UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4.6 Glikosida Glikosida merupakan suatu senyawa yang bila dihidrolisis akan terurai
menjadi gula glikon dan senyawa lain aglikon atau genin. Pada umumnya glikon berupa glukosa, fruktosa, laktosa, galaktosa dan manosa,
dapat pula berupa gula khusus seperti sarmentosa, olendrosa, simarosa dan rutinosa. Aglikosa genin biasanya mempunyai gugus -OH dalam bentuk
alkoholis atau fenolis. Glikosida pada tanaman biasanya terdapat dalam bentuk beta-glikosida. Glikosida yang berkhasiat obat dapat digolongkan
menjadi glikosida jantung antrakuinon, saponin, sianofor, tiosianat, flavonol, aldehid, alkohol, lakton dan fenol Hasiholan, 2012.
2.4.7 Kuinon dan Atrakuinon Kuinon merupakan senyawa berwarna dan memiliki kromofor dasar.
Kuinon dibagi menjadi empat kelompok untuk tujuan identifikasi, yaitu: benzokuinon, neftokuinon dan antrakuinon diperlukan hidrolisis asam
untuk melepas kuinon bebasnya. Kuinon isoprenoid terlibat dalam respirasi sel dan fotosintesis diperlukan cara khusus untuk memisahkannya
dari bahan lipid lain Harborne, 1987. Antrakuinon bila dihidrolisis akan terurai menjadi di, tri, atau tetra-hidroksi antrakuinon sebagai aglikon atau
modifikasi dari senyawa tersebut Hasiholan, 2012.
2.5 Tinjauan Bakteri
2.5.1. Bakteri Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan berkembang biak
dengan membelah diri aseksual. Ukuran bakteri bervariasi baik penampang maupun panjangnya, tetapi pada umumnya penampang bakteri
adalah sekitar 0,7-1,5 µm dan panjangnya sekitar 1-6µm Jawet et al., 2001.
Bakteri dibagi dalam golongan Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksinya terhadap pewarnaan Gram. Perbedaan antara bakteri
Gram positif dan bakteri Gram negatif, Staphylococcus aureus dan Streptococcus sp sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan
yang membentuk struktur yang tebal dan kaku. Kekakuan pada dinding sel
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
bakteri yang disebabkan karena lapisan peptidoglikan dan ketebalan peptidoglikan ini membuat bakteri Gram positif resisten terhadap lisis
osmotik Jawet et al., 2001. Dinding sel bakteri Gram positif mengandung lapisan peptidoglikan
yang tebal dan asam teikoat. Dinding sel bakteri Gram negatif mengandung lapisan peptidoglikan yang tipis, membran luar yang terdiri
dari protein, lipoprotein dan lipopolisakarida, daerah periplasma dan membran dalam. Bakteri Gram negatif, Escherichia coli dan Pseudomonas
sp terdiri atas satu atau sedikit lapisan peptidaglikan pada dinding selnya Jawet et al.,2001.
2.5.2 Pertumbuhan Bakteri Istilah
pertumbuhan umum
digunakan untuk
bakteri dan
mikroorganisme lain dan biasanya mengacu pada perubahan di dalam hasil panen sel Pertambahan total masa sel dan bukan pertumbuhan individu
organisme. Inokulum hampir selalu mengandung ribuan organisme Pertumbuhan menyatakan pertambahan jumlah dan atau masa melebihi
yang ada didalam inokulum asalnya Michael, et al., 2008. 2.5.3 Tinjauan umum Staphylococcus aureus
Regnum : procaryote
Divisi : Bacteria
Kelas : Schizomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Familia : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus adalah bakteri berbentuk bulat, bersifat Gram positif, biasanya tersusun dalam rangkaian tidak beraturan seperti buah
anggur. Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa manusia, menyebabkan penanahan, abses, berbagai infeksi
pirogen dan bahkan septikimia yang fatal. Staphylococcus aureus mengandung polisakarida dan protein yang berfungsi sebagai antigen dan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
merupakan substansi penting didalam struktur dinding sel, tidak membentuk spora, dan tidak membentuk flagel Jawetz et al., 2001
2.5.4 Tinjauan umum Escherichia coli Dikenal dalam dunia kesehatan dapat diklasifikan sebagai berikut :
Phylum : Thallophyta
Kelas : Syzomycetes
Ordo : Eubacteriales
Family : Enterobacterianceae
Genus : Eschericia
Spesies : Escherichia coli
Escherichia coli praktis selalu ada dalam saluran pencernaan hewan dan manusia karena secara alamiah Escherichia coli merupakan salah
satu penghuni tubuh. Penyebaran Escherichia coli dapat terjadi dengan cara kontak langsung bersentuhan, berjabatan tangan dan sebagainya
kemudian diteruskan melalui mulut, akan tetapi Escherichia coli pun dapat ditemukan tersebar di alam sekitar kita. Penyebaran secara pasif
dapat terjadi melalui makanan atau minuman Melliawati, 2009. 2.5.5 Antimikroba
Antimikroba ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia. Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu
mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba lain. Banyak antibiotik yang dibuat secara semisintetik atau
sintetik penuh. Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif
setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba Farter, 2009.
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat menghambat
pertumbuhan mikroba,
dikenal sebagai
aktivitas bakteriostatik, dan ada yang bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai
aktivitas bakterisid Farter, 2009.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.5.6 Mekanisme kerja antimikroba Farter, 2009. Berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi dalam lima
kelompok yaitu : 1. Antimikroba yang menghambat metabolisme sel mikroba.
Antimikroba yang termasuk dalam kelompok ini ialah sulfonamid, trimetoprim, asam p-aminosalisilat PAS dan sulfon, dengan
mekanisme kerja ini diperoleh efek bakteriostatik. Mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya.
Berbeda dengan mamalia yang mendapatkan asam folat dari luar, kuman patogen harus mensintesis sendiri asam folat dari asam amino
benzoat PABA untuk kebutuhan hidupnya. Apabila sulfonamid dan sulfon menang besaing dengan PABA
untuk diikutsertakan dalam pembentukan asam folat, maka terbentuk analog asam folat yang nonfunsional, akibatnya, kehidupan mikroba
akan terggangu. Berdasarkan sifat kompetisi, efek sulfonamid dapat diatasi dengan meningkatkan kadar PABA. Untuk dapat berkerja,
dihidrofolat harus dirubah menjadi bentuk aktifnya yaitu asam tetrahidrofolat. Enzim dihidrofolat reduktase yang berperan di sini
dihambat oleh trimetoprim, sehingga asam dihidrofolat tidak dapat
direduksi menjadi asamtetrahidrofolat yang funsional. P-aminosalisilat merupakan analog PABA, dan berkerja dengan
menghambat sintesis asam folat pada M.tuberculosis. Sulfonamid tidak efektif terhadap bakteri yang sensitif terhadap M.tuberculosis dan
sebaliknya p-aminsalisilat tidak efektif terhadap bakteri yang sensitif terhadap sulfonamid.
2. Antimikroba yang menghambat sintesis dinding sel mikroba. Obat yang termasuk dalam kelompok ini ialah penisilin,
sefalosporin, basitrasin, vankomisin, dan sikloserin. Dinding sel bakteri, terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu kompleks polimer
mukopeptida. Sikloserin menghambat reaksi yang paling dini dalam proses sintesis dinding sel yang diikuti basitrasin,vankomisin dan
diakhiri oleh penisiln dan sefalosporin, yang menghambat reaksi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
terakhir dalam rangkaian reaksi tersebut. Oleh karena itu tekanan osmotik dalam sel kuman lebih tinggi daripada di luar sel maka
kerusakan dinding sel kuman akan memyebabkan terjadinya lisis, yang merupakan dasar efek bakterisidal pada kuman yang peka.
3. Antimikroba yang menggangu keutuhan membran sel mikroba. Obat yang termasuk dalam kelompok ini ialah polimiksin, golongan
polien serta berbagai antimikroba kemoterapeutik, umpamanya antiseptik surface active agents. Polimiksin sebagai senyawa amonium-
kuaterner dapat merusak membran sel setelah bereaksi dengan fosfat pada membran sel mikroba. Polimiksin tidak efektif terhadap kuman
Gram-positif karena jumlah fosfor bakteri ini rendah. Kuman yang Gram-negatif menjadi resisten terhadap polomiksin, ternyata jumlah
fosfor menurun. Antibiotik polien bereaksi dengan struktur sterol yang terdapat pada membran sel fungus sehingga mempengaruhi
permeabilitas selektif membran tersebut. Kerusakan membran sel menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel
mikroba yaitu protein, asam nukleat, nukleotida dan lain-lain. 4. Antimikroba yang menghambat sintesis protein sel mikroba.
Obat yang termasuk dalam kelompok ini ialah golongan obat aminoglikosid, makrolid, linkomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol.
Sintesis protein berlangsung diribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri atas dua subunit, yang berdasarkan
konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S. Untuk berfungsi akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom
70S. Streptomisin berikatan dengan komponen ribosom 30S dan
menyebabkan kode pad mRna salah baca oleh tRNA pada waktu sintesis protein. Akibatnya akan terbentuk protein yang abnormal dan
nonfunsional bagi sel mikroba. Eritromisin berikatan dengan ribosom 50S dan menghambat
traslokasi kompleks tRNA-peptida dari lokasi asam amino ke lokasi peptida. Akibatnya, rantai polipetida tidak dapat diperpanjang karena
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
lokasi asam amino tidak dapat menerima kompleks tRNA asam amino yang baru.
Linkomisin juga berikatan dengan ribosom 50S dan menghambat sintesis protein.
Tetrasiklin berikatan dengan ribosom 30S dan menghalangi masuknya kompleks tRNA asam amino pada lokasi asam amino.
Kloramfenikol berikatan dengan ribosom 50S dan menghambat asam amino baru pada rantai polipeptida oleh enzim peptidil trasferase.
5. Antimikroba yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba. Antimikroba yang termasuk dalam kelompok ini ialah rifampisin
dan golongan kuinolon. Yang lainnya walaupun bersifat antimikroba, karena sitotoksisitasnya, pada umumnya hanya digunakan sebagai obat
antikanker, tetapi beberapa obat dalam kelompok terakhir ini dapat pula digunakan sebagai antivirus. Yang dikemukakan disini hanya kerja obat
yang berguna sebagai antimikroba, yaitu rifampisin dan golongan kuinolon. Rifampisin salah satu derivat rifampisin, berikatan dengan
enzim polimerase-RNA pada sub unit sehinga menghambat sintesis RNA dan DNA girase pada kuman yang fungsinya menata kromosom
yang sangat panjang menjadi bentuk spiral sehingga bisa muat dalam sel kuman yang kecil.
2.6 Metode Pengujian Antimikroba