UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
senyawa xanton telah diisolasi dari G. parvifolia oleh Xu, Y.J. et al., 2001, yaitu parvixanthon, Garcinia scortechinii empat senyawa xanton
terprenilasi berhasil diisolasi dari buah G. Scortechinii Yaowapa Sukpondma et al., 2005 yaitu scortechinon. Hampir semua xanton yang
diketahui terdapat pada empat suku: Guttiferae, Gentianaceae, Moraceae, dan Polygalaceae Amelia, 2011.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap genus Garcinia, didapatkan beberapa senyawa yang memiliki aktivitas biologis dan
farmakologis seperti antimikroba, antifungi, antiinflamasi, dan antioksidan Mailandari,2012. Uji aktivitas terhadap Garcinia benthami Pierre yang
telah dilakukan adalah antioksidan. Antioksidan adalah zat yang dapat melawan pengaruh bahaya dari radikal bebas yang terbentuk sebagai hasil
metabolisme oksidatif, yaitu hasil dari reaksi-reaksi kimia dan proses metabolik yang terjadi di dalam tubuh.
2.2 Simplisia
Simplisia dalam Materia Medika Indonesia tahun 1995 diartikan sebagai bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia berdasarkan sumbernya dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, simplisa pelikan mineral.
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan isi sel yang secara spontan keluar dari
tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan
atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia pelikan adalah simplisia yang berupa bahan pelikan
yang belum diolah dengan cara sederhana atau belum berupa zat kimia murni Depkes, 1995.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati maupun hewani dengan mengunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian rupa hingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan BPOM RI, 2005. Ekstraksi adalah kegiatan pemisahan atau penarikan kandungan
senyawa organik atau beberapa zat yang dapat larut dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut cair. Simplisia yang diekstraksi
mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain -lain. Struktur kimia yang
berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan derajat
keasaman. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat
Depkes, 2000. Cairan pelarut adalah pelarut yang optimal untuk menyari senyawa
kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, karena itulah ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan karena
senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya Depkes, 2000.
Ada beberapa metode ekstraksi: destilasi uap, ekstraksi dengan menggunakan pelarut, dan lainnya Ekstraksi berkesinambungan,
superkritikal karbondioksida, ekstraksi ultrasonik, ekstraksi energi listrik. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut terdiri dari cara dingin dan panas
Depkes, 2000. Diantara metode ekstraksi dengan cara dingin adalah maserasi dan
perkolasi. Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia menggunakan perendaman pelarut dengan pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan. Membran sel dari simplisia akan pecah sehingga senyawa aktif yang terdapat didalam simplisia akan keluar akibat adanya perbedaan
tekanan yang ditimbulkan pada proses maserasi tersebut. Proses maserai
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dapat diulang dengan cara sisa serbuk atau masa simplisianya dapat dipergunakan kembali dengan menambahkan kembali pelarutnya, cara ini
disebut remaserasi Depkes, 2000. Perkolasi merupakan proses ekstraksi simplisia dengan selalu
menggunakan pelarut baru dan dilakukan umumnya pada temperatur ruangan. Dilakukan terus menerus sampai diperoleh ekstrak yang
jumlahnya 1-5 kali bahan. Ekstraksi dengan cara panas terdiri dari refluks, soxhlet, digesti, infudasi, dan dekoktasi Depkes, 2000.
2.4 Penapisan Fitokimia