Riwayat Hidup dan Pendidikan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani

49

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG OBYEK PENELITIAN

A. Syaikh Abdul Qadir al-Jailani

1. Riwayat Hidup dan Pendidikan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani

Syaikh Abdul Qadir al-Jailani lahir di kota Jilan pada tahun 470H1077M dan wafat di kota Baghdad pada tahun 561H1166M. Syaikh Abdul Qadir al-Jailani sebagai ulama yang ahli fiqh dan ushul fiqh dalam Mazhab Hanbali beliau seorang sufi besar di zamannya, dan pendiri Tarekat Qadiriah. Ia juga disebut dengan nama Abdul Qadir Al-Jili. Di Baghdad ia dikenal dengan panggilan al-Jami. Nama lengkapnya adalah Muhyiddin Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abi Salih Zangi Dost al-Jili. Ada pula yang mengatakan bahwa nama lengkapnya adalah Muhyiddin Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abi Salih Zangi Dost Musa bin Abi Abdillah bin Yahya az-Zahid Muhammad bin Daud bin Musa bin Abdillah bin Musa al-Jun bin Abdul Muhsin bin Hasan al-Musanna bin Muhammad al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib RA. Menurut garis keturunan ini, ia termasuk cucu Nabi Muhammad SAW. 67 Syaikh Abdul Qadir al-Jailani lahir dan dididik dalam lingkungan keluarga sufi. Ia tumbuh di bawah tempaan ibunda yang bernama Fatimah binti Abdullah as-Sauma’i dan kakeknya Syekh Abdullah as-Sauma’i, yang 67 Abdullah Taufik. Dr. Prof. Ensiklopedi Islam, Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999, jilid 1, Aba-Far, h.17. 50 kedua-duanya wali. Sejak kecil, Abdul Qadir al-Jailani telah tampak berbeda dari anak-anak lainnya. Ia tidak suka bermain-main bersama anak- anak lainnya. Sejak usia dini ia terus mematangkan kekuatan batin yang dimilikinya. Ia mulai belajar mengaji sejak berusia sepuluh tahun. Dalam usia 18 tahun ia pergi ke Baghdad untuk menuntut ilmu 488H1095M. Karena tidak diterima belajar di Madrasah Nizamiyah yang pada waktu itu dipimpn oleh seorang sufi besar, Ahmad al-Ghazali, Abdul Qadir al-Jailani mengikuti pelajaran fikih Mazhab Hanbali dari Abu Sa’ad Mubarak al- Mukharrimi Pemimpin sekolah hukum Hanbali sampai ia mendapat ijazah dari gurunya terebut. Mulai tahun 521 H1127 M Abdul Qadir al- Jailani mengajar dan berfatwa dalam Mazhab tersebut kepada masyarakat luas sampai akhir hidupnya. Untuk itu, ia juga mendapat restu dari seorang sufi besar, Yusuf al-Hamdani 440 H1048 M-535 H1140 M. Pada tahun 528 H untuk Abdul Qadir al-Jailani didirikan sebuah Madrasah dan ribat di Baghdad yang dijadikan sebagai tempat tinggal bersama keluarganya dan sekaligus tempat mengajar murid-muridnya yang juga tinggal bersama. 68 Syaikh Abdul Qadir al-Jailani adalah seorang tokoh yang keras berpegang teguh pada kebenaran dan prinsip perjuangannya. Dia tidak segan-segan memberi nasihat kepada penguasa, bahkan kepada khalifah sekalipun. Pada waktu Khalifah al-Muktafi 531-555 H1136-1160 M dari Bani Seljuk mengangkat Ibnu Muzahim yang dikenal seorang yang lalim 68 Ibid. 51 sebagai hakim, Abdul Qadir al-Jailani naik mimbar dan berpidato yang isinya antara lain: “Wahai Amirulmukminin, Tuan angkat seorang yang terkenal paling lalim menjadi kadi bagi kaum muslimin. Apakah jawaban Tuan nanti bila ditanya hal itu oleh Tuhan Yang Maha Penyayang?” Khalifah gemetar dan menangis mendengar khotbah tersebut. Ia langsung memecat Qadi yang diangkatnya itu. 69 Syaikh Abdul Qadir al-Jailani menyeru murid-muridnya untuk bekerja keras dalam kehidupannya. Tarekat tidak berarti membelakangi kehidupan. Ia berkata: “Sembahlah olehmu Allah Azza Wajalla Allah Yang Maha Baik dan Maha Mulia. Mintalah pertolongan agar diberikan kerja yang halal untuk memperkuat ibadah kepada-Nya.” Dengan ilmu dan kepribadiannya yang utuh, Abdul Qadir al-Jailani mendapat sanjungan dari berbagai pihak. Ibnu Arabi menganggap Abdul Qadir al-Jailani sebagai orang yang pantas menjadi wali Qutub pemimpin para wali pada masanya. Abu Hasan an-Nadwi, seorang ahli sejarah, mengatakan sebagai berikut: “Abdul Qadir al-Jailani telah menyaksikan apa yang telah menimpa umat Islam pada masanya. Mereka hidup terpecah belah dan saling bermusuhan. Cinta dunia telah mendominasi merka di samping berebut kehormatan di sisi Raja dan Sultan. Manusia sudah berpaling pada materi, jabatan dan kekuasaan. Syeikh Abdul Qadir al-Jailani hidup ditengah-tengah mereka, akan tetapi dia menjauhkan diri dari semua itu 69 Abdullah Taufik. Dr. Prof. Ensiklopedi Islam, Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999, jilid 1, Aba-Far, h. 18 52 dengan fisik dan mentalnya. Dia bahkan menghadapinya dengan memberikan nasihat, bimbingan, dakwah, dan pendidikan untuk memperbaiki jiwa kaum muslimin dan membersihkannya.” 70 Tarekat Qadiriah yang dirintis oleh Syaikh Abdul Qadir al-Jailani berpusat di Baghdad. Cabang-cabangnya tersebar dimana-mana, termasuk di Indonesia, sehingga Tarekat ini merupakan suatu organisasi atau pergerakan tasawuf yang mengakar pada ummat. Syaikh Abdul Qadir al- Jailani terkenal sangat saleh dan mempunyai sifat warak. Makamnya di Baghdad masih ramai dikunjungi orang. Dikatakan bahwa salah satu sifatnya yang unik adalah ia dapat membedakan sufi yang paslu dan yang asli hanya dengan mencium baunya. 71

2. Karya-karya Ilmiah Syaikh Abdul Qadir al-Jailan