga rill dan perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri interest rate differentid.
Penurunan suku bunga SBI sebenarnya sudah terjadi sejak tiga tahun lalu, yang dimulai pada Desember 2001. saat itu suku bunga SBI jangka waktu 1 bulan
maupun 3 bulan, masing-masing berada pada posisi 17,62 dan 17, 63, turunnya suku bunga SBI terjadi seiring dengan membaiknya ekspektasi inflasi dan relatif
stabilnya nilai tukar rupiah. Pada tahun 2002 dan 2003 tingkat suku bunga cenderung menurun akibat dari
kelebihan likuiditas yang disebabkan kondisi moneter yang tidak menentu maka pihak yang menyediakan dana bank maupun yang menggunakan dana pengusah,
debitur jumlahnya sangat terbatas, karena bank dan pengguna dana pengusaha, 68
Universitas Sumatera Utara
debitur berupaya untuk memperkecil terjadinya resiko atas dana yang dimaksud. Akibatnya perekonomian berjalan tidak ekspansif, permintaan akan uang demad for
maney menjadi rendah, hal ini akan menekan suku bunga yang berlaku. Dengan turunnya suku bunga instrumen moneter SBI maka akan berpengruh
pula pada suku bunga perbankan seperti deposito dan tabungan. Potensi menurunnya suku bunga SBI yang akan mendorong menurunnya suku bunga kredit terus
berlangsung. Menurunnya suku bunga perbankan kredit konsumsi, kredit modal kerja, kredit investasi akan mendorong gerak perekonomian dan mampu
mendinamiskan kegiatan para pelaku ekonomi Pada awal tahun 2002, kondisi perbankan yang likuid menyebabkan suku
bunga SBI 1 bulan mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar 86 bp setelah mencatat terus peningkatan selama tahun 2001. setelah nilai tukar menguat
serta mempertimbangkan prospek inflasi yang tetap membaik, secara keseluruhan suku bunga SBI 1 bulan hanya menurun sebesar 29 bp dari 13,22 pada akhir
September 2002 menjadi 12,93 pada akhir Desember 2002, hal ini mengakibatkan semakin rendahnya penyerapan likuiditas SBI.
Namun terkait dengan trasakasi SUN, akses likuiditas perbankan terus meningkat, maka Bang Indonesia berupaya terus menyerap akses likuiditas tersebut
melalui pelelangan SBI dengan suku bunga yang cenderung menurun sehingga diakhir tahun 2003 suku bunga SBI sebesar 8,13 dan tahun 2004 mencapai 7.43.
Dari sisi operasional kebijakan moneter, lelang SBI 1 bulan pada periode 2004 berhasil menyerap likuiditas dengan lebih optimal tercatat tambahan penyerapan
kontraksi sebesar Rp 24,4 triliun. 69
Universitas Sumatera Utara
Ditahun 2005 suku bunga SBI meningkat sebesar 12,75 disebabkan karena inflasi yang muncul karena kenaikan harga minyak dunia. Kenaikan suku bunga
diharapkan dapat menarik kembali jumlah uang berdar yang diperkirakan sangat besar. Kebijakan Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga SBI guna meredam
melemahnya nilai tukar, kenaikan suku bunga tersebut mendapat tentangan dari pemerintah karena bisa merangsang bank-bank menyimpan dananya dalam surat
berharga ini sehingga alokasi kredit disektor rill akan berkurang. Sedangkan pada tahun 2006 suku bunga SBI kembali turun pada level 9,75, hal ini guna mendorong
membaiknya sektor rill dan mendorong kembali para investor untuk kembali menanamkan modalnya. Suku bunga yang tinggi memang tidak memberikan iklim
yang kondusif bagi pemulihan ekonomi, namun sebaliknya dapat mendorong kegiatan perekonomian, hal ini disesuai dengan keadaan perekonomian. Secara
tabulasi, perkembangan suku bunga SBI dapat dilihat pada tabel berikut ini: 70
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Perkembangan Suku Bunga SBI
1985 - 2006 Tahun
Suku Bunga SBI
1985 12.7
1986 13,98
1987 11,54
1988 15,3
1989 11,64
1990 17,87
1991 18,03
1992 13.79
1993 9,08
1994 11,59
1995 13,34
1996 12,26
1997 17,38
1998 37,84
1999 12,64
2000 14,31
2001 17,63
2002 13,12
2003 8,34
2004 7,29
2005 12.83
2006 9,75
Sumber :Laporan Tahunan Bank Indonesia
4.5 Perkembangan PDRB Perkapita Sumatera Utara